Chereads / Cintaku Berawal Dari Kepergok Masturbasi / Chapter 10 - Aku Juga Punya 1

Chapter 10 - Aku Juga Punya 1

Sekitar lima menit setelah Rafan pergi, dokter UKS yang diusir sebelumnya kembali datang. Dia menawari beberapa perawatan pada Kirania, beberapa kali dia ditanya tentang keadaannya sekarang dan gejala apa yang membuatnya mengunjungi UKS. Tentu saja gadis itu tidak bilang gejala masturbasinya, sesuatu yang dia katakan hanya alasan umum seperti pusing, dan lemas.

Dokter itu tidak bertanya lebih jauh dan membiarkan Kirania istirahat, tapi pada akhirnya dia diberi obat legendaris yang digunakan untuk siswa pingsan waktu upacara ... atau biasa disebut teh hangat.

"Hah ...."

Kirania menarik selimut dan mengambil bantal yang sebelumnya dia lempar pada Rafan, mengambil posisi rileks untuk berbaring sampai istirahat makan siang datang.

"..."

Ha~ ... aku mau pulang.

Besitnya di kepala yang meminta manja.

Gadis itu ingin mengistirahatkan tubuh sesaat, tapi kondisi di sekitar sangat tidak mendukung. Kirania berguling-guling mencari posisi nyaman, kasur di UKS tidak seempuk di rumahnya, dia juga beberapa kali membuka menutup selimut, bahan kain yang dipakainya tidak sebagus miliknya.

Kalau begini aku gak bisa istirahat.

Setelah beberapa kali bergerak, Kirania pun menyerah untuk tidur, dia keluar dari selimut dan membiarkan kakinya terbuka. Setidaknya dengan posisi terlentang di kasur, gadis itu mampu menenangkan mentalnya.

"..."

Pikiran tentang ketakutan hidup di sekolah kembali datang. Walaupun Rafan sudah meyakinkan dan berani berkata seperti itu, tapi kekacauan hati Kirania tetap tidak terbendung.

Baginya, penampilan menggoda dan suara mendesah keras itu adalah aib besar. Biarpun semua orang di kelas tidak membicarakannya, tapi fakta kalau aib itu terbongkar tidak akan hilang. Dalam hal ini, Kirania bahkan takut ketika orang-orang berpikir dan mengingat kejadian tersebut, terlepas itu dibicarakan atau tidak.

Kalau aku keluar dari sekolah, aku mau keluar secepatnya. Jadi, taruhan Rafan harus aku menangkan. Tidak peduli seberapa keras dia mencoba, pada akhirnya cewek itu tetap cewek, tukang gosip. Satu atau dua orang pasti penasaran dan bertanya padaku.

Taruhan Rafan adalah untuk mencegah semua orang di kelas tidak membicarakan kejadian tersebut. Jika ketua OSIS itu yakin dengan karismanya hingga bisa membuat diam, Kirania masih yakin dengan sifat gelap perempuan. Sekali saja ada yang membahas kejadian tersebut, taruhan Rafan sudah dipastikan gugur.

Heh, sedikit pancingan juga mereka pasti bakal nanya dengan dalih-dalih 'aku gak akan bilang siapa-siapa' atau 'ini cuman kita doank yang tahu'. Satu hari cukup, aku mau hancurin kesombongan cowok itu.

****

Setelah satu jam lebih berlalu, Kirania terus menghabiskan waktunya berbaring di UKS sampai waktu istirahat tiba. Gadis itu pergi dan tak lupa berpamitan dengan dokter tersebut. Sebelum pergi, beberapa pertanyaan tentang kondisinya dia terima dan dijawab seadanya, lagipula secara garis besar Kirania sendiri tidak mengalami masalah di fisiknya.

Dia pun kembali ke kelasnya, masuk ke kelas ketika beberapa orang sudah keluar menikmati makanan. Suasana di sana terasa normal, atau malah lebih ke arah sepi karena jumlah murid yang kurang.

"Nia~ ... kamu sudah baikan? Tadi kamu sakit apa, sih?" sambut Intan yang duduk di meja tengah memakan bekal buatan rumahnya.

"..."

Kirania masih berdiri di depan pintu, dia tidak langsung menerima sambutan Intan maupun berjalan mendekat menghampirinya. Gadis itu sekarang lebih dulu dialihkan oleh pandangan lain, ke arah laki-laki yang berada duduk di belakang.

Dia melihat, 'kan? Yah, dia lihat.

Rafan adalah salah satu dari sebagian kecil laki-laki yang membawa bekal buatan rumah, kali ini dia juga tetap di kelas menikmati makanan bersama beberapa temannya.

"Nia? Sini, donk," panggil Intan sekali lagi karena Kirania 'tak kunjung datang.

Gadis itu pun akhirnya menjawab panggilan tersebut, dia berjalan mendekati Intan yang mengajak makan.

"Kamu kenapa, sih? Kok melamun terus—"

"Intan, kamu ingat aku ngapain saja sebelum keluar kelas!?"

"Bfughk!?"

Rafan di sisi lain kelas tersedak menghentakan udara keras-keras. Dia yang tengah mengunyah makanan membuat sebagian makanan tersembur keluar.

Kirania yang baru saja mendekat langsung memberikan pertanyaan menjurus seputar aib masturbasinya. Gadis itu sengaja mengeraskan suara agar seluruh kelas atau lebih tepatnya Rafan bisa mendengar, membuat tindakannya tersebut disadari dengan jelas oleh laki-laki itu terkejut.

"Uhuk, uhuk ...."

Rafan yang mengerti tindakan konyol Kirania pun jadi terkejut hingga membuatnya tersedak. Beberapa temannya di sana berusaha menenangkannya dengan memberi minum.

"Ternyata Rafan bisa keselek. Ehehe, lucu juga."

"Lucu?"

Intan melihat Rafan dengan pandangan yang menurut Kirania itu menjijikan, layaknya budak cinta yang membutakan seluruh keburukan satu orang.

Dilihat dari manapun, keselek gitu tuh bukan lucu, tapi jorok.

Wajah Rafan sedikit mengkerut masam, menahan rasa perih di tenggorokan. Namun, hal membuat Kirania jijik adalah beberapa makanan yang terlempar dari mulutnya.

"..."

Di sela batuknya Rafan, laki-laki itu memandang sinis Kirania. Sambil menyipitkan mata, dia membuat ekspresi heran bercampur kesal layaknya berkata, 'apa yang kau lakukan, apa kau bodoh!?'.

"Heh."

Gadis itu membuat senyum kecil, membuat wajah meremehkan layaknya berkata, 'terserah aku donk mau ngapain, kamu gak bilang 'kan kalau aku gak boleh nanya kayak gini'.

"Huft ... hah ...."

Rafan menarik napas cukup panjang, tatapan sinisnya dia hapus dari wajah dan berganti ekspresi seolah tidak peduli. Dari pada berpikir dan menatap panik tindakan Kirania barusan, laki-laki itu lebih memilih untuk mengurus dirinya sendiri bersama temannya.

Yah, itu ... aku gak suka kamu dari itumu. Gaya kamu itu kayak yang sombong banget.

Batin Kirania yang jengkel dengan tindakan Rafan.