Chereads / shadow is my husband / Chapter 24 - Bab - 24 -

Chapter 24 - Bab - 24 -

Setelah Bu isah dan Jojo pamit pulang kini Rara dengan sedikit pincang ia berjalan menaiki tangga menuju kamarnya untuk beristirahat. Badannya terasa sangat lelah hari ini terutama insiden saat terjatuh tadi, membuat tubuh Rara semakin terasa sangat lelah. Setelah mengganti seragam basketnya Rara dengan celana tidur dan kaos t-shirt biasa ia mulai merebahkan dirinya di atas kasur nya yang terasa sangat nyaman sekali.

" Hemm.....emang kasur tuh paling nyaman lah.." Gumam nya sambil merentangkan kedua tangannya menikmati kasurnya. " Capek banget badan gue!" Sambung nya lagi seraya membetulkan posisi tidurnya. Matanya mulai terasa berat. Tak lama Rara pun sudah berselancar ke alam mimpinya.

Jojo yang masih di jalan mengantarkan Bu isah terlebih dahulu, kini ia tengah berpanas - panasan di motor berkutat dengan ramainya jalanan. Setelah tadi mengantarkan Bu isah terlebih dahulu kini Jojo kembali memutar motornya menuju bengkel nya lagi, Jojo masih harus ke bengkel untuk membantu Dimas. Jadi mau tak mau ia kembali melajukan motornya ke bengkel.

" Loh...tumben?" Tanya Jojo saat ia sudah tiba di bengkel dan melihat bang Ari sedang sibuk membongkar motornya sendiri.

" Kesini tumben, gak katanya sombong! Haleh....salah serba!" Cibir bang Ari masih sibuk dengan motornya.

" Serba salah woy! Gak juga sih, aneh aja!" Balas Jojo lagi seraya mengambil sebuah botol air mineral dari dalam kulkas. Rasanya perjalanan tadi membuat tenggorokan Jojo menjadi kering, sekering hati tanpa perhatian.Hehehe.

" Dari mana Lo?" Tanya bang Ari.

" Biasa kang ojek bang, sampingan." Dimas ikut mencibir Jojo yang sedang menenggak minumannya.

" Anak Sultan ngojek? Kaga salah?" Cibir nya lagi seraya berkacak pinggang menatap Jojo dengan tatapan mengejek. " Kurang duit jajan Lo?" Sambung nya lagi yang kini di sertai tawa hinaannya.

" Kampret emang!" Saut Jojo dengan kesal. Bang Ari dan Dimas kompak tertawa melihat Jojo yang sedikit terpancing oleh cibiran nya.

" Tumben Jo, cepet pulangnya?" Dimas yang memang sudah hapal dengan jadwal latihan ia melirik jam dinding yang masih menunjukan pukul lima sore. Biasanya jika Jojo mengantar atau jadwal latihan bareng ia baru akan selesai pukul Tujuh malam.

" Nyonya nya terkapar!" Saut Jojo santai mendudukan dirinya di kursi kebangsaannya di balik etalase.

" Heh...?! Serius Paijo!" Seru bang Ari, " Lo julid aja sama pacar sendiri juga!" Sambungnya lagi melempar Jojo dengan botol minum.

" Gue serius, tadi pas dya latihan. Tiba - tiba aja jatoh, pingsan, keseleo." Jojo menjelaskan arti dari perkataanya tadi. Bang Ari dan Dimas manggut - manggut mengerti.

" Ngangguk - ngangguk aja, kek boneka pajangan Lo!" Kini Jojo yang balik mencibir mereka. Bang Ari hanya bisa tertawa mendengar ejekan Jojo.

Jojo menyenderkan tubuhnya di senderan singgasananya matanya terasa berat sekali, setelah tadi insiden Rara terjatuh. Sejak tadi rasanya wajah dan pikirannya terus menegang mengkhawatirkan Rara, ya walaupun ini bukan hal yang baru bagi Jojo namun tetap saja jika keadaan Rara saat ini selalu berhasil membuatnya khawatir. Jojo terus memikirkan bagaimana keadaan Rara saat ini, apa bengkak di kakinya sudah mengempes? apa Rara bisa beristirahat dengan baik? ada banyak pertanyaan di kepalanya. Yang justru membuat mata Jojo berat, akhirnya Jojo memejamkan matanya, namun belum lama ia memejamkan matanya Jojo sudah terlelap tidur. Badannya sudah benar - benar lelah hari ini, sebelumnya bengkel yang lumayan ramai hingga insiden dan harus menggendong Rara. Jojo butuh istirahat sejenak.

Bang ari dan Dimas hanya saling pandang saat melihat Jojo sudah tertidur pulas di singgasananya. Mereka nampak acuh dengan kehadiran nya dan membiarkan Jojo untuk beristirahat, jika di lihat dari wajahnya saja sudah menunjukan betapa lelahnya Jojo hari ini. Jadi hari ini bang Ari dan Dimas yang mengambil alih bengkel.

" Kang ojek cape banget noh!" Cibir bang Ari menunjuk Jojo dengan dagunya. " Maklum lah kang ojek bang!" Jawab Dimas santai.

Waktu sudah menunjukan pukul tujuh malam langit pun sudah berubah gelap Dimas nampak sibuk membersihkan bengkel sendiri bang Ari sudah pamit sejak sore tadi karena urusannya yang katanya mendadak. Jojo masih nampak tertidur pulas menyenderkan tubuhnya di sandaran sofa nya.

" Tidur apa pingsan Jo!" Gumam Dimas yang melihat Jojo tidur.

Seperti mendengar cibiran Dimas, Jojo bangun dan meregangkan tubuhnya yang terasa kaku terutama otot - otot bahunya yang terasa pegal karena posisi tidurnya yang kurang baik, sambil mengucek - ngucek matanya yang masih terasa berat Jojo mengumpulkan kesadarannya, " Jam berapa ni?" Tanya nya melirik ke arah Dimas yang sedang menyapu.

" Masih siang Jo, tidur lagi!" Dimas malah nampak mengejek Jojo yang menanyakan waktu.

" Ko udah gelap? emang sekarang udah jam berapa?" Tanya nya lagi masih sibuk meregangkan otot - otot tubuhnya.

" Jam tujuh Jo!" Dimas menunjuk jam dinding dengan dagunya. Jojo mengikuti arahan Dimas, " Hemm....badan gue pada pegel semua!" Melangkah menuju kulkas.

" Ya lagian Lo tidur di situ bukannya di kamar Sono!" Dimas sedikit menggerutu.

" Enak tidur situ, anginnya Sepoi - Sepoi gitu." Jojo hanya bisa nyengir.

" Serah Lo Jo, serah!"

" udah ah gue mau balik, mau mandi. Badan berasa kek lem." Jojo berjalan gontai mengambil tas nya dan menaruhnya di bahu kirinya. " Gue balik ya, masalah biasa mah besok lagi, neng lelah bang..!" Sambung nya lagi seraya membelai dagu Dimas dengan gaya manja. Dimas bergidik ngeri menatap Jojo.

" Kampret! Jauh - jauh Sono Lo!" Dimas mengibas - ngibaskan tangannya mengusir Jojo yang terus menggoda Dimas, " Ah...suka begitu deh!" Godanya lagi.

" Daaahh....hayati pulang dulu ya bang!" Jojo masih terus mempertahankan suara manja nya yang membuat Dimas menatapnya jijik. Bagaimana tidak, mereka masih normal.

" Pergi Sono yang jauh!" Dimas masih terus mengusir Jojo yang sudah siap di atas motornya. Jojo? sudah tentu tertawa melihat ekspresi Dimas yang sudah kesal.

Jojo pun akhirnya pergi meninggalkan bengkel ia langsung mengendarai motornya melaju dengan cepat menuju rumah, badannya yang pegal dan terasa lengket membuatnya sudah tidak nyaman. Dengan sedikit tergesa - gesa Jojo mulai beraksi di jalanan meliuk - liuk dengan indah melewati mobil yang berlalu lalang, ini jam pulang kerja jadi jalanan akan sedikit lebih ramai jadi Jojo harus pintar - pintar mengendarai motornya agar cepat sampai.

Memasuki sebuah kawasan perumahan yang cukup ramai Jojo menurunkan kecepatan motornya, setelah melewati pos satpam yang ada di depan gerbang ia mulai membuka helmnya dan menaruhnya di lengan kirinya. Sambil melihat - lihat deretan rumah - rumah mewah yang menjulang dengan kokohnya dan angkuh nya menandakan berbagai macam karakter dari sang empunya rumah. Jojo sampai di rumah yang tak kalah mewah dengan yang lainnya dengan pagar setinggi hampir dua meter Jojo membunyikan klakson motornya tak lama pun seorang laki - laki paruh baya membukakan pintu gerbang itu Jojo perlahan masuk seraya tersenyum menyapa pak Yanto supir keluarganya, " Makasih pak!" Ucap Jojo tersenyum menganggukan kepalanya. Pak Yanto balas tersenyum.

Jojo selalu memarkirkan motornya tepat di sebelah mobilnya, walaupun ia belum di perbolehkan untuk membawa mobilnya sendiri, namun terkadang Jojo mengendarainya hanya di seputar kompleks perumahannya saja.

" Baru pulang Jo?" Sapa sang mamah yang kebetulan sedang berjalan menuju ruang tengah.

" Loh mah, tumben?" Jojo malah menatap mamahnya heran.

" Kamu tuh, bukannya nanya apa kek gitu. Malahan nanya tumben!" Jawab mamahnya mencubit bahu Jojo. " Kamu udah makan Jo?" Tanya sang mamah lagi.

" Belom mah." Jawab Jojo singkat sambil membenarkan tasnya. " Ywdh makan hayu." Sang mamah mengelus lembut kepala Jojo.

" Bentar, De mau mandi dulu baru makan. Badan udah lengket bener gak betah." Jawab Jojo seraya mengendus - ngendus bau badannya.

" Ywdh mandi sana, abis itu turun kita makan bareng ya?" Mamahnya masih terus memperhatikan Jojo dengan tatapan sendu. jujur saja sebenarnya ibu mana yang tak sayang pada anaknya, namun dalam setiap keluarga pasti akan selalu ada yang namanya kesayangan. Dan sayang nya bukan Jojo yang mendapatkan nya.

" Oke!" Jojo mengecup pipi mamahnya sekilas dan berlari menaiki tangga menuju kamarnya untuk membersihkan badannya. Setelah masuk kamar Jojo melemparkan tasnya ke atas kasurnya asal, ia langsung menuju kamar mandi membuka semua pakaiannya dan langsung memutar shower yang berada tepat di atas kepalanya.

Kucuran air dari shower ya membuat tubuh Jojo segar seketika, mulai dari rambutnya hingga ujung kakinya membuat semua rasa lengketnya hilang seketika. Setelah hampir setengah jam Jojo selesai dengan ritualnya dengan handuk yang melilit di pinggangnya Jojo berjalan ke arah lemarinya memakai celana pendek dan kaos biasa.

Jojo turun dari kamarnya dan bergabung bersama dengan keluarganya yang sudah menunggu di meja makan