Cuplikan Velda & Arka.
Malam telah tiba, Velda akan untuk keluar yang dijanjikan kepada Nando. Sebelum dia beranjak meninggalkan rumah itu. Raiya menghampiri putrinya menanyakan soal acara nonton film tadi siang.
"Bagaimana keakraban mu dengan Damian? Apakah kalian berbincang banyak hal?" Raiya bertanya tanpa basa-basi.
"Biasa saja, tidak ada yang menarik di film itu," jawab Velda sibuk memakai jaketnya yang berbeda lagi.
Jaket Velda sangat banyak motif juga buat mata orang-orang bosan melihatnya. Dia memang menyukai motif olahraga daripada motif feminim.
"Kamu mau kemana?" Raiya bertanya kembali kepada putrinya sangat rapi sekali.
"Malam ini aku akan menginap di rumah teman satu malam," jawab Velda keluar begitu saja tanpa memberi kesempatan untuk ibunya bersuara.
Raiya mengintip dari arah jendela rumah dan memeriksa siapa yang menjemputnya, pasti orang yang menjemput Velda tidak sebodoh itu.
Sementara Arka baru saja pulang dari mall dia sangat lelah seharian menemani kekasih shopping. Tanpa hentinya belanjaan Mawar ketika melihat barang yang baru saja lauching itu. Seseorang keluar dari kamar pribadinya dan Arka baru akan memasuki kamar miliknya.
"Kamu sudah pulang? Bagaimana keakraban mu dengan Velda?" Suara berat itu mengundang suasana Arka yang letih dan lelah pun tercegah mematung.
"Begitulah, Pa." Jawab Arka tidak menunjukkan bahwa dirinya sampai saat belum akrab dengan calon jodohnya.
"Baguslah, Papa harap dirimu segera akrab dengannya dan Papa sudah tidak sabar melihat kalian bahagia," Senyum Albert menepuk bahu putranya, lalu dia pun meninggalkan tempat itu.
Semoga saja, Pa.. Sampai saat ini Arka berusaha. - batin Arka dalam hati dan kembali masuk ke kamarnya.
****
Rumah mewah yang tak sebesar istana. Nando tinggal bersama ibunya sementara ayahnya memilih menikah lagi dengan wanita lain setelah Nando lulus sekolah menengah atas. Ketika itu semua terjadi kehidupan Nando pun berantakan mempermainkan wanita-wanita dan kebaperan untuk anak tetangga tergila-gila padanya.
Dia cukup tahu setelah apa yang perbuat oleh ayahnya sendiri menyakiti perasaan ibunya yang telah dibinang selama puluhan tahun bersama dan ternyata diam-diam ayahnya berselingkuh tanpa sepengetahuan dari mereka berdua.
Setelah di usia tiga puluh tahun pun tidak ada satu pun wanita yang cocok dihatinya. Tapi entah kenapa saat bertemu dengan sosok wanita yang sederhana seperti Velda, berpenampilan apa adanya.
Pertama kali Nando menginjak gedung penerbit media surat kabar. Dan belum pernah bertemu sosok wanita yang lebih memilih posisi pekerjaan menjadi pengantar surat kabar diseluruh penjuru rumah.
Saat itu memang penerbit itu kekurangan kurir pengantar surat kabar dan majalah. Ketika menerima CV dari satpam. Tentu untuk Andra dan dia (Nando) terkejut jika ada yang mau menerima pekerjaan itu.
Kemudian beberapa minggu panggilan itu pun hadir, seseorang datang ke gedung penerbit. Nando yang tepat pada saat itu berada di warung Nenek Anik. Tidak sengaja bertemu dengan sosok wanita berdiri di pos satpam.
Dengan gaya kulkasnya, Nando pun menghampiri wanita cantik dan boleh diakui manis dan tomboi.
"Mau cari siapa, mbak?" sapa Nando sok akrab banget.
Wanita itu menoleh dan memperhatikan Nando dari atas hingga bawah. Tanpa ada rasa senyum sedikit untuk Nando.
"Saya mau interview," jawabnya sopan.
"Oh interview di sini?" Nando kembali bertanya lagi.
"Hmm..." Lenguhnya.
"Sudah diberitahu kalau sekarang jam ..."
"Sudah," potongnya datar
Nando tidak bertanya lagi dan mencari akal untuk berbasa-basi. Tak lama kemudian sebuah mobil masuk, seseorang turun dari mobil dan menepuk pundak Nando.
"Anak orang jangan elo goda-godain bukan-bukan, ya!" seru orang itu mengejutkan Nando.
"Ya nggak dong kasihan dia sendirian di pos satpam temani dia ngobrol tidak ada salah, kan. Masa kalian tega benar biarkan wanita cantik ini diluar?" cicit Nando membela diri dan sok perhatian sama wanita itu.
"Eh, kamu Velda Amorita Wijaya yang mau interview itu ya?" seru orang itu teringat sesuatu dia hampir lupa kalau hari ini ada yang mau interview.
"Dengan Pak Andra?" sebutnya si Velda.
"Iya, saya hampir lupa, ya sudah ayo masuk." Andra pun mengantar Velda masuk ke dalam kantor.
Sementara Nando hanya diam membiarkan wanita itu mengikuti teman krunya masuk ke kantor tersebut.
Berselang beberapa lama kemudian Velda diterima menjadi pengantar koran semua para pelanggan sangat menyukai kinerja wanita itu. Aneh dan unik banget Nando temukan ini.
Biasanya wanita seperti Velda cocok itu bekerja di kantoran tapi dia lebih menyukai posisi yang sangat menantang. Nando mengira wanita yang dia ajak bicara pertama kali itu adalah wanita pendiam ternyata hidupnya jauh lebih menyedihkan darinya.
Pada mulanya Nando menganggap Velda itu wanita biasa tapi dia adalah seorang keluarga yang mampu. Orang tua Velda seorang pengusaha beras. Dia memulai mencari pekerjaan dengan keinginan sendiri. Nando sangat salut dengan wanita tanggung seperti Velda.
Selama dua tahun pula Nando mengenal Velda. Dan Nando tidak berkecil hati walaupun dia mulai memiliki perasaan terhadap wanita ada di sampingnya tengah duduk memandang luar jalan.
Perasaan itu ketika tumbuh saat Velda dijodohkan oleh orang tuanya dengan sahabat baik orang tua pihak lelaki itu. Setiap Velda merasa resah dan gundah. Nando selalu setia menerima apa yang dirasakan oleh wanita ini.
Dia juga berharap perjodohan itu dibatalkan dan orang yang bisa membahagiakan Velda adalah dirinya. Namun dia tidak akan memaksa wanita ini untuk mencintainya jika pun perasaan dan hati yang terluka bersiap menghantam nya.
Pada saat wanita ini menceritakan pertemuan terakhir perjodohan dia dengan lelaki itu tak lain ada seorang pengusaha pakan ternak ayam dan menarik Velda menjadi supir pribadinya.
Tentu lelaki yang disebut playboy cap gayung super itu terkejut dan marah. Namun tidak pernah menunjukkan pada wanita yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri. Ada rasa luka dihati wanita cantik manis itu, siapa yang akan terima jika perjodohan itu hanya sebuah lelucon dan pria yang akan menjadi calon suaminya telah memiliki seorang kekasih.
Dan Velda pun sebaliknya meminta dia (Nando) Pura-pura menjadi pacar untuk menghilangkan rasa sakit dan sedih terhadap pria semacam Arka. Pastinya Nando menerima permintaan itu meskipun wanita ini mulai menyukai sosok pria seperti Arka itu.
"Elo mau makan dimana?" Nando bersuara setelah berjam-jam diperjalanan tak ada suara di dalam mobil.
"Apa saja yang penting kenyang," jawab Velda kembali menatap depan.
"Hm... Kalau nggak kita ke Night Market saja," usul Nando senyum dan mengelus - elus rambut kepala wanita itu.
"Boleh juga." Velda membalas senyum Sahabatnya.
Entah kenapa Velda lebih nyaman dengan sahabatnya selalu setia bersamanya. Rasa untuk Velda masih 50:50.