Chereads / shadow is my husband / Chapter 25 - Bab - 25 -

Chapter 25 - Bab - 25 -

Jojo kini sudah bergabung dengan anggota keluarganya yang lain, di meja makan sudah nampak semuanya berkumpul. Kak Riko dan papah nya nampak asik berbincang membahas bisnis yang tengah mereka kerjakan kini, sedangkan sang mamah sedang sibuk menyiapkan hidangan dan menata meja makan bersama Bu Inah. Jojo menarik kursi bagiannya dan langsung mendudukan diri di samping sang kakak.

" Serius bener!" Jojo bersuara dan mengalihkan pembicaraan mereka. Seketika sang papah menatap Jojo dengan tertawa kecil. " Masa sih? Kayaknya biasa aja deh!" Jawabnya.

" Anak kecil mah kagak usah kepo!" Saut kak Riko melemparkan senyum meledeknya pada Jojo. " Tumben Lo jam segini udah di rumah?" Sambungnya lagi.

" Kan gue anak kecil, jadi gak boleh ngelayap!" Kilah Jojo dengan santai menopang kan dagunya di atas meja dengan wajah yang di buat sedikit polos.

" Anjay....muka Lo biasa aja kali, kagak usah di bikin kek gitu!" Kak Riko menggidikan bahunya menatap Jojo dengan tatapan mengejek.

" Iya gue tau muka gue ganteng. Kagak usah di omong juga gue tau ko!" Jojo penuh dengan percaya diri menyisir rambutnya yang masih basah dengan gayanya yang ia buat sedikit berlebihan.

" Ganteng tapi mecin! Pfffttt...." Kak Riko menutup mulutnya dengan tangan kanannya mengejek Jojo menahan tawanya.

" Bucin woy! Bukan mecin. Lo kira gue makanan di pakein bumbu!" Jojo mendelik kesal dengan ucapan kak Riko, " Dari pada Lo, kang kredit baju!" Sambung Jojo lagi masih terus menanggapi ejekan demi ejekan yang di lontarkan.

" Udah gak usah pada debat, sesama laki - laki dilarang debat!" Lerai sang papah yang akhirnya membuka suara untuk menengahi kedua anaknya itu. Sebenarnya sang papah sangat senang jika melihat Jojo dan kak Riko bisa saling mengejek dan tertawa bersama seperti saat ini, rasanya hangat sekali. Suasana yang sangat jarang baginya untuk merasakan moment seperti ini terlebih lagi kedua anak laki - lakinya ini yang sudah mulai beranjak dewasa dan mulai memasuki masa - masa peralihan untuk mencari jati diri masing - masing.

" Makan dulu, jangan berantem aja!" Ucap sang mamah menarik kursi tepat di sebrang kak Riko dan Jojo. Makan malam pun berjalan dengan santai dan tenang, mereka menikmati hidangannya penuh dengan rasa senang.

Rara juga yang tengah mempersiapkan makan malam bersama mbak Yul dan sang mamah, ketiganya nampak sibuk saling membantu menata hidangan makan malam. Rara yang bertugas untuk merapihkan peralatan makan di meja makan sedangkan sang mamah dan mbak Yul yang sibuk membawa hidangan dari dapur menuju meja makan. Saat sudah siap kini mereka mulai duduk di kursi makan masing - masing termasuk mbak Yul yang juga selalu ikut serta makan malam bersama mereka.

" Gimana kakinya kak? Udah di pijit?" Tanya papah Rara sambil menikmati makan malamnya.

" Udah kok pah tadi sama Bu isah, udah di kasih buat ngompres bengkak sama ngeredain rasa sakitnya." Rara menjelaskan kondisinya yang sudah sedikit membaik. Rasa sakitnya juga sudah mulai berangsur - angsur berkurang.

" Kapan kamu ujian kak?" Tanya nya lagi.

" Sekitar lima bulan lagi pah." Jawabnya lagi masih terus menikmati makan malamnya.

" Ywdh, belajar yang bener jangan kebanyakan main aja kak!" papahnya menambahkan nada sedikit memperingati pada anak gadisnya itu.

" Iya pah...kakak ngerti ko!" Rara sedikit menundukkan kepalanya tak berani menatap sang papah yang sepertinya sedang mengintimidasi.

" Pokoknya kamu siapin mental, belajar yang bener. Selebihnya soal pindah sekolah mamah yang urus." Sang mamah menambahkan suaranya di antara Rara dan sang papah.

Ya Rara memang sudah memutuskan untuk pindah sekolah di tempat sang nenek, sambil bersekolah ia bisa menjaga dan membantu neneknya yang sudah sepuh. Setelah selesai makan malam kini Rara membantu mbak Yul kembali merapihkan meja makan, karena kakinya yang masih cidera jadi Rara hanya membantu membereskan peralatan kotor saja. Selebihnya mbak Yul yang mengerjakannya. Setelah selesai Rara berjalan kembali ke kamarnya ia harus sedikit susah payah menyeret kakinya yang cidera untuk menaiki tangga menuju kamar.

" Kemana kak?" Tanya sang mamah yang melihat Rara sudah berada separuh perjalanan menuju tangga terakhir.

" Mau ke kamar, belajar." Rara menoleh pada sang mamah yang berdiri di bawah tangga.

" Oh ywdh..." Mamahnya berlalu membawa setoples cookies untuk cemilan santai di ruang tv.

Rara meneruskan langkahnya ia memasuki kamarnya dan mulai membuka buku pelajarannya terlebih lagi ada beberapa tugas yang diberikan sang guru, jadi Rara mulai mengerjakan beberapa tugasnya agar tak menumpuk. Tak lama mbak Yul datang menemani Rara belajar, mbak Yul yang memang biasa menemani Rara belajar menggantikan mamahnya yg harus mengajari Raka terlebih dulu.

" Kak, masih belajar?" Mbak Yul membuka pintu kamar Rara perlahan.

" Kenapa mbak?" Rara menoleh sekilas pada mbak Yul yang datang membawa jus mangga. " Mau donk!" Pekik Rara saat melihat jus mangga yang menggodanya.

" Ini...awas tumpah!" Mbak Yul menaruh segelas jus mangga itu di atas meja. Rara langsung meraih jus itu dan meminumnya sedikit kemudian kembali ke meja belajarnya mbak Yul sibuk bermain ponselnya sambil sesekali membantu Rara menyelesaikan tugas sekolahnya.

Jojo asik bermain basket di halaman belakang rumahnya bersama dengan kak Riko dan sang papah. Mereka nampak asik bermain - main sambil sesekali saling melemparkan cibiran mamahnya hanya memperhatikan mereka dari pinggir kolam sambil membaca majalah fashion. Jojo sudah bermandikan keringat meski hanya sekedar bermain - main saja namun cukup untuk membuat semuanya mengeluarkan keringat, tak termasuk sang papah yang mulai terlihat lelah. Deru nafasnya yang mulai tersengal - sengal dan tak beraturan membuatnya sedikit terlihat lebih tua.

" Yah papah, baru juga main bentar!" Cibir kak Riko yang kini sedang menguasai bola basket.

" Hah...namanya hah juga hah udah tua hah hah.." Papah nya nampak mengatur deru nafasnya yang tersengal - sengal.

" Belom pah, orang masih muda ko!" Cibir Jojo yang berusaha merebut bola dari tangan kak Riko. Tentunya mudah bagi Jojo untuk melakukannya, meski ia bukan atlet basket namun kemampuannya tak kalah saing dengan pemain basket handal.

" Bisa aja kamu Jo!" papahnya kini sudah mulai bisa mengatur nafasnya.

" Bisa lah Jojo punya adik lagi cewe." papah Jojo tertawa seketika mendengar ucapan Jojo, bagaimana tidak? Jojo menginginkan adik? Sedangkan umur orang tuanya saja sudah hampir lima puluh tahun? Jadi bagaimana bisa? Entah lah.

Sedangkan kak Riko? jangan ditanya bagaimana reaksinya, ia langsung melempar Jojo dengan bola basket untung nya saja Jojo bisa menghindar dari lemparan bola tersebut, jika tidak sudah di pastikan Jojo akan mimisan. " Sembarangan aja Lo!" Protes kak Riko dengan menatap tajam Jojo.

" Mah, De mau punya adik cewek ya?" Pekik Jojo sengaja menggoda kedua orang tuanya. Sang mamah yang terkejut dengan ucapan Jojo ia pun ikut tertawa mendengar permintaan anak bungsunya.

" Kamu pikir boneka apa?" Mamah Jojo masih tertawa menjawabnya.

" Ogah gue! Punya adek satu model kek Lo aja ribet, apalagi punya adek lagi! Kaga dah!!" Kak Riko menjadi sedikit uring - uringan karena ucapan sang adik. Bagaimana bisa adiknya memikirkan ingin mempunyai adik lagi, sedangkan ia selalu memutar cara untuk menyingkirkan Jojo, adik semata wayangnya.

" Yaudah sih, gue kan becanda! Tapi kalo beneran juga gak apa - apa, gue kan jadi bisa ngerasain jadi kakak!" Jojo masih sedikit mempertahankan egonya.

" Kamu aneh - aneh aja de. Udah gak usah di bahas lagi." papahnya akhirnya berusaha untuk menyudahi perdebatan yang terjadi. Kini mereka akhirnya menyudahi permainan basket dan ikut bergabung bersama sang mamah yang sudah menyiapkan handuk kecil dan minuman untuk ketiganya.

" Ahh...keringetan lagi kan!" Jojo membuka bajunya yang sudah basah di banjiri keringat ia meraih handuk kecil yang sudah di siapkan dan mengelap seluruh keringatnya yang membanjiri tubuhnya.

" Udah Sono anak kecil belajar yang bener!" Kak Riko masih terus memprovokasi keadaan.

" Gue mah kagak usah belajar udah pinter dari Sononya!" Jojo mengangkat dagunya sedikit keatas menampakan wajah sombongnya. " Udah ah de mau mandi terus tidur." Sambungnya lagi segera bangkit dan berlalu menuju kamarnya seraya membawa segelas jusnya.

Jojo langsung membuka pintu kamarnya ia membuka bajunya sambil berjalan menuju kamar mandi. Jojo memutar kran showernya dan memulai ritualnya. Tak perlu waktu lama bagi Jojo, masih dengan handuk yang melilit pinggangnya Jojo mencari celana pendeknya yang biasa ia gunakan. " Seger bener!" Ucap Jojo menatap dirinya di hadapan cermin.

Kasur king sizenya yang seolah - olah sejak tadi memanggilnya untuk cepat - cepat singgah Jojo melemparkan dirinya di atas kasur, ia meraih ponselnya yang berada tepat di samping kasur dan langsung mengecek nya, namun tak ada satupun pesan yang masuk kedalam ponselnya, " Udah tidur kali ya!" Gumamnya dengan nada lesu. Jojo mengharapkan Rara mengiriminya pesan namun ternyata tidak, mungkin saja pacarnya itu sudah beristirahat.