" Kak Riko. Ayo naik." Ucap Jojo. Rara pun hanya mengangguk dan naik ke jok motor Jojo. Setelah itu mereka pun melaju meninggalkan sekolah.
Jojo mengantarkan Rara terlebih dahulu ke rumahnya, setelah itu barulah ia menuju kantor papahnya. Sebenarnya Jojo tidak ingin datang ke kantor, meski papahnya terkadang memaksa Jojo untuk datang, namun Jojo tetap tak ingin. Hanya hal yang benar-benar mendesak saja yang membuat Jojo datang kesana. Dan saat ini? rasanya ingin sekali Jojo beralasan, namun tadi kak Riko menyuruhnya datang tanpa memberikan alasan.
" Makasih Jo, mau mampir?" Tawar Rara saat sudah sampai di depan rumahnya.
" Gak deh, nanti aja. kak Riko nungguin gue." Jawab Jojo.
" Oke hati-hati ya!" Ucap Rara, Jojo kembali melanjutkan perjalanan nya. Sementara Rara masuk kedalam rumah dan beristirahat.
Jojo melajukan motornya menuju rumah, ia memilih untuk mengganti bajunya terlebih dulu baru lah ia menemui kak Riko.
Jojo langsung berlari menaiki tangga menuju kamarnya, setelah di kamar ia langsung masuk kamar mandi dan berganti pakaian. Jojo menggunakan celana panjang dengan kaos t-shirt polos navy, tak lupa Hoodie kesayangannya.
" Loh, mau kemana dek?" Tanya Bu Ijah yang melihat Jojo sudah rapih turun dari lantai atas.
" Mau ada perlu Bu bentar." Jawab Jojo sambil berlalu. Jojo kembali mengendarai motornya menuju kantor sang papah.
Setelah hampir satu jam mengendarai motornya, siang ini di sini lah Jojo. Berada di parkiran yang hampir seluruhnya berjejer mobil-mobil milik para pegawai dan petinggi perusahaan, termasuk kak Riko dan pak Brahma, papah Jojo.
" Maaf de, dilarang parkir disini." Ucap seorang security datang menghampiri Jojo yang baru saja hendak berjalan masuk.
Jojo hanya bisa diam dan menggaruk kepalanya yang tak gatal.
" Maaf ya, motor gak boleh parkir disini." ucap sang security lagi.
" Saya ada janji sama pak Riko." Jawab Jojo akhirnya.
" Saya ngerti, tapi Ade harus pindahin motornya dulu." Security itu tetap bersikukuh.
Jojo jadi tambah bingung sendiri menghadapi security yang sejak tadi masih menatapnya dengan tatapan mengintimidasi. Sial! Jojo jadi bingung, bisa saja ia mengatakan siapa dirinya, tapi di sisi lain ia tak ingin mengungkapkan yang sebenarnya.
Jojo terdiam berpikir sejenak.
" Sebentar pak." Ucap Jojo mengeluarkan ponselnya. Jojo akhirnya menghubungi kak Riko.
"Halo pak, maaf saya sudah ada di parkiran. Tapi karena motor saya gak bisa parkir lama-lama jadi maaf saya harus balik lagi." Ucap Jojo sambil menahan tawanya.
" Udah Lo masuk aja. Bilang lah Lo siapa, gitu aja repot." Sungut kak Riko di ujung telepon.
" Maaf, tapi saya rasa kalo saya bilang akan ada rasa yang kurang sopan di lain waktu." Jawab Jojo lagi masih dengan egonya.
Jojo punya alasan tersendiri mengapa ia bersikukuh tak ingin mengatakan siapa dirinya dan tak ingin datang berkunjung ke kantor. Bukan kah itu akan menjadi sebuah awal perang terbuka? dan itu lah alasan terbesar Jojo selama ini.
Hanya sesekali, itu pun sepuluh tahun delapan tahun yang lalu. Saat Jojo masih kecil. Mungkin jika saat ini Jojo masuk dan bermain-main di dalam lingkup kantor orang tuanya hanya para petinggi elit perusahaan saja yang akan mengetahuinya.
Kak Riko memijat keningnya memikirkan ucapan adik semata wayangnya itu. Bagaimana bisa adiknya yang masih sekolah itu bisa berbicara dengan sikap dewasa seperti itu? Sh*t! pantas saja papahnya membanggakan Jojo.
" Hallo pak Riko?" Ucap Jojo lagi karena tak mendengar jawaban dari kak Riko.
" Oke. Lo tunggu aja Lima menit." Ucap kak Riko memutuskan sambungan panggilannya.
" Bentar ya pak." Ucap Jojo menatap security yang sejak tadi mengintimidasi nya itu.
Krriiinngggg....
Tak lama pun suara telepon di pos security yang kebetulan tak jauh dari parkiran itu berbunyi, security itu pun langsung berlari untuk menjawab panggilan itu.
Jojo masih berdiri dan dengan sabar menunggu security itu selesai dengan teleponnya. Tak lama pun security itu datang dengan wajah yang gemetar dan sedikit berlari menuju Jojo.
" Maaf mas, silahkan masuk aja. Gak apa-apa motornya di parkir di situ aja." Ucap security itu dengan wajah memelasnya.
Entah siapa dan apa yang di lakukan kak Riko agar Jojo bisa masuk, itu biarlah menjadi urusannya sendiri. Jojo tak ingin tahu banyak hal itu. " Makasih pak." Ucap Jojo ramah seraya menepuk pelan bahu security itu. " Maaf pak, santai aja. Biasa aja sama saya gak usah takut." Ucap Jojo lagi masih dengan ramah menenangkan security itu yang sepertinya sangat ketakutan sekali.
Jojo pun melangkah masuk meninggalkan security tadi yang masih menatap kepergiannya dengan wajah tegang sekaligus bingung. Saat Jojo memasuki bagian dalam gedung ia melangkah dengan percaya diri tanpa memperdulikan tatapan para pegawai dan resepsionis yang sejak tadi menatapnya dengan tatapan menyelidik.
" Hallo Jo!" Sapa Rian yang tak lain adalah sekertaris kak Riko.
" Hallo juga pak." Jawa. Jojo ramah menjabat tangannya.
" Jangan panggil pak, tua banget kek nya ya?" Ucap Rian yang memang seumur dengan kak Riko, sebenarnya Rian sudah tau siapa Jojo dan ia memang tadi sengaja di suruh Riko untuk menjemput Jojo karena insiden tadi.
" Tapi kan ini di kantor. Kecuali luar kantor." Jawab Jojo lagi berusaha untuk tetap biasa saja.
" Hemm...oke lah terserah aja. Ayok?" Ucap Rian mempersilahkan Jojo untuk masuk lift terlebih dulu.
" Pak... please!" Jawab Jojo menatap Rian yang tertawa melihat ekspresi Jojo.
" Oke!" Kini Rian dan Jojo pun melangkah masuk bersamaan kedalam lift. Rian menekan tombol 10.
" Lama gak ketemu, ternyata Lo udah besar ya?" Ucap Rian.
" Ya gitu deh, masa mau kecil aja kak." Jawab Jojo biasa saja. " Oh iya ada apa sih, sampe harus manggil gue kesini?" Tanya Jojo yang memang sejak tadi penasaran.
" Sorry Jo, gue cuman di suruh jemput Lo di depan doang tadi." Jawab Rian. Jojo hanya mengangguk-anggukan kepalanya." Tadi kenapa gak langsung bilang aja sendiri ke security nya?" Kini Rian yang balik bertanya pada Jojo.
" Hemm...apa perlu gue jelasin lagi?" Jojo menjawab dengan pertanyaan lagi.
Rian hanya tersenyum menunduk mengerti arti dari ucapan Jojo barusan. Tak lama mereka pun sampai di lantai tujuan mereka, keduanya melangkah bersama berjalan menuju ruangan kak Riko yang sejajar lurus dengan lift.
" Lo masuk gih sana." Ucap Rian menyuruh Jojo untuk masuk.
Jojo hanya menyunggingkan senyumnya sebentar menatap Rian yang masih berdiri di depannya. Tak jauh dari mereka berdiri seorang sekertaris biasa diam-diam melirik mendengarkan pembicaraan mereka. Setelah diam beberapa detik akhirnya Jojo membuka pintu ruangan itu.
" Lama Lo!" Ucap kak Riko yang memang sudah menunggunya sejak tadi.
" Emang ada apa sih? Sampe gue harus kesini?" Tanya Jojo duduk di sofa tepat di depan meja kebesaran kak Riko.
" Lo udah makan siang?" Tanya kak Riko bangkit dan duduk bersama di sofa.
" Belom, cuman ganti baju aja di rumah." Jawab Jojo.
"Oke kita makan siang dulu. Gue laper." Ucap kak Riko bangkit menuju pintu.
" Lah terus???" Jojo berdiri menatap heran kak Riko.
" Makan dulu, nanti baru kita ngobrol." ucap kak Riko lagi yang sudah keluar ruangan terlebih dulu. " Dewi saya mau makan siang dulu ya, kalo ada yang cari cancel aja dulu." Ucap kak Riko pada sekertaris yang bernama Dewi itu.
" Oke pak. Apa perlu saya pesankan tempat di restoran?" Ucap Dewi.
" Gak usah." Jawab kak Riko. " Ayok Jo!" Kak Riko menoleh dan menatap Jojo yang masih kebingungan.
What the hell?! Gumam Jojo kesal mengekori kak Riko masuk lift.
.
.
.