Langkah kami masih menyusuri jalan setapak yang tertata rapi. Aku masih saja menerka apa yang ada di balik pepohonan rindang itu. Tidak mungkin kan kalau itu rumah tetangga? Kejutan apa lagi yang akan diberikan oleh suamiku ini.
Aku melewati celah sempit di antara pepohonan, yang hanya dapat dilewati satu orang setelah Mas Elang mengulurkan tangannya. Dia masuk lebih dulu. Jalan setapak berakhir, berganti dengan jembatan kecil di atas kolam kecil. Ada fountain mengalir deras di kiri dan kanan dinding pembatas. Sekali lagi aku takjub dibuatnya. Hanya suara air yang mendominasi di sini.
Aku berhenti sesaat, memejamkan mata dan menikmati nyanyian indah alam ini. Meskipun sebagian adalah rekayasa manusia. Suamiku lebih tepatnya.
"Kamu suka?" tanya Mas Elang. Semilir angin sejuk semakin menambah indah suasana. Apalagi cuaca sedang mendung, aku seperti berada di alam terbuka. Hutan belantara.