Chereads / Sebuah Perjodohan / Chapter 24 - 23. Pertemuan (1)

Chapter 24 - 23. Pertemuan (1)

Hari seperti biasa kegiatan kembali memberi semangat di cuaca yang cerah. Velda untuk bersiap-siap berangkat kerja.

Tetapi yang membuat dia herankan adalah kedua orang tuanya tidak untuk ke kantor. Mungkin kejadian semalam membuat Raiya kesal terhadap putrinya.

"Nanti siang Mama minta kamu kosongkan waktumu untuk pertemuan, tidak ada alasan banyak pekerjaan. Jangan buat keluarga malu hanya karena kamu mementingkan pekerjaan kotor itu!" Tegas Raiya langsung tanpa basa - basi lagi.

Velda tidak menanggapi lebih memilih bersiap untuk berangkat kerja. Hari Sabtu pekerjaan yang santai, dia bisa berkumpul dengan teman-teman kru di sana.

Untuk pekerjaan sebagai sopir dari pria menyebalkan itu kosong. Dia lega tidak ada yang mengganggu keseharian itu. Buat apa dia memikirkan orang seperti itu hanya kesenangan sendiri.

"Non!" Sumber suara dari depan rumah ketika Velda akan meninggalkan tempat rumah kompleks itu.

Dia pun menoleh, "iya, Bi." Bibi Zaina berlari kecil membawa sesuatu dari tangannya.

"Ini diminta sama nyonya nanti siang untuk acara pertemuan jangan lupa diganti," kata Bibi Zaina menyerahkan bungkusan tas tentengan pada Velda.

Velda menerima dan mengintip sejenak baju pertemuan pertama kali dia pakai acara perjodohan itu. Hanya ada helaan napas pendek darinya, sedangkan Bibi Zaina hanya bisa mengelus lengan putih dari putri majikan tersebut.

"Bibi berharap acara pertemuan ini lancar ya, turuti saja kemauan nyonya. Bibi yakin semua akan baik-baik saja, jangan terlalu banyak dipikirkan," ucap Bibi Zaina memberi nasihat dan semangat untuk putri majikannya itu.

Velda menatap wajah yang sudah keriput dan beruban itu. Dia kembali teringat dimana pengasuhnya memberi dorongan padanya saat ibu dan ayahnya sibuk dengan pekerjaan kantor. Hanya Bibi Zaina untuk keluarga kedua.

"Makasih, Bi. Nanti aku pakai di acara pertemuan siang, kalau begitu aku berangkat dulu ya." Velda menggantungkan bungkusan tas tentengan di gagang sepedanya.

****

Kediaman Kalandra, Arka baru saja bangun dari mimpinya seharian begadang saat percakapan dengan beliau di rumah ini. Pagi ini paling malas adalah untuk ke kantor pekerjaan dihari Sabtu adalah untuk bersantai.

Diraih HP canggihnya memeriksa pesan masuk atau email dari pembisnis lainnya bahkan dari teman-teman segudang minuman. Dia keluar dari kamar sambil melihat HP miliknya menuju dapur.

Mega sedang sibuk dengan alat dapur sarapan untuk dua orang tersayangnya. Dirumah sederhana tanpa pembantu rumah tangga pekerjaan sendiri-sendiri itu adalah bagi Hana seorang wanita yang mandiri dan teliti setiap rumah tempatinya.

Mega memang tidak memperkerjakan seorang pembantu di rumah, karena dia tidak mempercayai pekerja jika ditinggalkan seorang diri di rumah dengan barang mewah dan antik tersebut. Walau pun besar untuk Hana telah biasa mengerjakan sendiri.

Arka membuka kulkas dan meraih sebotol minuman bersoda dari sana. Kalau kepala keluarga Albert sedang menikmati secangkir teh hangat, beliau tidak diizinkan untuk minum berkafean.

Plak!

"Aww!" Desis Arka secara mendadak pukulan untuk sarapan pagi telah dihidangkan..

Mega memukul bahu putra tunggalnya, seorang wanita semakin berlanjut namun masih awet muda tetap sama sifat masa remaja. Beginilah suasana rumah ketika berkumpul itu. Kesibukan masing-masing tidak akan meninggalkan jejak harmonis keluarga Kalandra.

"Sudah berapa kali Mama bilang pagi-pagi jangan minum bersoda dingin! Tidak kasihan dengan badanmu itu yang sehat itu, heh?! Tidak rokok, soda, minuman dingin?!" Arka telah mendapat omelan di pagi hari.

Tingkah keras kepala dari Arka turun menurut dari ayahnya. Tapi sekarang beliau telah mengurangi kafean dan bersoda sejak dia diagnosis jantung. Usia yang sudah berlanjut kesehatan pun lebih diutamakan.

"Baru juga sekali, tidak sering juga kok, Ma!" Protes Arka membantah perlawanan dari ibunya itu.

"Apa baru sekali? Kamu mengira mama tidak tahu berapa kali kamu minum bersoda? Di kantor sering kamu konsumsi, di kafe? Diskotik? Mau mengelak apa lagi?" Arka tidak bisa menjawab bersembunyi pun percuma tetap ketahuan.

"Sudahlah, Ma. Aku bukan anak kecil yang asyik manggut mendengar cemoohan mama mulu! Aku bisa jaga sendiri kesehatan!" Sikut Arka kesal sendiri.

Perdebatan ibu dan anak di dapur pun berlangsung setelah itu Albert menyusul ke dapur suasana rumah ini entah sampai kapan berlangsung.

"Damian nanti siang apa kamu sibuk?" Suara berat dan tegas itu menghentikan perdebatan dari mereka.

Arka terdiam sebentar dan menoleh arah sumber suara itu, "tidak, Pa." Jawabnya

"Nanti siang Papa harap kamu bisa hadir di acara pertemuan terakhir ini. Apa kamu keberatan?" Ucap Albert memohon

Arka terdiam beberapa detik suasana hening kemudian dia pun menjawab, "tidak, Pa. Damian akan hadir."

Albert mengembuskan napas panjang, "baguslah, Papa harap kamu bisa mempertimbangkan setelah pertemuan itu berlangsung." Ujarnya lalu kembali ke tempat santai tersebut.

Arka hanya bisa melihat sosok punggung lebar dulu sering memikulnya. Dan sekarang telah menyusut rapuh mungkin kelak dia akan seperti dirinya.

Mega kembali melakukan perkerjaan rumah tangga keheningan kembali sunyi hanya di iringi suara kompor listrik dan air kran..