Percetakan surat kabar Media Velda tengah duduk diwarung tempat biasa Nenek Anik dengan wajah lesu tanpa bersemangat. Nasi goreng yang dia pesan itu masih utuh dari panas menjadi hangat aroma sedap sedikit demi sedikit pun menghilang.
Seseorang menarik kursi depan bergabung dimejanya itu menatap intens sosok wanita mengikat rambut satu di belakang mengaduk nasi itu tidak berbentuk lagi.
"Lo kenapa? Kok lesu begitu? Ada masalah?" Seseorang bertanya sama wanita itu dilipat kedua tangan atas meja dan menurunkan sedikit kepala menatap wajah wanita didepannya.
Wanita itu menggerakan sedikit kepala dan meliriknya. Hanya hembusan napas dia keluarkan.
"Hmm..." Lenguhnya meluruskan badannya dan menghentikan aktivitas nasi goreng itu.
Orang itu ya Nando tak ada yang lain, semua permasalahan ada pada cowok playboy cap gayung super. Soal masalah trauma, perjodohan, pekerjaan, segalanya dia tahu. Karena dari mengenal wanita itu Nando sangat memahami situasi kehidupannya walau bukan teman dekat.
"Masalah apalagi?" Nando bertanya
"Gua bingung, Ndo. Nanti siang pertemuan terakhir ketemu dengan pilihan dari kedua orang tua gua." Jawab Velda
"Bagus itu, jadi lo bisa tahu siapa lelaki itu. Lo bisa kenalan dulu sama dia, sebagai teman biasa. Tidak harus langsung menikah proses itu bertahap-tahap bukan?" Kata Nando semangat soal beginian.
"Itu menurut lo, kalau gua? Rasanya mustahil rasanya gua mau menghilang saja. Gua benci keadaan ini, Ndo. Kalau nggak elo saja jadi pendamping hidupku. Biar perjodohan ini batal." Cicit Velda menatap lelaki di depannya itu.
Nando sikap biasa saja itu hanya lelucon untuk Kata-kata dari teman satu ini. "Kalau pun lo mau? Boleh saja, tapi gua nggak maksa lo cinta gua, Vel. Dicoba saja dulu dengan pilihan Mama dan Papamu. Jika lelaki itu memang dasar tidak suka lo bisa kok datang ketempatku. Gua selalu setia dan terbuka untukmu. Tapi tidak sebatas teman atau sahabat, kalau bisa gua nikahi lo."
Ucapan Nando benar serius atau bercanda bagi Velda dia sangat mengerti. Selain dia (Nando) yang selalu mengerti keadaan dalam hidup masalahnya.
"Basi lo, siapa juga mau sama lo. Tapi, thanks banget, kalau nggak ada lo mungkin gua uda meracuni diri sendiri. Tapi lo yakin mau sama gua? Gua trauma akan namanya..."
"Perceraian? Nggak akan perceraian kalau lo memang siap memberi kesempatan untuk gua." Serius Nando menyambungkan ucapan dari wanita manis itu.
Percakapan mereka pun berlanjut hingga siang harinya. Tepat dijanjikan oleh orang tua siang ini dia (Velda) harus hadir acara pertemuan disalah satu restoran ternama.
Wanita itu keluar dari kamar ganti, tidak akan sempat dia pulang kerumah karena waktu tidak akan memungkinkan baginya. Nando selalu setia mengantar teman baiknya itu kemana pun. Sementara sepeda buntut dia titipkan di kantor.
"Apa yang lo lihat? Aneh dengan pakaianku?" Velda bertanya setelah selesai berdandan seadanya dan kembali masuk kedalam mobil Nando.
Nando bergeming melihat sosok wanita tomboi berubah menjadi feminim kalau saja tidak ada perjodohan dari orang tua nya mungkin Nando sudah melamar wanita di sampingnya.
"Nggak, lo terlalu cantik sulit gua mengenalimu. Tapi lo memang benar cantik nggak dandan pun tetap cantik. Lama-lama gua bisa bawa lo kabur dari tempat ini!" Jawab asal si Nando.
"Oh ya? Makasih kalau lo merasa sadar gua memang cantik. Asal lo tahu gua nggak sudi lo bawa gua kabur bisa-bisa harga lo jadi playboy menurun." Tawa Velda sebaliknya Nando menjalankan mobil ketempat pertemuan.
****
Arka, Hana, Albert, Raiya, dan Jonathan telah hadir tinggal menunggu seseorang yang belum hadir di acara pertemuan itu.
Dalam percakapan itu biasa saja, membahas pekerjaan sehari-hari kantor milik Arka. Arka sangat sopan saat bertemu langsung dengan calon mertua dalam perjodohan.
"Jadi, Damian usaha untuk pakan ternaknya lancar? Selain itu keseharianmu apa saja. Maaf kalau tante banyak tanya soalnya selama beberapa kemarin tidak ketemu ternyata boleh cocok dengan putriku." Ucap Raiya berbasa-basi.
"Lancar semua baik-baik saja tidak ada kendala. Untuk penjualan juga lumayan. Semoga kedepan sih tidak ada masalah soal kenaikan harga telur dan lain-lain." Jawab Arka.
"Bagus itu, sebentar ya saya telepon putriku dulu. Dia seperti setiap hari kerja tidak lihat waktu." Omel Raiya..
Velda masih dalam perjalanan terkena macet lampu lalu lintas mati total. HP nya berbunyi nyaring. Mama simpati menelepon...
"Ya, Ma!" Sambung Velda
"Kamu ada di mana?"
"Ini lagi dijalan kok, ma, lagi macet di jalan. Sudirman!"
Sementara di restoran Raiya masih menelepon putrinya sedangkan pihak lelaki bercakap-cakap membahas bisnis kerja. Arka dapat mendengar percakapan dari telepon.
"Ini aku di antar sama Nando, sebentar lagi sampai kok. Kalau nggak mama makan duluan saja!" Ucap dari seberang
Arka masih menyimak percakapan telepon itu. Dia merasa suara itu tidak asing baginya. Namun dia tidak ingin memperasangka buruk kalau telepon itu adalah wanita yang diperkerjakan sebagai supir pribadinya.
"Maaf, putriku sedang keadaan macet. Dia benar kebiasaan sekali." Ucap Raiya jadi merasa malu dengan suasana.
"Tidak apa-apa, Aya. Biasa kota tiada hari tanpa namanya macet." Respons Hana senyum.
Arka duduk semakin suntuk menunggu begini lah dia terlalu bosan untuk hadir di acara pertemuan jodoh ini.
Beberapa menit kemudian Velda pun sampai di sebuah restoran ternama dan dia pun turun setelah itu berpamitan dengan Nando.
"Nanti sudah kelar kabari ya!" Teriak Nando dari tempatnya
"Oke! Thanks ya!" Balas Velda. Dia pun bersiap masuk kedalam ditarik napasnya dalam-dalam kemudian melangkah maju pintu masuk..
Ketika dia mendorong pintu kaca itu, seseorang yang berdiri menyambutnya. "Selamat datang, ada yang bisa dibantu... Untuk berapa orang mbak? Atau sudah ada janji?"
"Tidak, sudah ada janji di sini, Terima kasih." Jawab Velda ramah dia pun masuk dan berjalan seraya wanita anggun.
Mencari keberadaan keluarganya banyak yang berkunjung dan untung penglihatan nya masih bagus. Akhirnya dia menemukan keluarganya tengah berbincang-bincang.
Sosok lelaki membelakangi nya itu masih sibuk dengan HP nya tidak mengenali langkah kaki tengah mengarah tempatnya.
"Maaf sudah membuat tante dan paman menunggu, tadi di perjalanan lampu lalu lintas nya mati total jadi buat kalian semua suntuk." Ucap Velda menyambut ramah kepada Hana dan Albert.
Arka masih sibuk dengan HP dalam keadaan menunduk. Orang tua nya senyum dan tidak merasa keberatan menunggu lama..
Hana menyenggol siku putranya yang masih asyik dengan HP itu. Arka pun mengangkat kepala dan menatap ibunya.
"Main HP saja! Perkenalkan diri dulu dengan calon istri mu!" Bisik Hana.
Arka pun menyimpan HP nya dan kemudian mengarah sumber sosok seorang wanita berdiri itu. Sepasang mata wanita dan pria itu bertatapan langsung tanpa kedip...
Arka dan Velda berseru terkejut pertemuan kali ini mereka begitu sempit. Sering berjumpa dan baru sekarang mereka didasari dunia yang singkat.
Arka?
Velda?
Terasa waktu berhenti mereka dipertemukan tanpa sadar. Pertemuan pertama hingga menjadi supir pribadi wanita itu pun terkuak. Velda kembali mengingat perkataan terlintas ketika dia bersama kekasihnya.
Sedangkan Arka malah terkejut orang yang dia puja dan ingin dia dekati adalah pilihan orang tuanya.. Semua kembali pada diri mereka. Bagaimana kelanjutan setelah pertemuan itu hadir.
****