Jojo masih nampak bingung meski ia sudah melajukan motornya menuju cafe yang di maksud, dengan sedikit malas - malasan Jojo memasuki parkiran dan memarkirkan motornya. Jojo menatap kedalam cafe ia belum melihat sosok yang di maksud.
Melirik ke arah kaca spion motornya, Jojo merapihkan sedikit penampilannya yang berantakan, setelah membuka sarung tangan dan mengunci motornya Jojo melangkah memasuki cafe. Melirik sekilas ke arah tempat kosong yang tak jauh dari pintu masuk, Jojo mendudukan dirinya di bangku itu.
Sekilas melirik arlojinya menunjukan pukul dua siang, untung saja cafe nya full AC jika tidak sudah bisa di pastikan Jojo akan mandi keringat karena panasnya udara. Jojo mengeluarkan ponselnya dan berniat untuk menghubungi sang papah memberitahukan nya, saat Jojo hendak menekan tombol panggilan ia melihat sosok yang dimaksud sedang tersenyum ke arahnya. Jojo pun menaruh kembali ponselnya dan menatap ke arah pintu cafe yang terbuka.
Papah Jojo datang tak lama setelah Jojo datang, saat melihat anaknya ia langsung berjalan menuju cafe dan tersenyum senang karena Jojo sudah lebih dulu datang. Masih dengan setelan jas klasiknya sang papah berjalan dengan langkah tegas dan mantap, meski sudah hampir lima puluhan tapi masih tetap terlihat jelas ketampanan sang papah di masa muda. Hampir serupa dengan kak Riko dan Jojo tentunya.
" Udah lama de?" Tanya sang papah yang sudah duduk di depan Jojo.
" Belom, baru aja ko pah." Jawab Jojo seraya membenarkan posisi duduknya.
" Ywdh, pesen minum dulu aja. Atau kamu mau makan?" Tawar sang papah.
" Gak usah, minum aja cukup ko."
" Ywdh, kamu pesen aja..." Jawab sang papah seraya melirik - lirik ke arah pelayan yang berdiri tak jauh dari tempat mereka. "Mbak.." panggil papah Jojo dengan ramah, sang pelayan pun langsung datang menghampiri memberikan menu.
" Jus jeruk aja mbak..." Ucap Jojo menutup menu. " Samain aja mbak..." Sambung papah Jojo memberikan menu pada si pelayan.
" Oke, jus jeruknya dua ya pak?" Ulang si pelayan, papah Jojo mengangguk. " Oke di tunggu sebentar ya.." Sautnya lagi meninggalkan meja Jojo.
Sepeninggal sang pelayan kini mereka nampak hening sesaat, sebelum akhirnya papah Jojo membuka suara dan memulai pembicaraan. " Kamu udah selesai Jo?" Tanya sang papah membuka suara.
" Udah ko tadi jam satuan" Jawab Jojo berbohong, ia tak mungkin berkata jika hari ini bolos sekolah dan nongkrong di bengkel. Meskipun Jojo percaya papahnya tahu apa yang ia lakukan tetap saja Jojo tak bisa berkata jujur.
' Maaf kan anak mu yang jujur kacang ijo pah..' Gumam Jojo.
Keheningan kembali melanda keduanya, selama menunggu minuman mereka Jojo memainkan ponselnya, papah Jojo yang melihat tingkah anaknya hanya bisa tersenyum seraya melirik dengan ujung matanya. Tak lama pesanan mereka pun tiba, " Ini pak jus jeruknya....silahkan." Ucap si pelayan menaruh dua gelas jus jeruk. Mereka hanya mengangguk.
Jojo meraih gelas jus nya ia mengaduk - ngaduk nya dengan sedotan, " Tumben pah, ngajak De ketemuan?" Tanya Jojo akhirnya membuka suara.
" Gak apa - apa, cuman mau ngobrol - ngobrol aja. Jarang kan?" Jawab sang papah yang malah kembali melontarkan pertanyaan. Jojo hanya tersenyum mengangkat bahunya santai.
" Kamu dari mana?" Sambungnya lagi, Jojo masih menatap gelas minumannya.
" Abis dari tempat bang Ari, kenapa?"
" Oh...kenapa sih De, kayaknya tegang banget?" Tanya sang papah lagi yang masih bingung melihat anak bungsunya seperti tak nyaman duduk bersantai bersama.
" Gak ko pah, biasa aja..." Jawab Jojo di sertai cengiran khasnya.
" Tenang aja, papah cuman ngajak santai aja. Sambil nunggu meeting sama klien selanjutnya."
" Oh...emang mau meeting dimana?"
" Meeting disini, makanya sekalian papah ajak kamu."
" Loh ko?" Tanya Jojo menaikan sebelah alisnya heran.
Papah Jojo hanya diam ia tak menjawab pertanyaan Jojo, yang seperti sengaja untuk memancing rasa penasaran anaknya itu. Jojo bukannya tak mengerti apa yang dimaksud sang papah namun ia saat ini sedang tak ingin berpikir yang tidak - tidak tentang sang papah, ya setidaknya mereka bertemu bukan untuk membahas hal yang Jojo hindari.
" Papah tau, kamu punya kemampuan yang bagus Jo. Papah cuman mau mulai dari sekarang kamu tuh lebih terarah sama tujuan kamu, jadi nanti di saat kamu udah dewasa tinggal lanjutin apa yang udah kamu punya dari sekarang." Ucap sang papah yang membuat Jojo kaget.
Meski Jojo masih merintis bisnisnya, namun ia masih belum serius untuk mendalami dunia bisnis Jojo masih belum tahu sampai sejauh mana kemampuannya untuk mengelola semuanya. Ia masih terlalu dini untuk memikirkan hal seserius itu walaupun Jojo tak menampik ia memang berniat untuk membuka bisnisnya sendiri tapi bukan berarti ia harus memulai nya sejak dini. Saat ini saja Jojo masih SMP, waktunya masih panjang untuk tahu lebih jauh tentang bagaimana kejamnya dunia ini bekerja.
Jojo masih diam sesaat memikirkan jawaban yang tepat untuk ucapan sang papah.
" De emang pengen ngejalanin bisnis sendiri biar bisa banggain keluarga, tapi bukan berarti de harus mulai semuanya dari sekarang. Ya walaupun sekarang de punya bisnis kecil - kecilan tapi mungkin seiring berjalan nya waktu itu bisa jadi batu loncatan pah. Jujur De masih pengen nikmatin waktu main - main de." Jawab Jojo akhirnya dengan menatap tepat di kedua mata sang papah. Jojo diam seraya menebak - nebak ekspresi sang papah, ia takut jawabannya membuat sang papah kecewa. Namun Jojo tak melihat raut kecewa maupun kesal, yang terlihat sang papah tersenyum puas padanya.
" Papah tau, papah juga ngerti ko kamu masih terlalu dini untuk mengerti semuanya. Jadi papah bakalan tunggu kamu sampe kamu siap nanti." Ucap sang papah dengan tegas dan bangga.
Entah harus merasa senang atau sedih, yang Jojo tahu saat ini ia masih ingin menikmati waktunya.
" De juga ngerti ko kenapa papah ngajak De buat ketemuan disini, papah mau de ikut meeting kan?" Saut Jojo yang mendapatkan anggukan dari sang papah.
" Papah tau kamu lebih bisa Cepet mengerti dan lebih cerdas dari kak Riko." Jawab sang papah seraya menikmati jus jeruknya.
" Tapi satu hal yang harus papah inget. De gak mau suatu saat nanti kalo harus bersaing sama kak Riko!"
" Tenang de, itu jadi urusan papah." Jawab sang papah mantap menatap Jojo untuk meyakinkannya.
Tak lama pun sesosok pria yang hampir seumuran dengan papahnya Jojo datang menghampiri mereka dengan langkah tegap ia berjalan menuju keduanya, " Selamat siang pak Brahma?" Sapa sang lelaki itu seraya menyulurkan tangannya.
" Selamat siang pak Hans...mari silahkan." Saut papah Jojo menyambut uluran tangan dan menunjukan ke arah meja lain. Kini keduanya pun masuk ke dalam sebuah ruangan yang memang sudah di pesan sebelumnya. Ruangan yang sedikit lebih privasi cocok untuk mengadakan meeting seperti saat ini.
Jojo masih duduk di tempatnya, ia tak berniat untuk ikut dalam meeting papahnya jadi Jojo menunggu mereka di tempatnya. Jojo memanggil pelayan untuk memesan minuman kembali karena kini gelas minumannya sudah habis, " Mbak..." Panggil Jojo melambaikan tangannya ke arah pelayan.
" Ada yang bisa saya bantu?" Sapa si pelayan dengan senyum ramah.
" Saya minta satu jus jeruk lagi ya, sama cheese cake ada?" Ucap Jojo tanpa melihat menu.
" Ada ko mas,apa ada tambahan lain lagi?" Tawar sang pelayan lagi.
" Hmmm...itu aja dulu deh mbak."
" Oke mas, di tunggu ya..." Pamit si pelayan segera menyiapkan pesanan Jojo.
Jojo sedikit melamun menatap ke arah luar kaca cafe, ia yang dari awal tak heran ia di ajak bertemu di cafe yang mewah seperti ini, Jojo sudah menduga jika selain hanya bersantai pasti ada maksud lain yang ingin di lakukan sang papah.
" Silahkan mas di nikmati..." Suara si pelayan membuyarkan lamunan Jojo.
" Makasih mbak..." Ucap Jojo tersenyum.
Sedikit demi sedikit Jojo menikmati cake dan jusnya seraya menunggu sang papah selesai meeting. Sesekali Jojo memainkan ponselnya dan berharap Rara untuk menghubunginya, namun selama ia memainkan ponselnya tak satu pun ada pesan atau pun panggilan yang masuk dari Rara.
Jojo sedikit frustasi, apa karena Rara masih marah padanya karena bolos? Atau saat ini ia sedang sibuk?...rasanya mood Jojo menurun kembali.
Jojo menyenderkan kepalnya di sofa cafe selama menunggu, Lamat - Lamat matanya terasa berat. Jojo mengantuk ia pun memejamkan matanya sebentar seraya menunggu.
.
.
.