Chereads / Sebuah Perjodohan / Chapter 32 - 31. Bertemu Teman Lama

Chapter 32 - 31. Bertemu Teman Lama

Night Market Adam Malik, biasanya di sebut kuliner malam. Di sini banyak sajian makanan cemilan yang bisa disantap. Velda dan Nando pun masuk ke parkiran mobil kemudian mereka pun turun.

Pukul 9.30 malam para pengunjung semakin ramai dan apalagi tempatnya benar santai diiringi musik pop. Mereka berdua mencari teman duduk untuk menikmati makanan kuliner ada di sini.

Nando memesan minuman teh manis jumbo berdua. Maunya sih satu gelas jumbo dibagi dua lebih romantis kalau orang melihat. Karena datang juga berdua, harapan Nando seperti itu. Tapi dia tidak akan memaksa juga, mereka duduk sejenak.

"Elo mau makan apa?" Nando bertanya, Velda melirik sekeliling semua enak.

"Gua mau telur gulung sama mochi Malaysia," jawab Velda

"Oke, gua pergi beli dulu. Elo tunggu di sini, ya!" ucap Nando beranjak pergi dari tempat duduknya.

Velda menarik minuman teh jumbonya di seruput pelan-pelan. Kemudian dia membuka hpnya itu. Banyak pesan masuk dari whatsapp nya.

Arka : lagi ngapain? Kamu masih marah?

Arka : kenapa nggak balas?

Arka : thanks ya, untuk bajunya. Aku suka.

Kamu ada dimana? Aku boleh ke rumah mu nggak?

Seterusnya itu pesan dari Arka, Velda tidak membalas hanya dia read untuk apa dibalas hanya buang perasaan. Tidak berapa lama kemudian Nando kembali membawa cemilan dari Velda.

"Sudah datang, nona Velda," cibir Nando sekarang posisinya duduk di samping Velda.

"Elo nggak makan?" Giliran Velda menanyakan kepada Nando

"Ada, nanti di antar, makan saja dulu." jawab Nando senyum mencomot telur gulung itu.

"Pasti pesannya burger lagi? Lama-lama mukamu benar kayak burger king," sindir Velda memasukan mochi ke mulutnya.

Nando hanya bisa memberi senyuman hal itu wajar kalau wanita itu menyindir nya. Berselang lama kemudian seseorang menghampiri meja Velda dan Nando.

"Hei, Velda!" sapa seseorang wajah cantik, putih, dan berkelas banget.

Nando sampai melirik wanita duduk di depan meja mereka berdua. Velda menoreh dan senyum menyapanya.

"Eh, hei! Tania bukan?" balas Velda lupa-lupa ingat.

"Bagaimana kabar lo? Kok makin hitam sih, diri lo?" nyinyir Tania, wanita cantik dan hobi merawat tubuhnya.

Nando dari tadi mencuri wanita itu sambil menyinyir penampilan sahabatnya. Kayaknya dia dicuekin sama para wanita cantik. Nasib muka tampang cakep dilupakan.

"Baik kok, ha ha ha biasalah namanya juga kerja pastinya panas-panas keluar lapangan. Terus elo gimana? Sudah sukses ya, makin cantik saja elo ini?!" balas Velda menyinyir temannya.

Tania menciut setelah mendapat balasan dari Velda. Buat Velda biasa saja, dia tau banget sifat Tania bagaimana walau orang kaya bagi Velda tidak ada gunanya memamerkan harta kekayaan dari orang tua sendiri.

Sudah lama Velda memang tidak bertemu dengan teman lama. Jarang banget mungkin sejak lulus kuliah dan dia pun jarang banget komunikasi dengan teman seangkatan. Velda tau semua mempunyai aktivitas sendiri-sendiri.

Kalau Tania untuk nilai Velda boleh dibilang 85% karena semua penampilannya murni. Dia memang cantik di UKM ( universitas Kampus Management) Velda tidak perlu di irikan karena semua dilahirkan cantik dan sempurna.

Lama obrol Tania menyadari sesuatu sosok lelaki yang duduk di samping Velda itu dari tadi diam tak bersuara.

"Dia suami lo?" Tiba-tiba Tania bertanya langsung pada Velda.

Sontak Velda terkejut dengan pertanyaan dari teman lamanya, dia lirik samping Nando hanya diam muka datar. Lelaki playboy cap gayung super hapal banget sama Velda.

"Bukan, dia sahabat gua," jawab Velda, "tapi sahabat tapi mesra," lanjut Velda menambahkan kata-kata.

Nando langusng melirik wanita sebelahnya, Velda sih membuang muka dan senyum pada Tania. Tania pun tertawa mengetahui jawaban unik dari teman lamanya.

"Hahaha, ya ampun Velda, elo ini benar kagak pernah berubah, ya! Baguslah, kalau bisa langgeng terus ya. Ya sudah gua cabut dulu, suami gua dan anak gua sudah pada tunggu. Lain kali kita obrol lagi, bye bye." Pamit Tania beranjak meninggalkan tempat meja mereka.

Velda melambaikan tangannya dan kemudian Nando mencondongkan wajahnya miring menanyakan maksud dari ucapan wanita itu. Velda menoreh pada lelaki itu yang menatapnya serius.

"Kenapa elo, lihatin gua kayak gitu!" Velda bertanya gugup jadi salah tingkah.

"Maksud perkataan elo tadi maksudnya apa? Sahabat tapi mesra, elo cemburu kalau gua lirik teman lama lo, siapa namanya Tania?" Nyinyir Nando senyum

Muka Velda merah terus dia pura-pura mengambil telur gulung yang sudah tidak hangat lagi. "Cemburu apanya, nggak usah sok kegeeran, ya!" elak Velda kedua pipinya memanas.

"Masa sih? Kok dua pipi elo muncul tomat merah?" usil Nando senyum

"Sembarangan! Ini telurnya elo suruh penjualnya ekstra pedas ya?" elak lagi si Velda semakin salah tingkah.

Nando tau banget kalau wanita di sampingnya itu benar-benar cemburu. Apalagi sengaja mengelak percakapan, dia benar bahagia kalau sahabat baiknya itu bisa cemburu walau pun masih hubungan pura-pura.. Kalau Nando membayangkan hubungan ini lebih serius mungkin tidak perlu lama pacaran langsung dia nikahkan wanita ini.

Sedangkan di rumah Kalandra, Arka menatap langit kamarnya dan mengangkat hpnya terus melihat isi pesan yang dia kirim untuk wanita calon jodohnya tak balasan apa pun.

"Kamu itu ada dimana sih? Aku tau kamu itu pasti marah sama aku, apa benar kamu itu pacaran sama lelaki playboy itu? Sebaik apa sih dia ketimbang aku?" Batin Arka kepada dirinya sendiri.