Jojo mengintip di balik pintu yang sengaja di biarkan terbuka sedikit, ia berusaha untuk melihat dan mendengar aktivitas di dalam ruangan. Jojo sedikit kaget saat melihat kak Riko yang tengah asik dengan laptopnya, samar - samar Jojo mendengar kak Riko sedang mengobrol di telepon dari yang Jojo dengar sepertinya sang kakak sedang berusaha untuk membuka bisnis baru. Jojo tak perduli apa yang dilakukan sang kakak, namun yang membuat Jojo sedikit penasaran siapa yang membantu kak Riko kali ini.?
Jojo sebenarnya bukan orang yang suka ikut campur dalam urusan orang, namun jika semua menyangkut kak Riko. Jojo pasti akan berusaha untuk memantau setiap gerak - geriknya bukan tanpa alasan Jojo melakukannya, karena kak Riko lebih sering membuat ulah dan juga sering membuat Jojo menjadi kambing hitamnya. Maka Jojo perlu waspada dan berhati - hati pada kak Riko. Jojo hanya tak ingin mendapat masalah lebih banyak lagi.
Kuping Jojo nyaris saja copot saat ia mendengar bahwa sang mamah akan memberikan semua yang dimilikinya untuk membantu niat licik kak Riko, jujur saja Jojo tak pernah merasa iri atau benci pada mamahnya. Kak Riko yang memang sejak dulu selalu menjadi kebanggaan sang mamah jadi segala hal yang menyangkut kak Riko dengan senang hati sang mamah akan melakukan apapun. Jojo tak pernah iri dengan apa yang dimilki sang kakak, namun yang membuat Jojo iri adalah perhatian dan kasih sayang sang mamah.
Walaupun sang mamah tidak pernah memarahi Jojo atau mengabaikan Jojo, namun tetap saja Jojo merasa jika sang mamah lebih sayang kak Riko di Bandung dengannya.
Setelah di rasa cukup untuk mendengarkan perbincangan keduanya, Jojo kembali melanjutkan langkah kakinya menuju dapur. Namun rasa laparnya berubah seketika saat ini, jadi Jojo hanya mengambil sebotol minuman jus kemasan dari dalam lemari es nya. Jojo masih memikirkan apa yang akan di lakukan sang kakak dengan tujuan nya membangun bisnis yang baru? Padahal Jojo tahu betul sebenarnya kak Riko kurang minat dalam dunia bisnis. Tapi entah mengapa akhir - akhir ini kak Riko seperti sedang berusaha untuk mengambil keuntungan dari orang tuanya itu.
Jojo tak ingin ambil pusing dengan masalah itu semua...
Jojo mulai menggeledah semua sudut kulkas dapurnya ia melihat ada banyak bahan makanan dan juga beberapa kotak susu dan minuman jus. Jojo mengambil sepotong daging ayam segar yg sudah di beri bumbu oleh Bu Ijah, Jojo segera menaruhnya di dekat kompor. Ia ingin membuat ayam goreng saja yang simpel.
Setelah menyiapkan penggorengan dan minyak Jojo menyalakan kompor dan menunggu hingga panas, Jojo memang terbiasa memasak sendiri jadi ia sudah lihai berurusan di dapur seperti saat ini. Berbanding terbalik dengan kak Riko yang manja. Terdengar suara gaduh dari arah dapur, Jojo yang berusaha untuk berhati - hati dalam setiap gerakannya tetap saja menimbulkan suara yang sedikit gaduh, terlebih saat ia memasukan ayam kedalam wajan panasnya.
" Loh de,Lagi apa?" Tanya Bu Ijah yang datang dari arah belakang dapur.
" Hehehe...laper Bu!" Jawab Jojo santai nyengir kuda seraya meneruskan memasaknya.
" Kenapa gak bilang Bu Ijah? Kan bisa Bu Ijah siapin!" Saut Bu Ijah lagi seraya membantu menyiapkan nasi dan sayur di atas meja makan.
" Gak apa - apa ko Bu, de bisa sendiri. Bu Ijah istirahat aja." Saut Jojo masih dengan membalikan ayam gorengnya.
" Ywdh, ini udah Bu Ijah siapin sayur sama sambelnya ya. Kalo perlu yang lain lagi tinggal panggil Bu Ijah aja ya de?!" Ucapnya seraya sedikit menata sayur dan sambal di atas nampan. Bu Ijah tahu betul jika sudah malam begini Jojo lebih senang makan di kamarnya, makanya ia menyiapkan segala keperluan makan Jojo di atas nampan agar Jojo dengan mudah membawanya.
" Makasih Bu!" Jojo tersenyum senang pada Bu Ijah. Bu Ijah yang memang sudah menjadi asisten rumah tangganya sejak Jojo bayi jadi sudah tahu betul apa dan bagaimana Jojo.
Bu Ijah kembali berjalan menuju kamarnya untuk beristirahat dan meninggalkan Jojo di dapur. Sementara itu sepeninggal Bu Ijah Jojo yang sudah selesai dengan ayam gorengnya, dengan cekatan Jojo menaruh ayamnya di atas piring yang sudah di sediakan.
Setelah siap semua hidangannya Jojo membawa makanannya ke kamar, dengan hati - hati Jojo memegangi nampan agar seimbang terutama ketika menaiki tangga. Namun saat sudah berada di tengah anak tangga langkahnya terhenti.
" Jo, Lo bawa apaan?" Tanya kak Riko menghentikan langkah kaki Jojo, Jojo seketika berhenti dan menoleh.
" Makanan gue laper!" Ucapnya cepat kembali melanjutkan langkahnya. Jojo tak ingin rasa laparnya di ganggu kak Riko.
" Gue mau donk, masih ada gak?" Tanya kak Riko yang berteriak karena Jojo sudah tiba di depan kamarnya. Jojo tetap tak memperdulikan pertanyaan kak Riko, ia hanya ingin makan dengan tenang.
Setelah berhasil membawa makanannya, Jojo langsung menaruhnya di atas karpet di depan tv nya. Tak butuh waktu lama untuk Jojo menghabiskan porsi makanannya, karena mang ia lapar jadi ludes seketika tak bersisa. Setelah makan Jojo kembali membereskan piring dan gelas, beserta dengan segala peralatan yang lainnya Jojo menaruh semuanya di nampan yang tadi ia gunakan namun Jojo hanya menaruhnya di atas meja di ujung sudut kamarnya, setelah mencuci tangannya seperti biasa Jojo langsung menyalakan rokoknya. Ritual pencuci mulut yang tak akan pernah Jojo lewatkan.
" Kebiasaan ya?! Udah kenyang ni urat ketarik!" Gumam Jojo sambil menikmati rokok nya, " Buseh, urat mata gue ketarik jadi pen merem bawaanya!" Sambung nya lagi. Setelah menghabiskan sebatang rokoknya Jojo pun naik ke atas kasurnya yang sejak tadi sudah terasa memanggilnya seperti magnet.
Jojo berbaring merentangkan kedua tangannya menatap ke atas langit - langit kamarnya, " Masa lalu sejarah, masa depan misteri dan masa kini....Nikmatin aja!" Ucap Jojo sambil mengingat semua ucapan sang papah yang memintanya untuk meneruskan semua bisnis nya.
Jojo hanya bisa menghela nafas dengan berat, sebenarnya ia ingin sekali menuruti semua kemauan sang papah. Namun di sisi lain Jojo juga ingin membuktikan pada keluarganya bahwa ia mampu membuat bisnisnya sendiri. Sebenarnya Jojo tak mau memikirkan hal ini, karena baginya semua itu masih terlalu jauh untuk ia raih. Bayangkan saja saat ini Jojo masih kelas tiga SMP, masa - masa SMA saja belum ia jalani bagaimana bisa Jojo memikirkan tentang mengambil alih perusahaan.
Ahh...biar lah waktu yang menjawabnya bagaimana nanti.
Jojo mulai memejamkan matanya yang sudah terasa berat dan mengantuk.
Pagi ini Rara sudah rapih dengan seragam sekolahnya, ia hanya berdua saja dengan mbak Yul karena semalam kedua orang tuanya dan adik nya Raka menginap di rumah sang nenek. Rara sudah siap dan keluar kamar untuk sarapan terlebih dulu sebelum berangkat sekolah. Pagi ini mbak Yul sudah menyiapkan roti dan selai strawberry dan parutan keju favorit Rara, tak lupa juga segelas susu segar.
" Mbak udah sarapan?" Tanya Rara saat ia mengolesi selai strawberry dan menambahkan parutan keju di atas rotinya.
" Belom, kamu aja kak. Mbak mah nanti aja lh!" Saut mbak Yul yang menemani Rara sarapan. Rara hanya mengangguk mengerti sambil terus mengunyah menikmati sarapannya.
Ponsel Rara berbunyi saat ia sedang asik sarapan, Rara pun mengeluarkan ponselnya dari saku dan melihat siapa yang menghubunginya. " Biang kerok!" Gumamnya saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya.
Siapa lagi kalo bukan Jojo.
" Hem..." Jawab Rara singkat seraya meminum susunya untuk melancarkan roti yang sudah berada di dalam tenggorokannya.
" Nanti gue jemput, tunggu aja. Sepuluh menit lagi sampe!" Ucap Jojo cepat.
" Tapi---"
Tut...Tut...Tut...
Belum sempat Rara menjawab Jojo sudah memutuskan sambungan teleponnya sepihak. Rara hanya bisa mencibir kesal menatap ponselnya, " KE-BIA-SA-AN!" Cibir Rara.
Rara pun langsung menghubungi Isna, karena mereka terbiasa pergi bareng jadi jika seperti ini Rara segera menghubungi Isna agar tak menunggu dirinya.
Setelah beberapa kali nada tunggu, akhirnya Isna pun menjawab panggilannya. " Na, gue bareng kang ojek!" Ucap Rara cepat saat Isna menjawab panggilannya.
" Oke!" Sautnya santai dan memutuskan sambungan itu.
karena ia akan di jemput Jojo, jadi Rara masih sedikit santai di meja makan.
Jojo yang sudah siap dan sudah selesai sarapan, pagi ini ia bangun sedikit lebih pagi hanya untuk bisa menjemput Rara dan berangkat bareng ke sekolah. Meski masih sedikit mengantuk namun Jojo sudah berniat agar Rara tak marah padanya berlarut - larut. Pagi ini mereka bertiga sarapan dengan tenang tak ada obrolan di meja makan seperti yang biasa mereka lakukan, meski hanya sekedar basa basi atau saling cibir. Namun pagi ini ketiganya sarapan dengan tenang dan larut dalam kesibukan masing - masing.
Papah nya yang sejak tadi sudah sibuk dengan tabletnya dan tak menyadari jika Jojo dan kak Riko sudah datang dan bergabung untuk sarapan. Sementara kak Riko juga yang tak kalah sibuk dengan ponselnya, entah apa yang membuatnya sibuk sejak tadi namun Jojo tak ambil pusing. Hanya Jojo saja yang sarapan tanpa sibuk melihat gadgetnya, karena hari ini ia akan berangkat lebih pagi jadi Jojo tak ingin menghabiskan banyak waktu di meja makan. Setelah selesai dengan sarapannya Jojo berpamitan pada sang papah dan juga kakaknya, Jojo berjalan ke arah garasi rumahnya dan memakai segala peralatan keselamatan bermotornya, tak lupa Jojo pun membawa helm untuk Rara.
Setelah siap dengan segala peralatannya Jojo melajukan motornya menuju rumah Rara untuk menjemputnya, hanya butuh waktu sepuluh menit dari rumah Jojo ke rumah Rara. Meski mereka berada di satu daerah, namun kompleks perumahan keduanya sedikit berjauhan.
Rara sudah siap dengan sepatunya, Rara sudah menunggu Jojo di bangku depan teras rumahnya, biasa tempanya untuk menunggu jika Jojo menjemputnya. Sambil memainkan ponselnya Rara menunggu ke datangan Jojo. Tepat sepuluh menit Rara melihat Jojo sudah datang dan tersenyum ke arah nya sambil tetap berdiri di motornya di depan gerbang rumahnya.
" Mbak, aku berangkat ya!" Pamit Rara pada mbak Yul yang setengah berteriak karena mbak Yul yang masih sibuk di dalam.
Rara berlari kecil menghampiri Jojo, " Tumben?" Tanya Rara saat ia sudah berdiri di samping motor Jojo dengan senyum terbaiknya ia menyapa Jojo.
" Pengen aja." Jawab Jojo santai yang juga memberikan senyum mautnya pada Rara, " Nih helmnya..." Sambung Jojo lagi memberikan helm pada Rara.
Setelah Rara siap dengan helmnya dan sudah naik di atas motor Jojo, kini keduanya sudah melaju meninggalkan rumah Rara.
.
.
.