Chereads / Creepypasta Horror / Chapter 6 - Editor

Chapter 6 - Editor

Hari ini aku di rumah saja, aku sedang menyiapkan ide baru untuk novelku.

Aku memikirkan Tema, Ide, dan alur untuk cerita yang akan aku kirim ke penerbit.

Ide..

Ide..

Ide..

Ide..

Ide..

Ide..

Aku bingung sekali, kemarin mudah sekali aku mendapat ide.

Sekarang?

Sulit sekali mencari ide.

Karena cerita yang mau kubuat adalah cerita Creepypasta, kumencoba mencari inspirasi dari berita kriminal.

Aku menyalakan TV dan mencari channel yang sedang menayangkan acara berita.

"Apa-apaan ini mengapa isinya berita tentang politik?"

Aku terus menekan-nekan tombol remote, untuk mencari berita kriminal yang terjadi baru-baru ini.

"Yeah.. dapat."

Aku menemukan sebuah berita tentang kasus seseorang Pria berinisial J yang ditemukan tewas di ruang kerjanya.

Mayatnya hampir tidak bisa di identifikasi, tapi tanda pengenalnya masih utuh dan memudahkan petugas untuk mengenali siapa pria malang yang tewas tersebut.

Di sebutkan bahwa pekerjaannya ialah seorang Editor dan merangkap sebagai Author.

"Inisial J? Editor?

Hmm...

apa dia..

akh... tidak mungkin dia."

Aku mengenal salah seorang editor, inisial namanya sama dengan dirinya.

***

3 bulan yang lalu, aku mengirimkan kumpulan-kumpulan ceritaku melalui e-mail kepada penerbit.

Setelah menunggu cukup lama, dan melalui seleksi yang sangat ketat...

Mereka menyetujui salah satu ceritaku.

Tapi, sayangnya ceritaku kurang panjang untuk sebuah novel.

Aku mengubahnya, membuat versi yang lebih panjang.

Setelah berminggu-minggu mengerjakan ceritaku, akhirnya aku dapat menyelesaikannya.

Mereka mengirimkan cerita ku kepada seorang editor.

Ia kejam, sangat kejam. Ia tak menghargaiku, ceritaku, karyaku.

Ia memotong hampir setengah bagian ceritaku, berkata bahwa cerita yang kuubah tidak bermutu, tidak menyeramkan, dan kata yang paling kuingat adalah... "Aku tau cerita yang kau buat adalah fiksi, tapi cerita ini sangat aneh, sangat buruk, tak pantas di publikasi. Seharusnya cerita yang kau buat terlihat nyata, agar para pembaca benar-benar masuk ke dalam alurnya. Kau tak pantas menjadi penulis, bahkan menulis cerita saja tak becus. Bahkan ceritamu kurang mendetail! Kau hanya menambah pekerjaanku saja."

Apa kau tau rasanya mendengar ocehannya itu?

***

Di dalam cerita yang kubuat, tokoh utamaku Adi bersenang-senang dengan korbanya.

Memang tidak masuk akal caraku menulis apa yang dilakukan Adi di dalam ceritaku.

Adi membuat sang korban tak sadarkan diri dengan alat kejut listrik.

Ia menyeret korban yang tak sadarkan diri ke jalan yang tak rata dan berkerikil membuat tubuh si korban tergores dan terluka.

Lalu ia membawanya ke gudang pabrik tekstil yang tak terpakai. Tapi, beberapa mesin masih bisa menyala.

Adi menggunakan mesin stim untuk menyetrikanya, lalu mewarnainya dengan obat-obat tekstil yang masih panas.

Setelah selesai ia mengembalikan mayatnya ke tempat semula.

***

Memang benar cerita yang kutulis tidak lah nyata... Ya, memang menjadi penulis bukanlah hal yang mudah.

Aku sedikit frustasi dan mencoba mencari ide cerita lain, untuk di kirim kembali kepada penerbit dengan ditemani tayangan berita-berita kriminal yang tiada habisnya.

Hingga pada hari itu, seseorang mengetuk pintu rumahku.

Suaranya sedikit lantang disertai ketukan pintu dengan ritme yang keras.

Kubuka pintu tampak ada beberapa orang berseragam coklat serta membawa atribut institusi negara.

"Saudara Adi. Kami dari kepolisian. Apa anda mengenal saudara Jerry?"