"Jadi bagaimana, Mas?"
"Apa tidak bisa dibahas besok saja? Aku capek, Sayang."
"Mas selalau begitu! Dari minggu lalu bilang begitu. Besok, besok, besok terus. Sampai sekarang belum juga." Bibir itu mengerucut lucu. Istriku ini, sekarang terlihat sekali kalau dia sangat manja.
"Ya karena Mas memang capek, Han. Tadi kamu juga kan yang merasakan bagaimana permainan kita. Sepan... aww!" Entah sudah berapa kali aku memperingatkan, tapi Istriku selalu saja mencabut bulu dadaku saat ia kesal. Sakit. "Sayang, jangan dicabut!"
"Cerita, atau Hannah cabuti semuanya!" Mata bulatnya melebar seakan menakutiku. Tangan mungilnya sudah mengelus dada telanjangku. Dan aku tahu, ancamannya tidak main-main.
"Jangan dong. Sakit banget, Han."