Chereads / PISANG HALAL / Kisah Untuk Senda 01

Kisah Untuk Senda 01

TERIMAKASIH TELAH MEMBACA KISAH NUGROHO DAN SENDA.

SELAMAT MENIKMATI CERITA MEREKA BERDUA!

#NB : Jangan lupa memberikan bintang, komentar, review, dan dukungan untuk cerita ini ya.

_____

Salatiga, 2020

"MAS."

"Hei. Sini duduk sama aku."

Vero menurut, duduk di samping laki-laki itu dan menyerahkan sayur beserta jus buah tanpa gula—menggunakan madu sebagai pemanisnya.

Perempuan itu mengusap perutnya yang setiap hari semakin membesar, namun suaminya tidak menyambut baik. Seperti biasa—cuek, bahkan lebih mementingkan games mobile legends di ponselnya.

Pria itu bilang ada penurunan rank, jadi suaminya itu harus usaha lebih keras lagi untuk mencapai Mythic. Vero tidak mengerti, tetapi suaminya itu mengurangi uang belanjanya untuk membeli kuota dan diamond—juga laki-laki itu lebih banyak merokok.

Tiga tahun lalu, laki-laki itu masih cukup menghabiskan satu kotak nikotin untuk dua hari. Bahkan pernah beberapa waktu ia memperhatikan laki-laki itu tidak merokok. Jika tidak salah, saat menjalin hubungan dengan masalalunya.

Vero tahu siapa Senda, seseorang yang mengubah hidup suaminya menjadi lebih baik sekaligus menghancurkan di saat yang sama. Murid mereka yang lulus dua tahun lalu.

Senda dulu sakit asma, ia tidak bisa menghirup asap terlalu lama. Jadi Nugroho terpaksa menghentikan rokok yang cukup berbahaya itu.

Pernah suatu kali Vero mendengar perbincangan keduanya ketika masih bersama.

"Pak Nug..."

"Hm?"

Gadis kecil itu melingkarkan tangan di perut Nugroho. Si kecil itu memang manja. Bahkan dari segi usia, mereka lebih cocok menjadi ayah dan anak, bukan pasangan kekasih seperti sekarang.

Namun, keduanya seolah tidak peduli pada semesta. Lupa jika takdir bisa saja bermain-main dengan keduanya.

"Makan dulu, itu biar Senda yang mainin."

"Nggak, kamu nggak bisa nge-kill. Kamu 'kan penakut."

"Tapi Bapak harus makan biar awet!"

"Kasih formalin kalau mau saya awet."

"Ish... Dibilangin." Gadis itu merebut ponsel Nugroho, sesuatu yang Vero tahu tidak pria itu suka. Tapi, ternyata sebaliknya. Pria itu justru tersenyum cerah sambil memakan mie instan yang gadis itu buatkan. Sesekali memberi arahan pada Senda apa yang harus dilakukan bocah kecil itu dengan ponselnya.

"Ke bawah. Pulang, Sen. Itu lihat map. Nggak ada yang jaga turrent."

"Iya, iya sabar. Bawel banget pacarku."

Nugroho tersenyum kecil ketika hero yang Senda lawan bisa kalah, bahkan lawannya tadi mengirim pesan.

Xmdksjs(Clint) : Harley ngamuk.

Mr.Rius (Harley) : Iya, ini lagi berantem sama pacar soalnya.

Senda tertawa ria ketika mendapat pelototan dari Nugroho, menjulurkan lidah dan saling bertukar pesan dengan Clint di games.

Xmdksjs(Clint) : Abis ini mabar yuk, Harley.

Mr.Rius (Harley) : Cus...

Saat itu, Senda tak sadar ada yang tengah cemburu buta. Ia tetap asyik bermain hingga mie instan masakannya habis dimakan sang pacar. Memberikan air putih dan mengembalikan ponselnya.

"Bapak tuh, harus perhatian sama diri sendiri."

"Hm..."

Mendapatkan perlakuan cuek dari sang pacar, Senda bukannya marah melainkan gemas. Ia memeluk Nugroho dengan erat.

"Bapak harus selalu sehat. Bapak kan sudah umur, nanti siapa yang jagain Senda dan anak-anak kita kalau Bapak sakit? Siapa yang kasih makan dan pelihara Senda dan anak-anak Bapak kalau Bapak sendiri nggak bisa jaga diri?"

"Kamu kayak lagi ngomong sama Bapakmu, bukan pacar."

Plak! Senda memukul lengan Nugroho, membuat laki-laki itu merasa kebas.

"Selisih usia kita itu jauh, Pak. Jadi kita berdua harus pintar mengatur strategi supaya sama-sama bahagia di hari tua. Tetap bersama lebih lama. Bapak tahu? Senda nggak bisa membayangkan sulitnya hidup jika kehilangan Bapak."

"Tenang saja kalau itu. Saya PNS, golongan saya sudah lumayan tinggi. Besok kalau kita nikah saya ajak kamu buka usaha yang bisa kamu kerjakan tanpa mengganggu aktivitas menulismu. Jadi kalau saya nggak ada, kamu tetap bisa menyekolahkan anak kita sampai S3."

"Emang mau buka usaha apa Bapak?"

"Warnet atau fotocopy? Rumah saya 'kan dekat dengan sekolah. Jadi anak-anak yang dapat tugas nggak perlu cari jauh-jauh. Menurut kamu yang mana? Atau kamu punya ide yang lain? Mau buka usaha makanan?"

"Senda nggak bisa masak. Kalau misal jual jus juga nggak laku kalau musim hujan. Kalau makanan, nggak selamanya bakal makan itu-itu terus. Ramai atau enggaknya tergantung kondisi. Mending kayak yang Bapak usulin tadi. Bapak 'kan paham software hardware komputer."

"Baiklah, terserah kamu saja. Yang penting itu nggak ganggu waktu kamu untuk menulis."

Vero tak mengerti bagaimana kisah mereka dulu dimulai dan berakhir. Jika bukan teman-teman gurunya yang memberi informasi jika Nugroho punya kekasih yaitu muridnya sendiri, ia tidak akan pernah tahu.

"Mas, makan dulu ya. Mainnya bisa nanti lagi."

"Bentar lagi, Ver. Nanti kalau aku tinggal, kredit skor aku berkurang. Jarang juga bisa dapat partner yang pintar, akhir-akhir ini rank juga turun terus." Ujar Nugroho, sedikit sewot.

Apa yang harus dilakukannya? Sekarang segalanya terasa berat. Nugroho seperti sedang menghukum diri sendiri setelah berpisah dengan Senda. Padahal dulu Nugroho yang memintanya ada dan mengganti posisi Senda.

Lalu, sekarang apa? Laki-laki ini lebih sering begadang, tidak peduli matanya sakit, atau belum makan. Laki-laki ini seperti akan bunuh diri dengan cara perlahan-lahan. Menyadari betapa besar mimpinya yang pernah diciptakan bersama Senda, membuat Vero yakin jika Nugroho tak lagi punya harapkan di dunia ini.

Bukan, bukannya Senda meninggalkan laki-laki ini. Mungkin saja pria itu sedang kecewa dengan dirinya sendiri karena telah pergi.

Karena sampai saat ini, masih gadis itu yang bertahta di hatinya.

"Aku suapin, mau?"

Nugroho terpaku. Kepalanya menoleh untuk menatap Vero sebentar. Meski ragu, ia mulai membuka mulut dan menerima suapan Vero hingga makanannya habis.

Dulu, mereka memang jatuh cinta. Namun seiring berjalannya waktu, mereka pernah menemukan sesuatu yang terpaksa ditinggalkan. Kisah cinta masing-masing yang berakhir dengan air mata—hingga keduanya memutuskan untuk bersama tanpa rasa cinta.