Chereads / Antara Aku & Kakak / Chapter 10 - episode 10

Chapter 10 - episode 10

Makan malam, dan kegiatan lainnya akhirnya sudah terlewatkan begitu saja. Baru mulai belajar Aku sudah merasa nyaman di pondok pesantren ini. Besok akan ada hafalan surah Al-baqarah dengan nada seperti orang menyanyi.

Tak heran, karena membaca Al-qur'an seperti orang yang sedang baca koran itu kurang greget aja jika kita mendengarkan. Namun, dengan adanya membaca seperti orang yang sedang bersenandung lagu. Rasanya berbeda.

Willy, Lela, Putri dan Ara. Mereka sedang menghafal di dalam kamar bersamaku. Duduk berbentuk melingkar seperti sedang bermain. Kami bergiliran membaca surah Al-baqarah dengan di mulai dari Lela.

Lela yang senantiasa tersenyum terus, kami mengutuskan bahwa yang hafal pertama ialah dia. Lela merasa senggan dengan ajukan kami. Tetapi dia tetap mengiyakannya.

"Ayok La. Kau duluan yang baca" Ujar Willy tersenyum.

"Iya sebentar. Aku masih sedikit gugup." Katanya sembari mengatur nafas. Bergumam membaca awal basmallah.

"Fii quluubihim marodhun fa zaadahumullohu marodhoo, wa lahum 'azaabun aliimum bimaa kaanuu yakzibuun. Artinya :Dalam hati mereka ada penyakit,,.." Ngajinya berhenti dengan teriakan Ara.

"Ehh.. Bentar, emang pake artinya La? Setahuku enggak tuh." Katanya kebingungan.

"Lah iya bener. Emang harus pake La?" Lanjut Willy menyelidik.

"Aku juga kurang tau, hehe" Jawab Lela.

"Waduh!" Teriak bersamaan.

***

Di pondok tidak seperti di sekolah pada umumnya, disini semuanya sudah terpenuhi dengan jadwal, mulai dari jadwal belajar, sholat, hafalan, istirahat dan lain sebagainya.

Tapi kami berlima tidak pernah mengeluh soal itu, karena kami mengerjakannya dengan rasa ikhlas.

Hari ini tanggal merah, semua aktivitas di sekolah sedikit berkurang. Kami menyisakan waktu ini untuk mengobrol satu sama lain. Tapi herannya, mereka selalu membicarakan ikhwan yang katanya dia itu pintar, jago dalam segala hal, dan hafalannya pun sangat pandai.

Aku sampai penasaran dengan dia, sampai membuat teman sekamarku ini tergila-gila padanya.

"Oh iya, Mer. Kamu kok belum pernah bercerita soal cowo yang kau idamkan sih?" Tanya Willy.

Tiba-tiba Willy membuka mulutnya dan bertanya tentang diriku. Sebenarnya Aku adalah wanita yang paling malas membahas begituan, apalagi cowo yang pertama kali ku suka ialah Mas Indra.

Mereka menunggu jawabanku dengan menatapku lamat-lamat. Seolah-olah Aku akan bercerita tentangnya. Aku berusaha untuk mencoba menghindar dari pertanyaan tersebut, supaya Aku tidak terlalu terhimpit dengan pertanyaan konyol itu.

Kami duduk di bawah pohon, duduk berlingkar seperti cincin. Sejenak Aku menatap langit dan memejamkan mataku.

Saat ku buka mata, terasa silau dan Aku pun mengernyitkan dahi sembari menatap awan yang sedang bergerak terdorong oleh angin.

"Apakah kamu sedang jatuh cinta, Mer?" Tanya Putri mengikutiku menatap langit.

"Hah?"

"Cobalah cerita, dengan adanya cerita kita bisa tahu apa yang kau rasakan, Mer!" Lanjut Ara tersenyum.

"Enggak kok" Jawabku pelan.

"Jangan bohong! Aku tau apa yang kau rasakan. Kau ini sedang patah hati karena orang yang kau suka itu akan melamar Kakak kau kan?" Jelas Lela sembari melirikku dengan tajam.

Spontan Aku kaget dengan pertanyaannya, begitu tepat sekali apa yang sedang Aku rasakan. Kenapa Lela begitu peka terhadapku yah? Aku takut bahwa dia memiliki kekuatan magic.

Dengan jawaban yang benar karena Lela yang bilang, mereka langsung menatapku begitu tajam, bau-baunya seperti ingin Aku mengungkapkan kebenaran itu.

Sayangnya, aku malu menjelaskan soal itu. Masa iya, seorang adik kandung cemburu pada kakaknya yang akan menikah dengan calon gebetan. Iishh! Terdengar geli sekali.

Wajahku mendadak berubah dan ingin sekali kabur dari mereka.

Sedikit rasa yang tertinggal, aku merindukan Umi. Biasanya, sewaktu Aku di Jogja, aku selalu bercerita dengan Umi apapun masalahnya.

Tapi kali ini berbeda, aku menyukai seseorang yang akan menjadi suami Kak Tery, pantaskah Aku merengek begitu? Konyol!.

\*\*\*

Ketika hati mulai merasa resah akan kehadirannya kerinduan, apa yang harus Aku lakukan? Malam ini hujan begitu lebat, terdengar keras suara rintikan air hujan itu, membuat Aku teringat ada suatu kenangan bersama Kak Tery sewaktu di Jogja.

Aku berdiam diri di atas kasur, sambil menatap langit-langit dinding yang terpancarkan oleh sinar lampu yang menyala. Terlihat ada satu-dua Cicak di dinding, diam-diam merayap. Datang seekor nyamuk tapi gagal ia tangkap.

Termenung Aku menatap sambil mengedipkan mata berkali-kali, dengan di temani suara hujan membuat Aku ingin menangis. Menangis karena mengingat tentang Kak Tery yang begitu Aku rindukan.

Mataku mulai berkaca-kaca sehingga air mata ini tidak bisa terbendung lagi, aku mengeluarkan suara tangisanku. Terisak-isak yang sangat dalam.

Seketika Lela tiba saja terbangun dari tidurnya. Ia beranjak ke kasurku lalu menatapku dengan lamat-lamat.

Aku hanya menatapnya sebentar, lalu Aku menangis lagi dan lagi. Kali ini, di depan Lela Aku sangat malu. Menangis di tengah malam dan lagi di temani oleh hujan yang begitu lebat.

"Apa yang kau tangisi?" Tanya Lela, merangkul pundakku.

"Aku rindu dengan Mbak Tery, La!" Kataku sambil mendongak.

"Kenapa?"

Aku langsung mendongak sembari meneteskan air mataku. Aku ingin memeluk Lela sebagai sandaran dan pelukkan dari seorang Kakak.

Rindu yang begitu menggelegar ini seperti menyambar di malam hari.

Seketika Lela memegangi kepalaku lalu ia meletakan di pundaknya, dia bilang, jika rindu itu membuat Aku menangis, maka telfon Dia dan katakan padanya, bahwa Aku sangat merindukannya.

Lela memahami hatiku, malam ini langsung menjadikan malam yang sangat panjang buatku. Begitu rumit untuk pulang kerumah, tapi Aku akan tetap tegar.

Niatku disini adalah untuk belajar dan belajar, karna dengan belajar Aku bisa melupakan orang yang Aku suka.

***

Tidak terasa Aku di sini hampir ada 1 minggu, hari-hari Aku melewatkan dengan belajar bersama teman baruku. Hari ini ada turnamen di Pondok, katanya sih akan bertanding dengan SMA Tunas Bangsa.

Turnamen ini di adakan setiap setahun sekali lamanya, ada berbagai jenis lomba, yaitu sepak bola, badminton, voli, dan lompat jauh.

Salah satu teman kelasku mengikuti kegiatan sepak bola dan bergabung dengan kelas sebelah.

Nah! Dari berbagai cerita banyaknya santri wati disini, katanya ada salah satu jagoan sepak bola dan voli di kelas sebelah.

Aku belum bertemu dengannya, di pertandingan kali ini mungkin Aku akan melihat wajahnya secara langsung tanpa mendengarkan cerita santri sana sini.

Sebentar lagi pertandingan akan di mulai. Aku duduk di bangku panjang berwarna hijau tua dekat dengan lapangan. Di sini ada Ara, Lela, Putri dan Willy yang menemaniku menonton pertandingan ini.

Terdengar sorakan-sorakan histeris dari berbagai kalangan santri wanita yang berteriak mendukung jagoannya masing-masing.

Aku hanya terdiam sambil menatap lapangan kosong yang terpenuhi oleh bendera merah dan kuning.

Suara sang panitia mulai memanggil nama anak yang mengikuti lomba voli. Tapi dari teriakkan Willy yang mendukung nama "Indra" itu tidak bisa ikut.

Aku hanya melongo karena tidak bisa melihat pria itu, karna pertandingan voli yang katanya jago pun tidak bisa mengikuti. Karna setiap pertandingan hanya bisa mengikuti satu lomba saja.

Bisa jadi pria tersebut mengambil langkah yang di hobikan yaitu bola. Sayangnya, pertandingan sepak bola itu cukup lama, aku bisa-bisa jenuh jika menunggu terlalu lama ini.

Terbungkusnya rasa kecewa dan penasaran. Aku hanya bisa tersenyum sambil menonton secara gratis di depan pandanganku.