Chereads / shadow is my husband / Chapter 20 - Bab - 20 -

Chapter 20 - Bab - 20 -

" Keira!" Seru seseorang memanggil namanya, seketika Rara pun berhenti tertawa dan mencari arah suara.

Jojo yang berada di samping Rara raut wajahnya berubah menghitam saat melihat Radit yang tengah tersenyum melambaikan tangannya pada Rara. Jojo manatap tajam Radit yang tengah berjalan ke arah mereka, " Ngapain coba gilingan warteg kesini?!" Cibir Jojo dengan nada datarnya, Rara yang langsung mengerti perubahan mood Jojo ia langsung melirik ke arah Jojo yang tengah menyuap roti bakarnya dengan kesal.

" Udah lah biarin aja, kan bukan gue yang manggil!" Saut Rara cepat. Rara tahu betul jika Jojo dan Radit adalah musuh bebuyutan.

" Au ah, kagak bisa liat orang lagi santai aja!" Gumam Jojo lagi masih nampak kesal, Jojo terus menyuap rotinya tanpa menoleh pada Rara yang sedang memperhatikan ekspresinya dari samping.

Hampir tiga tahun Rara dan Jojo menjalin hubungan jadi keduanya sudah tahu betul bagaimana sifat dan tabiat masing - masing, terlebih lagi keduanya memiliki sifat yang tak jauh berbeda. Jadi tak terlalu sulit untuk saling memahami. Rara hanya bisa diam sambil menikmati makanannya ia tak ingin membuat Jojo semakin kesal. Belum lagi permasalahan yang tadi pagi, jadi Rara hanya diam pura - pura tidak perduli dengan panggilan Radit.

" Tumben Lo makan roti?" Tanya Radit saat ia sudah duduk tepat di depan keduanya. Rara masih diam dan menikmati roti bakarnya.

" Masalah buat Lo? Cewek gue mau makan roti atau gak, urusan kita lah!" Jojo menatap Radit sengit. Namun Radit masih berusaha untuk menahan emosinya dan terus tersenyum dan tak memperdulikan Jojo.

" Lo mau beli apa lagi Ra?" Kini Radit berusaha untuk menawarkan makanan yang lain. Radit masih terus berusaha untuk mendekati Rara.

" Lo ada kerjaan lain gak?" Jojo lagi - lagi menjawab mewakili Rara. Sedangkan Rara hanya diam sambil menarik - narik sisi celana Jojo memberikan kode.

Radit masih tersenyum dan tak mengalihkan pandangannya sedikit pun dari Rara. Rara yang merasa tatapan Radit serasa mengintimidasi akhirnya ia menoleh dan tersenyum sekilas pada Radit, Jojo masih berusaha untuk menahan marahnya di samping Rara. Jika saja tak ada Rara di antara mereka, sudah bisa di pastikan akan ada perang kecil di kantin saat ini.

" Sorry ya Dit, tapi gue mau makan apa aja atau gimana aja. Gak harus bilang sama Lo kan?!" Rara akhirnya membuka mulutnya saat ia sudah menghabiskan makanannya.

" Jo, gue mau balik ke kelas!" Sambung Rara lagi seraya menarik lengan Jojo. jika Rara tak menarik Jojo untuk kembali ke kelas dan meninggalkan mereka berdua, sudah bisa di pastikan keduanya berakhir di ruang BP.

Jojo hanya mengangguk mengikuti langkah Rara yang menarik lengannya untuk menjauh dari Radit. Untung saja Rara buru - buru mengajaknya meninggalkan kantin, Jojo sedikit lega saat Rara menarik tangannya keluar bagi Jojo ini pertama kalinya Rara mau bersikap seperti ini. Biasanya Rara hanya akan marah dan berlalu begitu saja jika Jojo tak mengikuti langkahnya Rara akan menoleh dan meneriaki namanya dengan nada tinggi, tak perduli dengan ke adaan sekitar. Di belakang tanpa sadar bibir Jojo melengkung ke atas mengukir senyum tipis.

Isna dan Akmal yang tidak mengetahui Huru - hara kecil yang sempat terjadi, mereka masih tetap duduk santai sambil menikmati jajanan mereka. Saat Isna sudah selesai dan berjalan untuk menghampiri Rara ia mengerutkan keningnya menatap Radit yang tengah menikmati batagor, " Ko Lo sih? Temen gue kemana?" Tanya Isna.

" Pergi di bawa kang rongsokan!" Radit menjawab tanpa menoleh.

" Lo tuh rongsokannya!" Cibir Isna sambil berlalu tanpa menunggu jawaban Radit.

" Sial! Sama aja!" Cibir Radit saat Isna sudah pergi berlalu.

Sementara itu di lorong sekolah Rara masih terus menarik lengan Jojo menyeretnya menuju kelas, Jojo hanya bisa pasrah tanpa memperdulikan banyak pasang mata yang melihat keduanya. Dengan senyum memikatnya Jojo tetap diam dan tersenyum saat mereka melewati banyak para siswa yang sedang asik bergosip di bangku depan kelas mereka, mereka menatap Jojo dengan tatapan aneh. Entah lah setidaknya itu lah pikiran Jojo.

Saat mereka melintasi ruang kegiatan langkah Rara terhenti karena guru pembimbing memanggilnya, " Keira!" Panggil sang guru. Rara langsung menghentikan langkahnya.

" Iya pak, ada apa?" Tanya Rara dengan sopan.

" Kamu sudah umum kan sama yang lain kalo nanti siang kita latihan?" Tanya sang guru lagi sambil menatap Rara serius.

" Udah ko pak, tenang aja." Rara menjawabnya dengan santai.

Sementara Jojo hanya diam sambil terus mendengarkan percakapan mereka dengan patuh. Rara yang lupa akan kehadiran Jojo saat ia berpamitan untuk kembali tak sengaja ia membalikan badan dan menabrak Jojo. " Ko Lo disini?" Tanya Rara lupa.

" Wah Lo udah jadi nenek - nenek ya?" Cibir Jojo dengan tawanya. Rara langsung menepuk jidatnya.

" Gue lupa Jo!" Saut Rara santai kembali melangkah.

" Padahal Lo yang dari tadi narik - narik gue?" Jojo mensejajarkan langkahnya di samping Rara.

" Gerobak berarti Lo ya?!" Masih dengan nada mengejeknya.

" Iya aja lah! Apa kata Lo aja deh!" Jojo mengalah, " Nanti ekskul jam berapa?" Sambung nya lagi.

" Biasa, jam Dua." Rara melirik ke arah arlojinya, " Kenapa? mau alih profesi lagi?" Tanya Rara menoleh pada Jojo.

Jojo hanya mengangguk, " Tungguin aja di rumah, nanti gue jemput Lo lagi!" Saut Jojo.

" Oke!" Rara memainkan kedua alisnya menggerak - gerakannya ke atas kebawah. Jojo paling suka jika Rara sudah memainkan alisnya, refleks Jojo mengacak - ngacak pucuk kepala Rara.

" Udah sana balik ke alam Lo!" Ucap Rara menepis tangan Jojo.

" Lo pikir gue setan!" Saut Jojo. " Bukan gue yang bilang ya? Lo sendiri yang bilang!" Rara tertawa.

Isna sudah berada di tangga ia akan naik menuju kelasnya saat Alfian datang dan memanggilnya, " Na! Lo liat kang ojek gak?" Tanya Alfian yang mencari Jojo.

" Ini juga gue mau nyari, kek nya kang ojek bawa penumpangnya juga deh!" Saut Isna sambil mengusap - ngusap dagunya seraya berpikir.

" Kek orang bener Lo begitu!" Cibir Alfian berlalu menaiki tangga. Isna hanya bisa menghentak - hentak kan kakinya kesal karena cibiran Alfian.

Rara hanya duduk saja di dalam kelas kembali memainkan ponselnya sambil menunggu jam pelajaran kembali ia membalas pesan yang masuk di grup chat nya. Isna menghampiri Rara dan langsung bertanya mengapa tadi ada Radit, " Ko tadi ada Radit?".

" Gak tau juga gue, tuh mahkluk tiba - tiba aja nongol." Rara menaruh kembali ponselnya ke dalam sakunya. Keduanya asik membicarakan perihal di kantin tadi.

Jojo yang tadinya hendak memasuki kelas ia berbelok arah menuju lingkungan belakang sekolah, tempatnya biasa berkumpul bersama dengan teman - temannya yang lain. Jojo menghubungi Alfian untuk menyuruhnya datang ke halaman belakang. Saat Jojo sampai ia melihat teman - temannya tengah asik menikmati rokok mereka secara diam - diam.

" Masih ada gak?" Tanya Jojo saat ia menghampiri gerombolannya.

" Nih, tinggal sebatang!" Jawab Diaz seraya menyerahkan sebatang rokok. Setelah membakar nya Jojo mulai menikmati rokoknya sambil mengepulkan asapnya ke atas dengan gaya khasnya.

" Tumben ni kita gak ada yang ngajak turun ke jalan?" Seru Diaz lagi berusaha untuk memancing Jojo.

" Nanti lah, kita istirahat aja dulu. Lagian udah mau ujian kan!" Jawab Jojo santai.

Jojo dan temannya - temannya memang suka membuat onar, mereka sering terlibat dalam tawuran antar pelajar. Tak jarang terkadang mereka juga mendapatkan berbagai luka di tubuh mereka meski begitu tidak ada rasa jera yang hinggap di hati mereka. Terlebih lagi Jojo yang juga terkadang ikut balap liar membuatnya semakin di dekati banyak orang.

Meski Jojo terkenal dengan kenakalan nya, Jojo masih tetap berusaha untuk mengikuti pelajaran dengan baik. Karena semua yang mereka lakukan adalah hal yang wajar bagi anak laki - laki, terlebih lagi masa - masa sekolah adalah masa yang paling banyak menorehkan cerita. Setidaknya jika nanti mereka beranjak dewasa mereka mempunyai banyak cerita dan pengalaman yang seru untuk mereka rangkai dalam kenangan.

Bel pelajaran kembali berbunyi, mereka bergegas untuk kembali mengikuti pelajaran. Mereka langsung berhambur memisahkan diri masing - masing karena tak ingin tertangkap dan menjadi bulan - bulanan guru konseling.

Kini jam pulang sekolah semua siswa sudah sibuk berhambur untuk keluar dan menuju gerbang sekolah, Isna dan Rara masih nampak sibuk dengan kegiatan mereka di kelas keduanya menunggu hingga agak sepi, karena jika mereka ikut berhambur keluar sekarang sudah di pastikan akan berdesak - desakan dengan yang lain.

" Lo bareng kang ojek gak?" Tanya Isna.

" Hemm...kagak, tapi nanti pas ekskul gue di jemput katanya." Jawab Rara sambil bangkit dari duduknya ia berdiri di ambang pintu kelas dan menoleh melihat keadaan sekitar. " Hayu Na, udah sepi!" Sambung Rara lagi mengajak Isna untuk segera pulang.

Kini mereka berjalan menuju gerbang sekolah untuk menunggu angkutan umum.

.

.

.