#Perjalanan
Jam menunjukan pukul 13.30 menit, saatnya kami berpamitan kepada tetangga yang di samping rumah kami dan yang mengenal jauh dengan Umi begitu juga dengan Abi.
Kami pun mulai masuk mobil travel yang sudah di bayar oleh Abi untuk mengantarkan kami ke tempat tujuan. Abi memulai memasuki barang-barangnya di bagasi, dan setelah selesai, Abi pun masuk ke dalam mobil bagian depan.
Dengan rasa sedih, Aku melambaikan tanganku lewat jendela pintu mobil tersebut. Mobil pun sedikit berjalan lambat karena jalanan di perkampunganku tidak sebagus jalan raya di depan perkampungan, sedikit demi sedikit mobil ini melaju dengan cepat, Aku melihat ke belakang, desa yang ku kagumi kian semakin jauh dariku.
"Opo toh Dek, nggolek opo?" Tanya Kak Tery mengagetkanku, Aku menatapnya sebentar lalu Aku kembali duduk seperti semula.
***
Di tengah perjalanan, Aku mulai mengantuk dan tidak bisa lagi menahannya. Melihat Umi dan Kak Tery yang sudah bergeletak tepar di tempat duduknya masing-masing, tertidur pulas. Abi yang sedang asyik mengobrol dengan supirnya, rasanya kurang ramai jika Kak Tery tidur duluan.
Demi menjaga kantukku, Aku menggoda Kak Tery dengan cara menggelitik-glitikkan hidungnya dengan kain hijabku.
Kak Tery hanya sedikit merespon, dengan menggosokkan tangannya di bagian bawah hidung, Dia sendiri. Aku sedikit cekikikan, namun Abi pun mendengar suaraku yang sedikit keluar dengan tawa.
Abi berbalik badan dan melihatku yang sedang berusaha mengerjai Kak Tery supaya bangun dari tidurnya. Tapi usahaku gagal, Kak Tery seperti kerbau mati jika sudah tidur, susah untuk mengutiknya.
Lalu, Abi pun hanya tertawa kecil melihatku yang gagal membujuk Kak Tery untuk bangun, sedikit bayanganku melihat Kak Tery yang ku usilkan, akan marah besar, tapi begitu cepat membuyar semua bayanganku, saat usahaku begitu gagal di depan Abi.
"Hehehe, opo seh Dek, koe senenge usil maring Mbak mu, Giliran Mbak mu usil balek, koe yo kesewoten." Ujar Abi mengejekku dengan candanya.
Aku mulai kesal, akhirnya Aku mengerutkan alisku dan menatap jalanan di depan kaca mobil yang menembus.
Abi melihatku, lalu kembali tersenyum di kaca spion depan mobil, Aku sedikit melirik ke arah spion itu tapi sontak Abi berpura-pura tidak melihatku, dengan menghadapkan pandangannya ke depan. Sedikit terhibur oleh Abi, Aku kembali tersenyum.
\\\*
Perjalanan kami yang cukup jauh, akhirnya memakan waktu selama 3 jam di dalam mobil. Setelah Aku ketiduran yang tidak sengaja ini, Aku melirik Umi yang sudah bangun sedari tadi, bahkan Aku tidak ngerasa bahwa mobil ini sudah berhenti di area rumah makan. Aku melihat Kak Tery dan Abi yang sedang makan Pop Mie di luar mobil.
"Umi, iku Abi bareng Mbak Tery lagi opo? Kok iyo enak tenan iku loh yen mangan." Kataku sambil menunjuk Kak Tery dan Abi di luar mobil.
"Koe arep pan mangan opo Dek? Iku Mbak mu lagi lenggahan sambil mangan pop mie bareng Abi." Sambil berusaha keluar dari mobil.
Memandang Abi yang sedang asyik makan Pop Mie itu, perutku terasa mual dan ingin muntah di dalam mobil, rasanya tidak enak sekali. Bau yang menyengat di area dekat rumah makan, aku ingin cepat pergi dari sini.
Aku merapihkan hijabku lalu langsung turun dari mobil dan mendekat ke arah Umi yang sedang meminum teh manis hangat.
"Umi, aku mual" Kataku mengadu memelas.
Umi langsung cemas dan khawatir padaku, ia berusaha mencari minyak kayu putih di tas merahnya. Usaha Umi mencari minyak itu tidak ada di dalam tas merahnya, alhasil Umi memanggil Abi yang jaraknya sedikit jauh darinya.
"Abi! Mrene!" Teriak Umi sambil melambaikan tangannya.
Aku pun tidak kuat lagi untuk menahan rasa mual ini, aku duduk di samping Umi sambil menyender di bahunya. Kak Tery yang melihatku dari jarak jauh pun ikut mendekat ke arahku bersama Abi.
"Opo mi, ngundang-ngundang mrene?" Tanya Abi sambil celingak-celinguk ke arahku dan Umi.
"Iki loh, anakmu. Mual katanya, tolong luruhno minyak kayu puteh loh, Bi." Ucap Umi cemas sambil menyenderkan tangannya di pundakku.
Kak Tery dengan penasarannya, ia memegang pipi dan keningku seperti ingin mendeteksikan suhu panasku.
"Loh, Umi. Iki sirahe Adek panas poll, iki piye Mi." Kaget Kak Tery yang masih memastikan suhu panas di badanku.
Aku hanya terdiam lesu di pundak Umi, melihat Kak Tery yang masih pegang Pop Mie di tangan kirinya, perutku bereaksi lebih cepat dari biasanya, dan "Hoeekkk!" Tiba-tiba Aku mengeluarkan muntahan di depan Kak Tery.
Hampir mengenai baju syar'i nya, Kak Tery marah sambil mendengus kesal kepadaku.
"Iihh, piye seh Dek? Hampir kena gamis Mbak niki loh. Ngileng-ngileng disek yen pan muntah seh Dek, Dek." Kesalnya sambil mengitab-ngitab syar'i nya yang terkena Cipratan muntahanku.
Aku hanya menatap wajah Kak Tery yang menggelembungkan pipinya itu, sembari meminta maaf kepadanya. Umi hanya melihat reaksi Kak Tery yang berusaha membersihkan bajunya, dan Umi sambil melirik kanan kiri untuk memastikan Abi cepat datang.
Tidak sampai tiga menit, Abi berlari dari arah timur sambil membawa bingkisan kresek Indomart, terlihat jelas bahwa Abi membeli satu minyak kayu putih untukku di sana dan beberapa makanan snack kesukaanku.
"Dek, koe muntah yo dek?" Tanya Abi cemas, sambil melihat Umi yang sedang mengelap bekas muntahanku.
"Iyo, moso Adek muntah hampir keno gamisku, Bi" Tutur Kak Tery masih mendengus.
"Iyo wes, wes toh Mbak. Adek mu iki kan ora sengajo, lagian Adek yo wes minta Maaf kan" Umi berusaha membelaku di hadapan Abi, Kak Tery pun mengalah dan pergi masuk ke dalam mobil.
"Iyo wes, ayo Umi, masuk mobil. Biar Adek di olesin neng mobil" Abi menarik tanganku dengan pelan dan mempapahku berjalan masuk ke dalam mobil, Umi akhirnya memanggil supir travel itu untuk melanjutkan perjalanannya.
Di dalam mobil, Umi membantuku mengoleskan minyak kayu putih di perut, terasa hangat, begitu juga bau minyak yang menenangkan membuat Aku ingin tidur kembali pulas, seperti tadi.
Aku menyenderkan kepalaku di pangkuan Umi, Umi duduk di sampingku sambil mengelus-elus perutku dengan lembut, menengangkan. Sedangkan Kak Tery duduk di paling belakang karena di suruh oleh Abi, agar Aku lebih gampang untuk rebahan di pangkuan Umi.
Kasih sayang mereka saat Aku jatuh sakit dengan hal sekecil ini pun bisa menyulitkan Kak Tery.
Sebenarnya Aku ingin sekali menertawainya saat Kak Tery mendengus kesal kepadaku, karena muntah hampir mengenai semua bagian gamis bawahannya.
Dengan ketidak berdayaanku, aku hanya menatapnya sambil meminta maaf, huh! sayang sekali rasanya.
Mobil yang melaju dengan kecepatannya, dan di tambah lagi suasana yang mulai gelap, menandakan sebentar lagi akan menjelang maghrib, tetapi Aku justru malah mengantuk dan ingin tidur di pangkuan Umi untuk sebentar saja.
Sedikit demi sedikit, mataku mulai memejamkannya dengan perlahan, dan dengan ketidak tahananku, aku tertidur.