"Richard, kembali ke kelasmu!" Sabian menarik tubuh giant Richard sekuat tenaganya agar laki - laki tinggi itu berdiri dari kursi milik Sabian di kelas.
"Aku ingin disini Biii" Richard tidak bergerak sedikitpun dari duduknya, dia hanya memainkan game di ponselnya dengan sesekali menatap tajam sekelilingnya yang penasaran melihat dirinya dan kekasihnya itu.
"Tidak! Sebentar lagi bel masuk Richard. Kau harus masuk ke kelasmu" Sabian masih berusaha untuk menarik Richard tapi usahanya tentu saja gagal. Richard bahkan tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya.
"Di kelasku tidak ada dirimu Biii! Membosankan"
"Richard! Kau harus.." Louis menepuk pelan bahu Sabian dan menggelengkan kepalanya pelan.
"Sudahlah Biii, biarkan saja Richard disini"
"Tapi Lou, ini bukan kelas Richard" Dean juga menggelengkan kepalanya untuk membiarkan Richard dikelas mereka.
"Biarkan saja. Dari yang aku tau, Richard tidak pernah masuk kekelasnya, dia tidak pernah mengikuti pelajaran apapun. Mungkin saja jika disini dia ingin belajar"
Sabian mempoutkan bibirnya kesal karena kedua temannya lebih membela Richard dari pada dirinya. Louis yang melihat tingkah Sabian itu langsung tersenyum kecil.
"Bukankah kau dominant? Kau harus membuat submissive mu menjadi anak yang baik Sabian"
Sabian menghela nafasnya kasar dan akhirnya hanya bisa mengangguk pasrah
"Baiklah, kau disini. Tapi kau harus belajar Richard" Sabian duduk di sebelah Richard dan sedikit mengancam laki - laki tinggi itu walaupun Richard tidak terpengaruh sedikitpun dengan ancaman laki - laki manisnya itu. Laki - laki tinggi itu hanya mendekatkan kursinya kearah Sabian dan memandangi laki - laki mungilnya dengan tangan terlipat di meja dan kepala yang di tidurkan di atas kedua lengannya itu. Richard tersenyum kecil sambil terus menatap Sabian. Sabian-nya benar benar cantik.
Tidak lama setelah itu, guru yang mengajar di kelas Sabian masuk kedalam kelas yang awalnya sangat ribut menjadi diam seketika. Mr. Kim adalah guru Math yang sangat di takuti oleh seluruh murid di sekolah itu mungkin Richard pengecualian.
"Selamat Pagi"
"Pagi"
Mr. Kim menatap tajam seluruh murid di kelasnya, tidak ada suara apapun yang terdengar di kelas itu, hanya keheningan yang ada. Setelah menatap sekeliling, kedua mata Mr. Kim berhenti pada satu objek. Objek yang tidak pernah di lihatnya memasuki kelas. Tapi kenapa dia bisa ada disana dan dengan santainya terus memandangi laki - laki yang duduk di sebelahnya itu?
"Richard Park?" Guru itu mengernyit bingung melihat Richard berada di kelasnya pagi itu. Dia sangat mengenal Richard, anak nakal yang selalu membolos di mata pelajarannya dan pelajaran-pelajaran lainnya. Bagaimana bisa dia berada di sini? Ini bahkan bukan kelasnya.
"Richard Park" Mr. Kim memanggil laki - laki tinggi itu untuk mengalihkan perhatian kearahnya, tapi kau tau bukan apa tujuan nama tinggi itu masuk ke kelas itu, tidak lain dan tidak bukan karena ingin melihat kekasih mungilnya.
"RICHARD PARK!!" Teriak Mr. Kim untuk yang kesekian kali karena Richard terus mengabaikannya. Sabian yang duduk di sebelah Richard langsung menangkup kedua pipi laki - laki tinggi itu lalu menolehkannya kearah Mr. Kim berdiri.
Sejujurnya Richard mendengar guru itu memanggilnya sedari tadi. Tapi apa pedulinya? Melihat Sabian jauh lebih menyenangkan dari pada melihat lelaki tua bertubuh pendek itu.
"Kenapa?" Tanya Richard dengan malas, satu tangannya meraih jemari Sabian dan memainkannya. Seluruh murid menatap Richard dengan takjub karena dia tidak merasa takut sedikitpun kepada guru killer itu. Bahkan dia masih asyik memainkan jemari lentik kekasihnya itu dan sesekali menciuminya.
"Richard.." Sabian hendak menarik jemarinya dari tangan laki - laki tinggi itu. tapi Richard tidak melepaskannya dan menggenggam jemari Sabian dengan erat. Sabian menatap Mr.Kim dengan takut, bagaimana bisa Richard bersikap sesantai itu kepada guru killer ini?
"Cepat katakan apa maumu kakek tua, kau membuang waktuku menatap Sabian"
Mr. Kim mengepalkan kedua tangannya dengan amarah yang meluap-luap. Dia sangat membenci Richard sejak pertama kali laki - laki tinggi itu masuk ke sekolah ini.
Kenakalannya dan tingkah kurang ajarnya itu selalu membuatnya ingin mengeluarkan Richard dari sekolah ini. Tapi usahanya tidak pernah berhasil mengingat Richard adalah anak pemilik sekolah ini.
"Bagaimana kau bisa berada disini tuan Park? Apa kau melupakan dimana kelasmu berada?" Richard menaikkan satu alisnya tidak suka. Sabian melirik Richard sambil menggigit bibirnya pelan, Richard pasti akan mendapatkan masalah jika dia tetap berada disini.
"Itu bukan urusanmu kakek tua. Jangan mengangguku atau aku akan menghancurkan kelasmu"
Guru itu tersenyum miring dan menatap Richard tajam. Sedangkan laki - laki tinggi itu tidak peduli dengan tatapan dari guru itu, dia menatap Sabian dan tersenyum manis kearah kekasihnya itu.
"Kau berani melakukannya tuan Park?"
Richard memutar bola matanya kesal, keinginannya hanya ingin duduk disini dan memandangi kekasihnya hingga kelas berakhir. Kenapa orang tua ini terus menganggunya? Shit!
"Jangan menantangku kakek tua. Aku benar-benar akan melakukannya"
"KAU! KELUAR DARI KELASKU!!" Mr.Kim benar-benar sangat marah saat ini. Seluruh murid menundukkan wajahnya takut sedangkan Richard, dia menatap Mr.Kim dengan tenang, tidak merasa takut sedikitpun.
"Aku tidak mau, Sabian disini. Jadi aku juga akan tetap disini"
"KAU.."
"Sttt jangan berisik. Sabian tidak suka keributan" Sabian menatap Richard, jika dia tidak bertindak sekarang, Richard akan mendapatkan masalah jika berurusan dengan guru killer itu. Dengan perlahan dia mendekatkan wajahnya ke telinga Richard dan membisikkan sesuatu padanya.
"Kau berjanji?" Richard langsung menatap Sabian dengan wajah berbinar-binar setelah mendengar bisikan mesra –menurutnya– dari Sabian tadi. Sedangkan laki - laki mungil itu hanya menganggukkan kepalanya pelan. Richard tersenyum lebar dan berdiri dari duduknya.
"Aku akan menunggu di ruangan ku sayang" Richard mengecup bibir Sabian sekilas setelah itu melangkah keluar dari kelas Sabian. Seluruh penghuni di dalam kelas itu sekali lagi di buat takjub dengan kelakuan Richard. Hanya dengan bisikan kecil dari kekasih mungilnya, laki - laki tinggi langsung berdiri dan meninggalkan kelas. Kau benar-benar hebat Sabian Byun.
Sabian menundukkan kepalanya kearah Mr.Kim yang masih menatapnya tidak percaya. Bagaimana bisa seorang Sabian Byun melakukan itu kepada anak nakal seperti Richard Park? Bahkan anak nakal itu tidak mendengarkan apapun yang di katakan oleh kepala sekolah. Tapi Sabian? Dia langsung menyetujuinya tanpa protes sedikitpun. Benar-benar hebat.
"Kita lanjutkan pelajaran kita" Mr. Kim tidak ingin memikirkan lebih jauh apa yang terjadi, yang penting anak nakal itu sudah pergi dan dia bisa mengajar dengan tenang.
**
Sabian membereskan buku-bukunya setelah Mr.Kim keluar dari kelas itu. Louis dan Dean langsung berdiri di sebelah Sabian dan menuntut penjelasan dari laki - laki mungil itu.
"Kenapa? Kenapa kalian menatapku seperti itu?"
"Apa yang kau katakan kepada Richard tadi?" Louis menahan tangan Sabian yang akan menutup tasnya.
"Apa?" Tanya Sabian tidak mengerti.
"Kau.Mengatakan.Apa.Tadi.Pada.Richard?" Dean menekankan setiap kata yang keluar dari mulutnya. Akhirnya Sabian mengerti, kedua temannya pasti bingung kepada Richard bisa langsung pergi meninggalkan kelas.
"Tidak ada, aku hanya memintanya pergi meninggalkan kelas dan dia langsung pergi"
"Benarkah? Kau tidak sedang berbohong bukan?" Louis menatap Sabian tidak percaya. Tidak mungkin Richard langsung pergi hanya karena Sabian memintanya pergi meninggalkan kelas. Sebelumnya Richard bahkan tidak bergerak sedikitpun dari duduknya ketika Sabian memintanya pergi. Tapi tadi? Bagaimana bisa?
"Tidak Lou. Aku harus pergi, Richard pasti sudah menungguku sekarang. Bye" Sabian langsung berlari meninggalkan Louis dan Dean yang masih di selimuti kebingungan.
"Aku yakin dia berbohong tadi. Tidak mugkin Richard menurut begitu saja jika Sabian tidak mengatakan sesuatu kepada anak nakal itu" Dean dan Louis terdiam beberapa saat memikirkan apa yang mungkin terjadi diantara sepasang kekasih itu.
"Apa kita mengikutinya saja?" Tanya Dean setelah beberapa saat terdiam.
"Tidak Tidak. Richard pasti akan membunuh kita jika kita menganggunya"
"Ah Alex dan Sam. Kurasa Richard tidak akan membunuh kedua temannya itu" Louis menjentikkan jarinya setuju dan menatap Dean dengan bangga.
"Ide bagus. Ayo kita cari my baby Sam" Dean memutar bola matanya malas. Louis mulai bertingkah berlebihan dengan memanggil Sam seperti itu. Dia sudah seperti seorang kekasih laki - laki berkulit putih itu, padahal Sam selalu mengabaikannya. Poor Louis.
"Menjinjikkan Lou"
"Kau hanya iri Dean. Ayo cepat cari mereka" Louis langsung menarik Dean keluar dari kelas mereka untuk mencari kedua laki - laki tampan itu.
__
"Richard?" Sabian membuka pintu markas Richard dengan pelan. Dia menatap sekeliling yang kosong, dimana Richard?
"Aku disini sayang" Richard muncul dari arah belakang dan duduk di sofa ruangan itu. Sabian tersenyum kecil dan melangkah mendekati Richard.
"Kau sudah makan?" Tanya Sabian dan duduk di sebelah Richard.
"Belum" Richard menggelengkan kepalanya dan memeluk pinggang Sabian erat.
"Kenapa? Ayo kita ke kantin kau pasti kelaparan bukan?" Sabian menarik tangan Richard untuk berdiri, tapi Richard menahannya.
"Ya, aku sangat kelaparan sekarang"
"Ayo kita pergi ke kantin, Richard" Sabian melepaskan pelukan Richard di pinggangnya dan langsung berdiri.
"Tapi aku ingin makan disini" Sabian menganggukkan kepalanya mengerti lalu tersenyum kecil.
"Baiklah aku akan membelikanmu makanan di kantin. Kau tunggu disini" Laki - laki mungil itu langsung melangkah meninggalkan Richard tapi tiba-tiba tangannya di tahan oleh laki - laki tinggi itu.
"Kenapa menahanku? Kau akan semakin kelaparan nanti"
"Kau tidak perlu membelinya" Sabian mengernyit bingung, tapi setelahnya dia langsung mengerti. Mungkin saja ada beberapa makanan disini.
"Disini ada makanan? Oh baguslah"
"Tidak ada apapun disini"
"Astaga Richard kau benar-benar. Lepaskan aku, aku akan membelikanmu makanan untukmu" Sabian menarik tangannya yang di genggam oleh Richard itu. tapi Richard tidak melepaskannya.
"Biii aku akan menagih janjimu di kelas tadi"
"Apa?" Sabian ingat janji itu, janji yang secara spontan keluar dari mulutnya karena tidak ingin Richard terkena masalah dengan Mr. Kim.
"Aku boleh meminta apapun bukan?"
Sabian menghela nafasnya pelan dan mengangguk.
"Ya. itu janjiku"
"Baiklah. Pertama-tama kau duduk disini" Richard menepuk pahanya mengisyaratkan Sabian untuk duduk di pangkuannya. Laki - laki mungil itu tidak protes, dia sudah berjanji tadi. Jadi dia melangkah mendekati Richard dan duduk di pangkuan laki - laki tinggi itu.
"Baiklah sekarang apa yang kau inginkan?" Sabian sudah duduk di pangkuan Richard. Sejujurnya Sabian sedikit tidak nyaman dengan posisi ini. Karena dengan posisi ini, dia takut jika Richard dapat mendengar detak jantungnya yang menggila didalam sana. Dan juga Richard yang terus menatapnya dengan pandangan memuja itu membuat Sabian tidak bisa menyembunyikan rona merah di pipinya. Memalukan.
"Aku lapar" Rengek Richard sambil melingkarkan kedua lengannya di pinggang Sabian.
"Aiishh sudah ku bilang aku akan memb.."
"Aku ingin memakanmu"
Deg!
"Apa?!!" Sabian melebarkan kedua matanya tidak percaya. Jantungnya bahkan hampir berhenti berdetak di dalam sana setelah mendengar apa yang baru saja Richard katakan.
"Cium aku Biii" Sabian menatap Richard tidak percaya. Apa Richard ingin melakukan 'itu' disini? Apa aku yang akan memasu–arrgggh aku belum siap melakukannya.
"Tapi.. Tapi aku dominant" Richard memutar bola matanya malas. Sedangkan Sabian menggigit bibirnya gugup. Bagaimana ini?
"Ya kau dominant sayang. Bukankah dominant yang harusnya melakukan sesuatu terlebih dahulu tanpa diminta oleh submissivenya?"
Deg!
Benar, seharusnya aku yang meminta bukanya Richard. Aishhh bagaimana ini? apa aku bisa melakukannya? Ibuu tolong aku hueeeee :'
"Jadi apa yang kau tunggu dominant-ku?" Sabian meneguk saliva dengan susah payah. Bagaimana ini? aku tidak seharusnya menjadi dominant jika aku tidak bisa melakukan 'itu'. Tapi aku memang tidak bisa melakukannya. Aku belum siap hiks.. bagaimana ini? bagaimana ini?
"Apa kau sudah tidak mau menjadi dominant? Kau bisa menjadi submissive ku sayang" Submissive? Tidak tidak tidak! Itu bahkan lebih mengerikan. Aku tidak mau menjadi submissive. Tidak akan mau..
"Ba..Baiklah aku.. aku akan melakukannya" Richard tersenyum lebar dan menunggu apa yang akan Sabian lakukan padanya.
Dengan ragu Sabian mendekatkan wajahnya kearah Richard. Dia menghembuskan nafasnya pelan dan menutup kedua matanya. Richard merasakan benda kenyal dan lembut menyentuh bibirnya, dia bersorak dalam hati saat Sabian akhirnya menciumnya. Selama ini Sabian terlalu pasif dan Richard tidak suka itu.
Bibir Sabian tidak bergerak sama sekali. Kedua bibir itu hanya menempel diam. Richard mengeram dalam hati, dia benar-benar ingin melumat habis bibir manis kekasih mungil nya itu. Tapi dia menahan dirinya untuk tidak melakukannya, dia hanya menunggu Sabian melakukan semua itu walaupun sepertinya itu tidak akan terjadi.
Setelah beberapa menit Sabian menjauhkan bibirnya dari Sabian. Richard dapat melihat dengan jelas rona merah di wajah Sabian.
"Aku sudah menciummu" Lirih Sabian dengan kepala tertunduk, dia benar-benar malu saat ini. dia baru saja mencium Richard.
"Apa itu yang kau sebut ciuman?" Sabian mengangguk dengan wajah polosnya membuat Richard mengeram tertahan. Hey itu tidak bisa di katakan sebagai ciuman. Bibir mereka hanya menempel! Oh my gosh Richard benar-benar gemas dengan tingkah laki - laki mungil yang masih duduk di pangkuannya itu.
"Sayang, itu tidak bisa di katakan sebagai ciuman. Itu hanya kecupan sayang" Richard mencoba untuk bersikap tenang dengan mengelus lembut rambut kekasinya itu.
"Bukankah sama saja?" Sabian menatap Richard dengan wajah polos miliknya. Oh Biii, kau akan membangkit singa kelaparan sebentar lagi jika kau terus menampilkan wajah polos dan menggemaskan milikmu itu.
"Tidak Biii" Richard masih berusaha bersikap tenang. Jika tidak, bisa saja saat ini dia sudah menerjang Sabian dan memperkosa laki - laki mungil itu. Richard tidak ingin menyakiti Sabian, jadi dia harus bisa menahan dirinya untuk tidak melakukan itu.
"Jadi bagaimana ciuman yang kau maksud Richard?"
Richard menyeringai lebar dan memeluk pinggang Sabian dengan erat.
"Aku akan mengajarimu bagaimana cara berciuman yang baik" Richard menarik tengkuk Sabian dan melumatnya. Menyalurkan semua hasratnya yang tak tersampaikan sejauh ini. Tangan kanan Richard membawa kedua lengan Sabian untuk melingkari leher. Sabian tidak protes, dia hanya diam sambil menutup matanya menerima semua yang Richard lakukan padanya. Dia akan belajar bagaimana itu berciuman dari Richard. Sepertinya kau belajar dari orang yang salah Biii, kau akan habis nanti.
"Lakukan hal yang sama dengan apa yang aku lakukan sayang" Bisik Richard di telinga Sabian sebelum kembali meraup bibir atas Sabian. Dia melumat bibir atas Sabian dengan lembut sambil terus memeluk erat tubuh laki - laki mungilnya itu. Sabian masih ragu untuk mengikuti gerakan bibir Richard, tapi gerakan bibir Richard begitu memabukkan dan membuatnya kecanduan. Dengan gerakan pelan Sabian mengecup bibir bawah Richard dan mengulumnya lembut. Sabian dapat merasakan betapa lembutnya bibir Richard ketika menyentuh permukaan bibirnya.
"Eughhh~" Sabian melenguh dalam ciumannya. Richard benar-benar membuatnya gila. Dia tidak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya. Richard masih memainkan bibir Sabian dengan lembut sedangkan Sabian berusaha keras untuk mengimbangin permainan Richard.
"Haaahhh" Sabian meraup oksigen sebanyak-banyak saat ciuman mereka terlepas. Richard tersenyum manis kearah Sabian dan mengecup pipi laki - laki mungil itu.
"Aku menginginkannya lagi"
Sebelum Sabian sempat mencerna apa yang Richard katakan. Laki - laki tinggi itu kembali meraup bibir Sabian. Kali ini sedikit kasar, Richard langsung melumat bibir Sabian atas dan bawah bergantian. Sabian menyematkan jemarinya diantara helaian rambut Richard dan mencoba untuk mengimbangi ciuman Richard yang benar-benar membuat kepalanya kosong. Dia membiarkan bibir Richard mengambil alih seluruh bibirnya. Richard melumat dengan perlahan tapi pasti, menarik dan mengnyesap bibir Sabian yang membuatnya selalu kecanduan.
"Mmmhhh~ Richardhhh" Richard menekan tengkuk Sabian untuk memperdalam ciuman mereka. Satu tangan Richard bahkan sudah masuk kedalam seragam Sabian dan mengelus pelan punggung laki - laki mungil itu.
"Richardhhh ahhhh" Richard tidak berhenti, suara yang Sabian keluarkan benar-benar membuatnya hilang kendali. Sabian benar-benar sexy saat ini dan dia tidak akan melepaskan kesempatan ini begitu saja.
"Ahhhhh mmmmphhh" Lidah Richard menerobos masuk kedalam mulut Sabian. Memainkan langit-langit mulutnya lalu mengajak lidah Sabian bermain-main. Sedangkan Sabian hanya bisa pasrah di atas pangkuan Richard. Dia sudah tidak memiliki tenaga lagi, tubuhnya terasa lemah, untung saja dirinya berada di pangkuan Sabian.
"Richard kau.. WOW"
Seketika tautan mereka terlepas setelah mendengar suara seseorang membuka pintu dan teriakan tertahan yang keLuar dari mulut laki - laki itu.
Sabian bergerak gelisah di atas pangkuan Richard dan ingin bangkit tapi Richard menahannya dan memeluk tubuhnya dengan erat.
"Richard lepas"
"Ssstt diamlah" Akhirnya Sabian mengeratkan pelukannya di leher Richard dan menenggelamkan seluruh wajah merahnya di perpotongan leher laki - laki tinggi itu. Dia benar-benar malu karena ketahuan sedang berciuman dengan panas bersama kekasihnya.
"WOW" Suara itu terdengar lagi dari arah pintu. Richard berdecak kesal menatap kedua temannya yang menatap sepasang kekasih itu dengan mata lebar dan rahang yang terbuka.
"Apa yang kalian lakukan disini?" Richard mengeram kesal karena kegiatannya di ganggu oleh dua makhluk yang berstatus temannya itu.
"Aku.. kita.. tadi .. itu" Sam memukul kepala Alex dengan keras sambil memutar bola matanya malas. Alex kenapa menjadi bodoh setelah melihat adegan panas tadi.
"Kau menghilang sejak pagi. Jadi kami mencarimu kesini dan ternyata kalian.." Sam tidak melanjutkan kata-katanya, dia hanya menyeringai kecil kearah Richard dengan tatapan menggoda.
"Kau sudah menemukanku bukan? Sekarang pergilah" Sabian bergerak gelisah di atas pangkuan Richard. Dia tidak nyaman berada di posisi seperti ini dengan adanya orang lain yang melihat mereka.
"Kenapa? Apa kau akan melanjutkan kegiatan kalian? Apa aku boleh menonton?" Alex tersenyum lebar dengan menaik-turunkan alisnya menggoda Richard.
"BEDEBAH!"
"Richard" Sabian semakin menenggelamkan kepalanya di leher Richard. Apa mereka benar-benar akan melanjutkan kegiatan mereka tadi? Dan kedua laki - laki itu akan melihat mereka melakukan 'itu' ? Oh tidaaakk!!!
"Pergi atau aku akan menghancurkan wajah kalian" Kali ini Richard tidak main-main. Dia benar-benar kesal dengan kedua temannya itu, seharusnya mereka bisa melanjutkan ke tahap selanjutnya tadi tapi karena dua makhluk yang tiba-tiba muncul ini semuanya gagal.
"Ey Richard jangan pelit. Biarkan kami melihat" Alex masih menggoda Richard sedangkan Sam terkekeh geli melihat wajah memerah laki - laki tinggi itu. Tidak biasanya Richard seperti ini, jadi mereka terus menggoda laki - laki tinggi itu. Kapan lagi melihat Richard seperti ini pikir mereka.
"Pergi ku bilang!"
"Ayolah Richard. Jangan pelit"
"PERGI!!" Dengan gerakan cepat, Alex langsung menarik Sam pergi meninggalkan tempat itu setelah mendengar teriakan menakutkan Richard tadi. Richard benar-benar mengerikan jika sedang marah, bahkan kedua temannya saja langsung melarikan diri.
"Richard tenang" Sabian mengeLus rambut Richard dengan pelan. Laki - laki tinggi menghela nafasnya dan mengecup pipi Sabian berulang kali.
"Maafkan aku"
"Tidak apa. Eh? Aku tidak melihatnya tadi. Kenapa kau mempunyai kantung mata? Kau tidak tidur malam tadi?" Richard menggeleng pelan dan membenamkan wajahnya di tengkuk laki - laki mungil itu.
"Aku tidak bisa tidur"
"Kalau begitu tidurlah" Sabian menepuk punggung laki - laki tinggi itu pelan. Richard mulai menutup matanya karena merasa sangat nyaman.
"Kau tidak akan pergi?"
"Tidak, aku disini. Tidurlah" Sabian mengeLus rambut Richard dengan lembut sedangkan laki - laki tinggi itu mulai tertidur di bahu Sabian dengan tangan memeluk pinggang Sabian posesif.
**