Aku tidak peduli jika kau mengira ceritaku hanya rekayasa atau halusinasiku saja, karena aku hanya ingin menceritakan kisah ini.
Sebenarnya aku tidak punya kemampuan supranatural apapun, tapi entah mengapa mereka selalu sengaja memperlihatkan diri padaku.
Maksudku, hanya padaku. Karena orang lain di sekitarku, tidak melihat hal yang sama sepertiku.
Bahkan ketika aku hanya menceritakannya saja, sudah seperti lelucon di telinga mereka.
Tapi berbeda dengan pengalamanku yang satu ini, sudah sering kali aku ceritakan pada orang yang kukenal, tapi mereka justru lebih tahu cerita ini dibanding aku.
***
13 Maret 2013, saat itu aku masih menjadi siswa SMA.
Aku menghadiri ekskul pada hari rabu, dan selesai pukul 3 sore.
Sekolah sudah sepi karena anak-anak yang lain sudah pulang.
Tidak ada yang diijinkan berlama-lama di sekolah setelah kegiatan belajar-mengajar selesai, terkecuali siswa yang mengikuti ekskul.
Di sekolahku jam pulang pukul 1, kecuali hari jum'at hanya sampai pukul 11.
Aku berjalan sendirian menuju kelasku, menyusuri tangga dan melalui koridor sekolah.
Tidak ada orang lain yang berlalu lalang.
Aku berniat mengambil tas punggungku di kelas.
Kelasku berada paling ujung gedung, cukup jauh dari ruang guru dan gerbang sekolah.
Setelah sampai di depan kelas, aku langsung saja membuka pintunya.
Sesaat tadi aku berpikir ruangan kelasku akan kosong. Tapi aku salah, aku melihat seseorang di sana.
Seorang gadis kecil duduk di bangku paling depan, di dekat pintu.
Ia sedang menunduk sembari menggenggam pecahan kaca yang ia ketuk-ketukan pada meja.
Kulitnya pucat membiru, rambutnya panjang sebahu, dan ia mengenakan baju berwarna pink bercorak kupu-kupu.
Posisi tasku berada di bangku ke-3 sudut kiri.
Aku terdiam sesaat. Berpikir akan mengambil tasku, atau mengurungkan niatku dan mengambilnya besok pagi.
Tapi laptopku ada di dalam tas, aku membutuhkannya untuk mengerjakan makalah sosiologi.
Aku memutuskan mengambil tasku.
Aku melangkahkan kaki ku masuk, dan tiba-tiba saja gadis kecil itu menatapku.
Tatapannya seperti tatapan orang mati.
Kosong....
Itu yang kurasakan.
Aku menelan ludah dan memberanikan diri bicara padanya.
"Permisi, aku hanya ingin mengambil tas punggungku."
Dia tak menyahuti, hanya menatapku tanpa memberi ekspresi apapun.
Aku perlahan melewatinya dan mengambil tasku.
Dia terus mengawasiku, sorot matanya mengikutiku.
Aku mencoba menahan teriakanku ketika kepalanya berputar seperti burung hantu, hanya untuk memperhatikan apa yang sedang kulakukan.
Aku merasa akan kehilangan kesadaran saat ia memperlihatkan senyumannya padaku, atau lebih terlihat seperti seringaian.
Setelah kudapatkan tasku, aku melewatinya kembali dan sekali lagi, aku mencoba memberanikan diri bicara padanya.
"Aku akan segera pergi...."
Dia membuka mulutnya lebar, tak ada apapun di rongga mulutnya. Hanya terlihat seperti lubang hitam.
Aku menutup pintu itu perlahan,
dan aku berlari secepat yang kumampu.
Aku bersyukur telah melaluinya, walaupun aku mengalami shock yang cukup parah, aku baik-baik saja dan tidak terluka.
Tapi tetap saja aku tak bisa melupakan kejadian tersebut, aku menceritakannya pada pacarku, tapi ia tak menganggapnya serius.
***
19 Maret 2013, pacarku memutus hubungannya denganku.
Ia beralasan karena ia selalu bermimpi buruk.
Ia histeris dengan berkata, "aku tidak sanggup lagi melihatnya, Adam."
Aku mencoba menenangkannya, ia berkata ia selalu mengalami dejavu.
Ia melakukan hal yang sudah ia lakukan, dan ia pun selalu bermimpi hal yang sama.
Ia selalu melihat seorang gadis kecil berlarian di sebuah bangunan, dan tiba-tiba saja anak itu terjatuh dari balkon, dan menghantam sebuah kaca jendela yang akan dipasang.
Ia berkata anak itu belum mati.
Anak itu mencoba meminta tolong dengan mengetuk-ngetukan pecahan kaca.
Dengan tangan bergetar pacarku terus mengingat mimpinya.
"Anak itu mencoba menolehkan wajahnya, berharap seseorang datang menyelamatkanya. Tapi, pecahan kaca terus menggores lehernya."
Aku tak bisa menerima alasannya, dan membujuk dia agar tak putus denganku.
Tapi itu sia-sia, dan aku tidak mau memaksanya lebih jauh.
Yah, menyakitkan memang. Tapi dia mengancam akan bunuh diri jika aku masih bersikukuh untuk tidak berpisah.
Dua hari setelahnya ia pindah keluar kota.
***
Hal-hal aneh terus terjadi padaku.
Saat itu jam istirahat, aku pergi ke toilet pria karena sakit perut yang tak tertahankan.
Setelah selesai menyiram barang pribadiku, sebuah bayangan melintas di depan mataku.
Karena merasa ada yang janggal, aku bergegas meninggalkan toilet.
Saat aku akan keluar, sesosok pria menghalangi pintu.
Pria Belanda yang sangat tinggi, berambut gondrong dan berjanggut.
Ia tak terlihat menyeramkan, tapi tetap saja kehadirannya membuat jantungku hampir berhenti.
Dia mencoba mengatakan sesuatu padaku menggunakan bahasa asing.
Ia terus mengulang kata-katanya.
Aku tak tahu harus melakukan apa.
Aku mencoba menganggukan kepalaku, seolah aku paham yang ia katakan.
Setelah itu ia membiarkanku pergi.
Aku mencoba mengingat apa yang pria Belanda itu katakan.
"Meisje"
"Gevaarlijk kind"
"Bespaar jezelf"
Hanya itu yang ku ingat.
***
4 April 2013, hari itu aku sedang sendirian di rumah karena orang tuaku pergi keluar kota.
Aku menghabiskan malamku dengan menonton TV.
Malam Jum'at banyak sekali acara TV yang menayangkan hal-hal ghaib dan film horror.
Masih pukul 19:00 saat itu aku sedang menyaksikan acara Scary Job.
Ketika itu aku merasa paranoid karena mendengar suara yang begitu mengganggu, mungkin hanya perasaanku saja, atau karena aku terlalu serius menyaksikan TV.
Sreeek.... Sreeeek.... Sreekk....
Aku membesarkan volume TV hingga 30 bar, agar suara itu tersamarkan.
Tapi tetap saja suara itu terus mengganggu.
Mencoba tenang aku berucap. "Hentikan! Berhenti menggagguku, aku bahkan tak mengganggu kalian!"
Tapi, suara itu masih terdengar.
Aku menguatkan mental dengan mencari asal suara itu.
Aku sudah siap jika harus melihat penampakan lagi.
Sreek... Sreeek... Sreeeekk...
Suara itu berasal dari dapur, aku memeriksa apa itu.
Entah merasa kecewa atau lega, yang kutemukan adalah seekor kadal yang bermain dengan kantung plastik.
Yah, aku sedikit merasa konyol karena paranoid dengan suara itu.
Setelah mengeluarkan kadal itu keluar jendela dan membuang kantung plastik tadi, aku kembali ke ruang TV.
Suasana cukup tenang sekarang, hanya suara TV yang terdengar.
Mendadak listrik rumahku mati.
Namun tak berapa lama kemudian listrik rumahku kembali menyala.
Degh...
Mungkin jika kau melihat yang kulihat, kau sudah mengompol di celana.
Karena akupun hampir seperti itu, tapi sekuat tenaga aku menahannya.
Aku melihat gadis kecil yang tempo lalu kulihat di kelasku.
Ia sedang duduk di atas TV.
Kaki mungilnya menghalangi layar TV.
Bukan hanya itu saja, pecahan kaca yang selalu ia genggam menancap pada layarnya, membuat TV-ku mati dan berasap.
Dia membalikan tubuhnya tanpa membalikan wajahnya padaku.
Seluruh punggungnya tertancap pacahan kaca yang sebelumnya tak kulihat.
Puluhan serangga bersarang di punggungnya.
Ia mengulurkan tangannya seakan ingin aku menggendongnya.
Tanpa berbasa-basi aku mengambil kunci rumah di atas rak dan berlari menuju pintu keluar, lalu menguncinya.
Aku memutuskan untuk menginap di rumah temanku, Fery.
Aku berjalan kaki untuk sampai ke sana, karena aku hanya sempat mengambil kunci rumah tapi melupakan kunci motorku.
Mentalku tak sekuat itu untuk kembali ke dalam.
***
Aku menceritakan hal yang kualami pada Fery, tapi yang kudapatkan hanyalah gelak tawa darinya.
Keesokan paginya, aku pulang ke rumah. Aku tidak melihat penampakan gadis kecil itu lagi.
TV yang ia rusak pun kembali seperti sedia kala, seperti tak pernah ada pecahan kaca yang menancap pada layarnya.
***
Setahun berlalu, tak ada tanda-tanda kehadiran gadis kecil itu lagi.
Tapi, aku masih melihat pria Belanda di dalam toilet pria.
Ia selalu mengatakan kata-kata yang tak aku mengerti.
Hanya beberapa kalimat yang kuingat.
"Vriendin"
"Gebonden aan een relatie"
Bukan hanya pria Belanda itu saja, belakangan ini aku sering melihat penampakan hantu-hantu lokal.
Mereka hanya menatapku, tanpa mencelakaiku.
***
14 April 2014, Fery menemuiku. Sudah lama memang kami tak bertemu.
Tapi suasana hatinya sedang tidak baik hari ini, ia terlihat begitu kesal.
Ia berkata, "kau pembawa sial Adam!"
Aku tak mengerti mengapa ia tiba-tiba mengataiku seperti itu.
Dengan penuh emosi dia mengatakan hantu gadis kecil yang pernah kuceritakan, telah mengikutinya.
Setiap malam, ia harus tidur dengan puluhan serangga di ranjangnya.
Ia selama setahun ini mencarikan keluarga arwah gadis itu.
Tapi percuma saja, tidak ada yang peduli bahkan tak ada yang ingin mengetahui keadaan arwah gadis itu.
Sama seperti yang dikatakan mantan pacarku, Fery pun bermimpi tentang sesosok gadis kecil yang jatuh dari balkon dan menghantam sebuah kaca.
Hal yang berbeda adalah, Fery tidak mengalami dejavu.
Setiap harinya mimpi yang ia lihat berbeda.
Ia melihat ketika gadis itu meregang nyawa, karena tak ada yang datang untuk menolongnya.
Ia pun melihat ketika mayat gadis itu membusuk dan berair, dan juga ketika serangga-serangga mengkerumuni mayat gadis kecil itu.
Ia terus melihat hal-hal yang membuat ia tak bernafsu makan dan ia menyalahkan aku atas semua yang ia alami.
Ia pergi begitu saja setelah mengatakannya.
***
Suatu malam, aku mendapatkan sebuah mimpi.
Aku berjalan ditengah malam, melalui jalan-jalan aspal sendirian.
Di pinggir jalan, terlihat seseorang sedang menungguku.
Ia memakai topeng, dan hoodie berwarna hitam.
Ia melambai padaku, aku pun tanpa ragu menghampirinya.
Ia terus menggerakan gestur tubuhnya, seakan ingin bicara padaku menggunakan bahasa isyarat.
Aku hanya memperhatikan, tanpa mengerti yang ia coba sampaikan.
Iapun terus menunjuk-nunjuk jari telunjuknya padaku, lalu ia memberi sebuah kertas dan menghilang setelahnya.
Aku terus berjalan di jalan aspal dengan bertelanjang kaki.
Sosok yang familiar terlihat dari kejauhan.
Pria Belanda yang selalu muncul di dalam Toilet.
Ia mengatakan padaku, "bespaar jezelf Adam."
Ia terus mengulang kata-kata itu, dan aku tak tahu darimana ia mengetahui namaku.
Hanya itu saja yang kuingat tentang mimpiku.
Pagi harinya, masih dengan keadaan kebingungan aku mencoba menerjemahkan kata-kata yang pernah pria Belanda itu katakan padaku menggunakan mesin penerjemah, walaupun aku hanya ingat beberapa kata.
Vriendin = Pacar
Gebonden aan een relatie = Terikat pada suatu hubungan
Meisje = Anak perempuan
Gevaarlijk kind = Anak yang berbahaya
Bespaar jezelf = Selamatkan dirimu sendiri.
Aku tersentak membacanya.
Banyak sekali pertanyaan yang ada dibenakku.
Apa mungkin pria Belanda itu mencoba memberitahuku sesuatu?
Apakah hal ini berkaitan dengan putusnya aku dengan pacarku?
Apa ini juga penyebab hubungan pertemananku rusak dengan sahabatku?
Aaargh... Apa yang harus kulakukan.
Apa aku melakukan kesalahan padanya?
Darimana aku bisa mendapatkan jawaban?
Ting Nong...
Suara bel mengejutkan lamunanku.
Aku bergegas membukakan pintu untuk melihat siapa yang menekan bel pintu.
Secepat aku membuka pintu, secepat itupun aku menutupnya.
Yang menekan bel bukanlah manusia.
Sosok anak kecil berkepala botak dan memakai popok sedang bermain dengan bel rumahku.
Ia terus menekan-nekan bel dan tanpa aku sadari ia sudah berada di sampingku.
Hal itu membuatku tersungkur karena terkejut.
Ia mendekatiku dan meloncat-loncat di atas tubuhku.
Aku mencoba menyingkirkan anak yang dijuluki Tuyul ini.
Aku mencoba memberinya uang agar ia cepat pergi, tapi ia tetap berloncatan di atas tubuhku.
Ia kemudian terjatuh dan menangis.
"Seseorang memukulnya," itu yang ia katakan.
Benar saja, gadis kecil yang kukira sudah pergi, tiba-tiba saja muncul dan menusuk-nusukkan pecahan kaca pada si tuyul.
Aku yang tak bisa mencerna kejadian aneh ini, memilih langkah seribu sebagai pilihan terbaik.
Setelah berada dikeramaian aku merogoh saku celanaku untuk mencari uang yang bisa kupakai untuk menaiki kendaraan umum, tapi yang kutemukan justru sebuah kertas.
Aku ingat sosok aneh bertopeng dengan hoodie yang memberikan itu padaku.
Disitu tertulis, "abaikan sekalipun kau melihat. Putuskan kutukan seperti kau memutuskan hubungan."
Setelah membaca itu, aku tahu harus menuju ke mana.
Aku pergi ke sekolah dengan berjalan kaki karena tak membawa uang sepeserpun, dan hanya membawa ponselku.
Sekolah saat ini sepi karena libur nasional.
Aku memanjat pagar belakang yang tak diawasi penjaga sekolah.
Kemudian aku pergi ke toilet untuk mencari hantu pria Belanda.
Seakan tahu aku akan menemuinya, ia sudah menungguku.
Ia berkata, "hij Volgtje."
Aku mengeluarkan ponselku dan bergegas menerjemahkannya.
Hij Votgtje berarti, ia mengikutimu.
Pria belanda itu berucap lagi, "hij blijftbij je."
Yang artinya, Ia tinggal bersamamu.
Pria Belanda itu melanjutkan, "Vertel het iemand, en je bent vrij."
Ceritakan ini dan kau akan terbebas.
Itu yang dikatakan mesin penerjemah.
Yah, sekarang aku tahu mengapa pacarku meminta untuk berpisah setelah kuceritakan tentang sosok gadis kecil itu.
Juga temanku yang menganggapku pembawa sial, ketika aku mengatakan pengalaman menakutkan yang kualami.
Aku harap ketika aku menceritakan ini pada kalian, gadis kecil itu tidak kembali padaku.