Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

SEANCE

Nara_Eander
325
Completed
--
NOT RATINGS
123.7k
Views
Synopsis
Nada adalah seorang pelajar yang masih duduk di bangku SMA. Dia adalah anak yang humble, baik dan periang. Meski dirinya memiliki sikap penakut, namun banyak orang yang peduli padanya dan menjadi teman baiknya. Termasuk enam orang yang selalu bersamanya juga menemaninya. Suatu malam, ketika ia sedang tinggal sendirian di dalam rumah. Ada sebuah suara yang memanggil-manggil namanya dan mengetuk pintu rumahnya di tengah malam. Nada yang memang penakut itu pun tak berani keluar dan hanya mengintip lewat jendela rumahnya. Sesosok wanita berbaju putih dengan rambut yang panjang, juga keadaan tubuh yang basah itu berdiri tepat di depan pintu masuk rumahnya. Mengetuk berkali-kali sehingga semakin lama ketukan itu semakin kencang. Membuat Nada merasa ketakutan dan panik hingga ia menelephone temannya untuk meminta bantuan. Predictia, salah satu temannya yang memang dapat berkomunikasi dengan makhluk-makhluk tak kasat mata itu pun memberitahu Nada jika wanita yang malam tadi menemuinya bukanlah sosok manusia, melainkan sebuah arwah gentayangan yang meminta bantuan pada Nada. Awalnya Predictia hanya memberikan beberapa cara untuk mengusir arwah tersebut, namun semakin lama arwah itu semakin mengganggu dan bahkan menghantui mereka bertujuh. Akhirnya Predictia pun memutuskan untuk mengajak seluruh temannya melakukan SEANCE, sebuah ritual pemanggilan arwah. Ritual itu di lakukan dengan sebuah cara yang berbeda dari cara yang lain, di mana mereka harus berdiri melingkar dan tak boleh merusak lingkaran tersebut. Predictia yang memang sudah biasa melakukan itu mengajak mereka semua berkomunikasi dengan arwah gentayangan itu, namun sebuah kesalahan terjadi di saat mereka melakukan ritual tersebut. Hingga mereka tak sengaja membuka sebuah pintu untuk makhluk-makhluk lainnya berkomunikasi dengan mereka termasuk sang iblis. Siapa sebenarnya hantu tersebut? Bagaimana cara mereka untuk mengatasi semua itu, termasuk menghadapi Iblis yang datang? Apakah mereka akan berhasil membantu arwah gentayangan yang menghantui Nada?
VIEW MORE

Chapter 1 - Nada dan Leo

"DAN MIMPI BURUK ITU DATANG, DI SAAT AKU SENDIRIAN! "

Nada, dia adalah seorang pelajar SMA di Ibukota Manawai. Perempuan cantik ini terkenal friendly, namun ia juga termasuk ke dalam orang yang sangat penakut di antara teman satu kelasnya, pengecut memang... Tetapi penakut adalah sikap yang di maklumi untuk para perempuan bukan? Jika penakut adalah sifat yang melekat pada seorang laki-laki… Barulah mereka akan di sebut pengecut. Memang dunia ini kejam! Tetapi hal tersebut sudah menjadi budaya dah hokum yang tidak tertulis. Mungkin karena laki-laki nantinya akan menjadi seorang pemimpin.

Yah… untunglah Nada masih memiliki enam sahabat yang selalu ada di dekatnya, juga menerima dia apa adanya. Meskipun mereka-mereka juga adalah kumpulan orang yang aneh, namun mereka baik, dan setia kawan. Setia untuk melakukan hal bersama-sama meskipun itu salah. Hahaha!

"Hm... Semoga saja hari ini, adalah hari keberuntungan untuk ku!'' Nada memanjatkan do'a tidak formalnya ketika ia berjalan menuju ruang kelas pada pagi itu. Nada terus saja mengucapkan do'a tersebut selama perjalanan karena konon katanya bulan ini adalah bulan kehancuran bagi zodiak aquarius. Meskipun sebenarnya Nada tidak percaya akan ramalan-ramalan bintang seperti itu. Tapi… Do'a tersebut hanya 'untuk berjaga-jaga.' pikirnya.

Nada mengakhiri langkah kakinya di depan kantin sekolah, ia belum sampai di kelas miliknya karena melihat seorang lelaki yang tengah berdiri berbincang dengan pemilik kantin yang sibuk membuatkan sebuah minuman. Mungkin pesanan lelaki itu, "Leo!" Nada berteriak, memanggil pada lelaki bernama Leo tersebut.

Leo, lelaki yang merasa namanya terpanggil itu pun langsung melirik ke arah sumber suara. Ia menatap pada Nada yang melambaikan tangan dengan senyum di wajahnya. "Eh, Nada! Ada apa?'' tanyanya dengan sangat santai.

"Kesini!" Sambil mengayunkan tangannya, Nada menyuruh Leo untuk mendekat padanya. Leo terlihat sedikit ogah-ogahan menghampiri perempuan itu, tetapi ia tetap melangkahkan kakinya untuk menghampiri Nada yang berjarak cukup jauh dari tempatnya.

"Apa sih Nad?" Tanya Leo dengan intonasi suara yang sedikit kesal, ya… Dirinya lumayan kesal karena Nada menyuruhnya mendekat alih-alih ia berjalan untuk menghampiri dirinya. Yah… Perempuan, sifat mereka selalu seperti itu. Dan Leo memaklumi hal tersebut, lebih tepatnya berusaha memaklumi hal tersebut!

"Kamu tahu nggak, di kelas ada siapa saja?" Leo tidak percaya atas pertanyaan yang di tanyakan oleh Nada padanya itu. Dia menghela nafasnya dan menatap pada Nada yang tingginya tidak sampai pada tenggorokkannya, alias Nada hanya setinggi dada miliknya.

"Ya mana aku tahu, Nad! Kan aku sekarang ada di depan kamu, bukan di dalam kelas!" Leo menjawab dengan sedikit emosi, meski dirinya tidak benar-benar emosi. Leo hanya merasa gemas saja pada teman perempuannya yang satu itu, yang hampir selalu membuatnya jengkel.

"Ga perlu emosi gitu dong! Aku kan cuma nanya!" Nada berteriak sebal, ia berbalik dan pergi meninggalkan Leo sambil menahan kekesalan yang ia rasakan pagi itu.

Leo yang di tinggalkan seperti itu pun bertanya-tanya pada dirinya sendiri, 'Loh… Apa dia marah ya?' Ia hanya terdiam menatapi Nada yang berjalan dengan kecepatan yang lumayan kencang untuk ukuran sebuah langkah santai menurutnya. Tentu saja perempuan itu berjalan kencang, ia sedang merasa kesal. Nada juga terlihat berjalan dengan menghentakkan kakinya ke lantai dengan cukup keras.

Saat menatapi Nada yang semakin menjauh, tiba-tiba Leo di kejutkan oleh sebuah tepukan pada kedua pundaknya. "Leo!" Leo tambah terkejut ketika panggilan itu cukup kencang terdengar di telinganya. Saat ini dua orang lelaki tengah merangkul masing-masing bahunya.

"What's up brother?" Seorang lelaki yang menggunakan topi dengan posisi miring itu bertanya pada Leo, dan Leo tidak menjawab pertanyaan tersebut dan tetap menatap Nada yang semakin menjauh.

"Sepertinya dia ada masalah... Ya kan Leo?" Tebak seorang lelaki yang berparas tenang nan tampan tersebut, lelaki ini juga terlihat cukup manis saat ia tersenyum pada Leo dan seorang lelaki lainnya.

"Memang ada!" Leo menjawab dengan cukup ketus dan pergi begitu saja meninggalkan kedua temannya yang masih berdiri di tempat mereka itu. Keduanya cukup terkejut dengan jawaban tersebut dan saling menatap bingung.

"Sepertinya Leo ada masalah sama Nada lagi deh, Dhan." Tutur Lelaki berparas ramah tersebut. Namun raut wajah itu sekarang telah berubah menjadi dingin seperti seorang membunuh. Ia menatap pada lelaki yang ia panggil Dhan itu dengan tajam, sehingga lelaki tersebut menghindari tatapannya karena takut.

"Mm... Entahlah." Timpalnya seraya mengangkat kedua bahu dan berjalan meninggalkan lelaki yang kini memiliki raut wajah seperti seorang pembunuh berdarah dingin itu.

Langkah Nada telah sampai ke dalam kelas, hanya membutuhkan waktu dua menit saja untuknya sampai kesana. Jika biasanya ia menghabiskan waktu lima hingga tujuh menit. Namun karena emosi yang ia rasakan, semuanya terasa begitu cepat.

"Hai, Nad!" Ketika Nada sudah sampai ke dalam kelasnya seorang gadis cantik, menyapa dengan riang padanya. Seorang perempuan yang memakai pita pink di kepalanya, meski sebenarnya keberadaan pita itu tidak cocok dengan kepribadiannya. But who care? Itu style nya, selama ia nyaman dengan hal tersebut maka No body can judge her.

"Ichaaa!" Nada memanggil nama perempuan itu dengan manja sekaligus kesal, dan tidak dengan semangat yang menyertainya. Sehingga perempuan berpita yang memiliki nama Icha itu mengerenyitkan dahinya dan bertanya.

"Lu kenapa Nad?" Tanyanya seraya menghampiri Nada yang sudah menaruh tasnya ke atas meja dan meletakkan kepalanya di atas sana. Berposisi seperti seseorang yang hendak tidur di manapun ia mau, bahkan hari itu masih sangat pagi untuk orang-orang kembali tidur.

"Ga tahu Cha! Kepala ku terasa pusing, dan badan ku juga terasa lemas banget!" Jawab Nada, menjelaskan kepada Icha tentang apa yang saat ini tengah ia rasakan. Ia terlihat seperti seorang pasien yang menjelaskan keluhan kesehatannya pada dokter pribadi.

"Lu... Lu udah sarapan belum?" Tanya Icha memastikan hal tersebut sebelum ia mendiagnosis. Sarapan adalah hal yang selalu di lewatkan oleh temannya yang satu itu, karena beberapa alasan yang tidak masuk akal. Salah satunya adalah MALAS!

"Belum." Jawab Nada dengan sangat singkat. Bahkan untuk menjawab pertanyaan itu saja ia enggan membuka mulutnya, sangking lemasnya seluruh tubuh Nada. Icha memutar kedua bola matanya dengan kesal.

"Astagaaaaa... Lu tuh ya, Ihhh!" Icha menggerutu sambil menjitak kepala Nada dengan pelan. Ia kesal karena Nada selalu melewatkan sarapan dan terkadang mengeluh padanya di pagi hari. Membuatnya selalu mengkhawatirkan kondisi kesehatan temannya tersebut. Bukan! Sahabatnya tersebut.

"Sini, Nad! Lu harus ikut gue!" Icha berdiri dari duduknya dan menarik tangan Nada untuk ikut berdiri dan keluar dari kelas mereka.

"Kemana?" Dengan lemas, Nada bertanya pada sang sahabat. Sebenarnya ia terlalu lelah untuk berdiri dan berjalan. Tetapi kekuatan Icha yang menarinya tersebut membuat dirinya mau tidak mau, bahkan harus! Mengikuti langkah perempuan berpita tersebut. Karena jika tidak, perempuan itu akan marah dan meledak-ledak seperti petasan pada Nada.

"Ke kantin! Lu harus sarapan dulu, Nad." Jawab Icha yang masih menarik tangan Nada untuk keluar dari kelas. Langkah keduanya terhenti saat seorang lelaki yang cukup tinggi menghalangi langkah mereka.

"Nad! Cha..." Icha cukup terkejut ketika Leo menghadang mereka, ia terlihat hendak berbicara dengan Nada dan menyapa pada Icha yang ada di sana. Icha mengangkat sebelah alisnya, karena tidak biasa di pagi seperti ini Leo tergesa-gesa bahkan menghalangi langkah mereka.

"Hai Eo, ada apa?" Tanya Icha, ia penasaran mengapa lelaki itu terlihat begitu ingin berbicara pada Nada. Ia merasa bahwa Leo saat ini memiliki masalah dengan salah satu sahabatnya itu, karena memang mereka berdua tidak pernah untuk tidak bertengkar.

"Nggak Cha. Aku cuma mau bilang, maafin aku ya Nad. Aku nggak bermaksud..." Belum sempat Leo menyelesaikan perkataannya, Nada kehilangan kesadaran dan jatuh pingsan. Untung saja Leo mempunyai refleks yang bagus dan langsung menangkap tubuh Nada yang terhuyung ke samping itu. Jika tidak, mungkin saja kepala Nada akan membentur lantai dengan keras.

"Nada!" Leo dan Icha secara bersamaan meneriaki nama perempuan yang tidak sadarkan diri itu. Leo segera mengangkat Nada dan membawanya ke ruang UKS, sedangkan Icha mengikuti langkah cepat Leo dari belakang.