"Kita mau kemana, Mas?" tanyaku. Mas Elang masih sibuk memasangkan sabuk pengaman yang sebenarnya sangat tidak nyaman aku gunakan saat ini.
"Kamu duduk saja yang tenang di situ, oke? Mau rebahan?" tawarnya. Tangannya sudah siap mengatur kursi yang aku duduki.
"Memangnya jauh?" Aku menahan tangannya.
"Dua atau tiga jam, mungkin." jawabnya ragu. "Tergantung bagaimana kondisi jalanan nanti. Jadi mau rebah?"
"Tidak usah. Hannah mau lihat jalannya."
"Oke." Tangan besarnya mengusap pelan pipiku. Lalu, berpindah ke perut besarku. "Anak ayah duduk yang tenang ya... jangan rewel. Kasihan Mama." katanya mengusap lalu mengecup perutku.