Chereads / Antara Aku & Kakak / Chapter 9 - episode 9

Chapter 9 - episode 9

Belajar yang begitu mengasyikkan, kami sampai lupa bahwa hari menjelang sore. Para santri wanita di panggil untuk sholat berjamaah di masjid yang dekat di pondok.

Tidak senggan akhirnya kami berempat langsung bergegas mengambil mukenanya masing-masing.

Ara sibuk membersihkan kasur yang kucil sejak tadi. Willy ramai berseru untuk mengajakku cepat keluar dari kamar sedangkan si Putri beranjak keluar dengan membawa sajadah dan mukena.

Aku masih berusaha mengambil mukena yang terselip di tas bagian bawah, susaj sekali mengambilnya. Aku harus membongkar semua pakaian dan mengeluarkannya agar gampang untuk di ambil.

Setelah beberapa menit, kami berempat menuju ke masjid dan berpapasan dengan Lela. Lela berlari kecil menuju kamar, dan Aku masih memperhatikannya.

"Lela!" Panggil Willy mengagetkan kami bertiga.

Lela langsung mengangkat wajahnya dan melirik ke arah kami. Bukannya menghampiri, justru Lela malah mengambil jalan pintas untuk menghindar dari kami.

Aku sungguh ragu, lela begitu membuat Aku bingung. Tapi Aku hanya berpikir positif saja dengannya. Mungkin dia hanya belum terbiasa mengenalku sebagai teman barunya.

"Sudahlah, ayo kita lanjutkan jalannya" Kata Ara sembari menarik tangan Putri.

Sesampai di masjid, seperti biasa. Melakukan aktivitas sewaktu Aku di pondok. Berwudhu, dan berdo'a. Sesudah itu baru kami berempat langsung menuju ke masjid. Di sana sudah ada beberapa Ustad dan Ustadzah yang menunggu di depan pintu masuk masjid.

"Assalamu'alaikum" Ucap kami bersamaan, dan bersalaman dengan sesama mahramnya.

"Waalaikumsalam" Jawab kedua orang yang menjaga di pintu.

Di masjid, akan di bagi menjadi dua bagian. Bagian depan adalah para santri ikhwan dan bagian belakang adalah santri akhwat. Sama seperti masjid lainnya dengan di batasi gorden yang panjang. Namun, bedanya di masjid ini di tutupnya dengan kain berwarna putih dan sangat panjang.

Melakukan aktivitas seperti ini sudah biasa di kalangan semua pondok pesantren, maka tidak heran pula Aku melakukannya. Dengan senang hati, sebelum mulai sholat semua santri di ajarkan untuk tidak mengobrol sama sekali. Tetapi, para santri di ajarkan untuk bersholawat nabi sebelum di ikamahkan.

***

"Anak-anak apakah kalian tahu tentang permen yang sudah terbuka dan masih terbungkus rapih?" Tanya Ustad yang membimbing ceramahnya setelah sholat.

Semua hanya saling menatap satu sama lain, lalu tidak ada di antara mereka yang tahu. Akhirnya Aku memberanikan diri untuk menjawabnya.

"Ustad, saya tahu maksudnya" Jawabku sedikit gemeteran.

Suasana tiba saja langsung terasa canggung. Semua terdiam dan santri wanita menatapku lamat-lamat. Walaupun para santri pria tidak bisa melihat wajahku tapi Aku merasa sedikit gugup.

Hanya Ustad lah yang bisa melihatku dengan jelas, karena gorden itu tidak terlalu tinggi maka ia bisa menatapku.

"Alhamdulillah. Silahkan menjelaskan, hawa" Ucap Ustad tersenyum.

"Kedua permen tersebut jika di letakan terlalu lama di lantai, maka akan mengundang satu semut yang tergiur oleh bau manisnya, satu semut itu akan memanggil segerompolan temannya untuk bersama-sama saling menikmatinya." Kataku menjelaskan dengan sangat lancar.

"Lalu, apa yang terjadi oleh kedua permen tersebut?" Tanya sosok paruh baya di balik gorden, suara pria itu terdengar familiar.

"Permen yang masih terbungkus rapat tidak akan termakan oleh semut karena masih tertutup. Oleh karena itu. Semut hanya menikmati yang sudah terbuka saja, karna lebih muda untuk mereka nikmati." Lanjutku sedikit gugup.

"Terus?" Tanya Ara mengagetkanku.

"Kesimpulannya ialah wanita, jika wanita mau menutup auratnya dari ujung kaki sampai sehelai rambutnya maka ia akan selamat dari godaan yang bukan mahramnya, bukan itu saja. Melainkan ia juga akan menyelamatkan kedua orang tua kita, saudara laki-laki kita. Sedangkan wanita yang tidak menutup auratnya, akan bernasib sama seperti permen yang terbuka itu".

"Dia akan mengundang hasrat seorang laki-laki yang bukan muhrimnya dan juga ia akan menyeret-nyeret kedua orang tuanya di neraka. Naudzubillah." Jelasku begitu sangat panjang, saking panjangnya semua hanya terdiam dan mengartikan apa yang ku bahas.

"Subhanallah, kau menjelaskan begitu jelas dan mudah di artikan. Terima kasih hawa" Ucap Ustad sembari tersenyum dan bertepuk tangan untukku.

Akhirnya semua mengikuti Ustad bertepuk tangan dan tersenyum pdaku. Aku langsung tertegun malu karena tekatku sebagai santri baru justru menjadi alih perhatian semua santri dan juga Ustad dan Ustadzah.

Setelah Aku menjelaskan arti dari sebuah permen, ustad pun menjelaskan tentang aurat begitu panjang beserta dalil dan hadistnya.

***

"Ya ampun, Mer. Kau luar biasa. Padahal kamu pertama masuk santri loh." Kata Willy menyengir.

"Iya, aku sampe takut kalau kamu salah mengartikan tadi." Lanjut Ara.

Aku hanya tersenyum mendengar pembicaraan mereka. Kami kembali ke kamar, berlima Ara, Willy, Putri, dan Lela begitu juga denganku. Akhirnya Lela pun ikut gabung dengan kami walaupun sedikit menjaga jarak denganku. Tapi itu tidak masalah selagi ia masih mau bergabung denganku.

Kami kembali ke kamar untuk menaruh sajadah dan mukena, lantas kami kembali ke luar untuk beraktivitas membersihkan halaman di setiap sudut.

Sembari berberes-di halaman kami berseru ngobrol tentang kehidupan kita masing-masing.

"Oh iya! Mer, umur kamu berapa?" Tanya Putri yang sedang menyapu lantai.

"Iya nih, kita dari tadi ngobrol tapi masih belum kenal satu sama lain" Lanjut Willy.

"Aku sekarang 20 tahun. Kalau kalian?"

"Aku 19 tahun. Hehe" Ujar Willy menyengir.

"Aku sama 20 tahun" Jawab Putri.

"Aku baru 19 tahun." Jawab Lela, sembari memetik daun yang kering di selip-selip ranting kecil.

"Yahh, kalian tuek semua. Gue dong masih ABG. 15 tahun." Jelas Ara berlagak sombong.

"Apaan, 15 tahun sisanya mah iya kali tuh. Haha" Canda Putri dan Willy menertawakan Ara.

"Emang kamu berapa, Ra?" Tanyaku merangkul.

"Hehe.. Aku 21 tahun, Mer. Udah di lamar juga" Katanya sembari menunjukkan cincin tunangannya.

Aku berseru mengucapkan selamat berkali-kali pada Ara, tidak di sangka ia sudah di lamar dengan pujaan hatinya. Aku mendadak langsung teringat dengan Mas Indra. Mungkin sekarang Kak Tery sedang bahagia karna sebentar lagi akan di lamar juga olehnya.

Lamunanku menjadikan Aku berhenti seketika saat sedang memungut sampah di selokan.

Tiba-tiba dengan tidak sengaja Ara dan Willy sedang membicarakan salah satu santri pria yang selalu di idam-idamkan semua santri wanita disini.

"Ra, udah tau belum si dia katanya menang sepak bola dengan mencetak goal 5 - 2 loh. Wuah.. Keren yah!" Seru Willy.

"Hah? Iyakah. Bagus dong kalo gitu. Eh tapi denger-denger nih yah dia katanya mau lamaran tuh" Kata Ara.

"Iya sih, beruntung banget tuh kalo cewek itu dapet si dia" Lanjut Willy kini sedikit sedih.

"Heii, kalian ini ghibahin siapa sih. Gak baik tau. Kata Ustad,.." Teriak Putri terpotong dengan bungkaman tangan Lela.

"Udah, kau juga berisik put."

Mereka sangat lucu-lucu, aku hanya menertawakan mereka yang sangat suka sekali membicarakan soal pria. Namun, buka tipe-ku untuk selalu kepo denga hal-hal yang tidak ada faedahnya.