Sabian masih terdiam di tempatnya sambil menatap perempuan yang muncul bersama Richard itu. Perempuan itu terlihat sangat cantik dengan dress baby blue yang memperlihatkan keindahan lekukan tubuhnya. Terlihat elegan dan sederhana secara bersamaan membuat Sabian sedikit merasa iri.
"Dia siapa Richard?" Sabian terlonjak dari duduknya saat mendengar suara perempuan itu. Laki - laki mungil itu tersenyum canggung dan sedikit menundukkan kepalanya.
"Perkenalkan aku Sabian Byun"
Perempuan cantik itu duduk di single sofa sambil menatap Sabian dari ujung kaki hingga ujung kepala. Sabian hanya bisa menundukkan kepalanya sambil meremas gugup kedua jemarinya. Siapa sebenarnya perempuan ini? Kenapa dia melihat Sabian seakan-akan ingin memakannya. Tatapan nya terlalu mengintimidasi.
"Jangan menatapnya seperti itu!" Richard yang merasakan kegugupan kekasih mungil nya langsung memperingati. Perempuan cantik itu menoleh kearah Richard dan tersenyum.
"Dia siapamu Richard?"
Sabian hanya diam, dia semakin kuat meremas jemarinya. Siapa sebenarnya perempuan cantik ini? Apa perempuan ini selingkuhan Richard? Atau jangan-jangan Sabian lah selingkuhan Richard? Tapi dia terlalu cantik jika di jadikan selingkuhan. Siapa sebenarnya perempuan ini?
"Apa yang kau inginkan di apartemenku?" Richard tidak menjawab pertanyaan perempuan itu. Dia melipat kedua tangan nya di dada dengan wajah angkuh andalannya.
"Hey, aku merindukanmu. Bukankah kita sudah lama tidak berjumpa Richard" Perempuan itu langsung melompat kepelukan Richard membuat Sabian hanya bisa menahan nafas nya terkejut. Kedua bola matanya berkaca-kaca dan dia tidak sanggup melihat apa yang terjadi di depannya itu sehingga dia hanya bisa menunduk sambil menggigit bibir bawahnya kuat. Dia tidak boleh menangis disini, walaupun rasanya sangat sesak saat melihat perempuan itu memeluk erat kekasih tingginya.
Richard melepaskan pelukan perempuan itu lalu mendorong perempuan cantik itu kembali duduk di tempatnya tadi. Laki - laki tinggi itu menghela nafasvnya dan duduk di sebelah Sabian. Laki - laki mungil itu semakin kuat meremas jemarinya dan menahan rasa nyeri di dadanya. Dia merasa sakit saat melihat perempuan itu memeluk tubuh kekasihnya tadi. Ada perasaan tidak rela saat Richard di sentuh orang lain. Richard mengenyitkan dahinya saat melirik Sabian yang terus saja menundukkan kepalanya. Ada apa dengan kekasihnya? Kenapa dia hanya diam?
"Sayang?"
Sabian sedikit terkejut saat Richard meraih jemarinya lembut. Laki - laki mungil itu tanpa sadar menepis tangan Richard dengan gugup.
"Richard. Sebaiknya aku pulang"
Sabian langsung berdiri dan berlari menuju kamar Richard. Richard menatap tajam perempuan itu setelah melihat reaksi aneh yang kekasih mungil nya tadi.
"Lihatlah apa yang telah kau lakukan" Richard menghela nafas kesal dan beranjak untuk mengejar Sabian. Sedangkan perempuan itu hanya menyeringai licik sambil menatap pintu kamar yang baru saja tertutup.
**
"Sayang.." Richard mendekati Sabian yang sedang melepaskan satu persatu kancing kemeja itu. Laki - laki mungil itu terkejut saat mendengar suara Richard lalu dengan gerakan cepat membalikkan tubuhnya.
"Apa yang kau lakukan disini?"
"Ada apa denganmu?"
"Aku? Aku baik-baik saja" Sabian menundukkan kepalanya sambil meremas ujung kemeja yang belum terlepas dari tubuhnya itu. Richard mengernyitkan dahinya bingung, Sabian benar-benar bersikap aneh saat ini.
"Benarkah? Jadi kenapa kau tiba-tiba ingin pulang?"
"Aku.. Aku hanya ingin pulang" Sabian semakin meremas ujung kemeja itu dengan gugup dan perasaan yang tidak tenang. Pertanyaan demi pertanyaan berputar-putar di kepalanya. Siapa perempuan itu? Kenapa dia ada disini? Melihat reaksi kedua orang ini, mereka pasti sudah lama saling mengenal. Apa sebenarnya hubungan mereka dan masih banyak lagi pertanyaan yang berputar di kepala Sabian.
"Bukahkan kau bilang ibumu akan memarahimu nanti?"
"Aku bisa menutupinya" Richard meraih pergelangan tangan Sabian membuat laki - laki mungil itu tersentak kaget.
"Ada apa denganmu Biii?"
"Sudah kukatakan aku baik-baik saja"
"Tapi kau tidak menatapku sedikitpun?"
Kedua bola mata Sabian bergerak gelisah. Laki - laki mungil itu menggigit bibirnya laLu menarik tangannya yang di genggam oleh Richard.
"Aku ingin pulang Richard" Sabian kembali membalikkan tubuhnya dan melanjutkan membuka kancing kemeja itu.
"Apa karena perempuan itu?"
Gerakan tangan Sabian berhenti, tapi dia tidak mengatakan apapun.
"Apa karena itu sayang?"
Richard menarik tangan Sabian dan membalikkan tubuh mungil itu hingga berhadapan dengannya.
"Katakan padaku" Sabian hanya bisa menundukkan kepalanya diam. Richard mencengkram kedua bahu Sabian memaksa laki - laki mungil itu untuk menjawabnya.
"Katakan Biii"
Tapi Sabian hanya diam, dia bahkan tidak berani menatap kekasihnya. Richard menghela nafas nya lalu tangannya bergerak untuk mengangkat dagu Sabian pelan agar laki - laki mungil itu menatap kearah nya.
"Kau cemburu?"
Sabian melebarkan kedua matanya tidak percaya lalu dengan cepat menggelengkan kepalanya. Dia tidak cemburu, hanya saja dia merasa tidak rela dan sesak secara bersamaan melihat perempuan itu memeLuk Richard. Aku tidak cemburu bukan?
"T..Tidak!"
"Katakan jika kau cemburu sayang" Richard mengelus lembut pipi Sabian dengan senyuman manis di wajahnya membuat Sabian hanya bisa merona hebat.
"Aku.. Aku tidak cemburu"
"Benarkah?"
"Ya" Sabian menyingkirkan tangan Richard yang memegangi dagu nya lalu berbalik untuk meninggalkan Richard tapi gerakannya kalah cepat saat Richard tiba-tiba memeluknya dari belakang dan menenggelamkan tubuh mungil nya di pelukan sang raksasa tampan.
"Bahkan jika aku menciumnya kau tidak akan cemburu?" Sabian melebarkan kedua bola matanya tidak percaya dan langsung membalikkan tubuhnya dengan kesal.
"Jangan coba-coba melakukannya! Atau aku akan membunuh perempuan itu!" Richard terkekeh geli lalu mengecup bibir mungil itu. Sabian mendengus kesal karena Richard hanya bersikap biasa saja dengan apa yang baru di katakan nya.
"Kau akan membunuhnya?"
"YA! KAU MILIKKU RICHARD!"
Richard terkejut dengan kedua bola matanya melebar dengan sempurna. Apa dia tidak salah dengar? Sabian mengatakan apa tadi? Richard miliknya? Benarkah? Pendengaranku tidak salah bukan?
"Be..Benarkah itu Biii?"
"Tentu saja! Tidak ada yang boleh mengambilmu dariku!"
Richard dengan senyuman lebar di wajahnya langsung memeluk erat tubuh mungil itu. Perasaan bahagia melingkupi rongga dadanya. Jantungnya berdetak tiga kali lipat dari biasanya. Dia benar-benar bahagia saat ini.
"Terima kasih Biii. Terima kasih"
Sabian membalas pelukan Richard dan menyembunyikan wajah merah nya di dada laki - laki tinggi itu. Dia merutuki bibirnya yang dengan tiba-tiba mengatakan hal seperti itu. Dia benar-benar malu, tapi dia tidak menyesalinya. Richard memang miliknya dan tidak ada satu orang pun yang boleh mengambil Richard darinya.
"Aku bahagia Biii. Terima kasih sayang"
"RICHARD"
Tiba-tiba perempuan itu masuk kedalam kamar Richard merusak momen bahagia sepasang kekasih itu.
"Kenapa kau masuk ke dalam kamar ku!" Richard memutar bola matanya malas saat melihat perempuan itu memasuki kamarnya tanpa permisi.
"Kalian terlalu lama. Aku bosan"
Richard ingin melepaskan peLukannya di tubuh Sabian tapi laki - laki mungil itu menahannya dan semakin mengeratkan pelukannya di tubuh Richard.
"Biii.."
Tapi Sabian hanya diam, dia menenggelamkan kepalanya di dadanya Richard sambil menatap tajam perempuan itu.
"Jadi kenapa kau masih ada disini?"
"Eii bukankah kukatakan jika aku merindukanmu?" Perempuan itu mengedipkan satu matanya menggoda Richard. Sabian yang melihat itu semakin mengeratkan pelukannya di tubuh Richard seolah-olah mengatakan jika Richard itu miliknya.
"Pergilah. Kau tidak lihat aku sedang sibuk?"
Perempuan itu tertawa kecil lalu beralih menatap Sabian yang masih menatapnya tajam.
"Hm? Sibuk bermain dengan laki - laki mungil itu?"
"Shut up!!"
"Ups.. Aku benar bukan?" Perempuan itu tersenyum manis lalu berjalan mendekat Richard yang masih di peluk erat oleh laki - laki mungil nya.
"Sabian bukan?" Perempuan itu mengulurkan tanganya kearah laki - laki mungil itu. Sabian mengernyitkan dahinya bingung tapi perlahan melepaskan tangannya yang memeluk Richard lalu membalas uluran tangan perempuan itu.
"Perkenalkan aku Yura. Yura Park. Kakak Richard" Sabian langsung melebarkan kedua bola matanya tidak percaya. Matanya menoleh kearah Richard yang hanya mengedikkan bahunya acuh dan kembali menatap kearah perempuan itu. Kenapa dia baru saja menyadari jika kedua orang ini mempunyai wajah yang mirip. Sabian benar-benar merutuki kebodohannya karena menganggap perempuan ini adalah selingkuhan Richard.
"Maafkan aku. Maafkan aku" Sabian membungkuk berkali-kali dan Yura hanya bisa tertawa melihat tingkah menggemaskan laki - laki mungil itu.
"Hey tidak perlu bersikap seperti itu sayang. Aku sudah biasa, Richard tidak pernah mengakui diriku adalah kakaknya"
"Maafkan aku telah salah menuduhmu" Sabian melirik tajam Richard lalu kembali membungkukkan tubuhnya kearah Yura.
"Haha.. kau sangat menggemaskan Sabian. Bagaimana bisa kau berakhir bersama anak nakal seperti bocah ini?"
"Karena dia mencintaiku!"
"Richard jangan bersikap seperti itu!" Sabian langsung memarahi Richard dan membuat Yura tertawa kencang.
"HAHAHA Lihatlah. Kau bahkan memarahinya. Wah.. luar biasa"
"YURA PARK!!"
"RICHARD!!"
Richard hanya bisa cemberut kesal karena Sabian terus memarahi nya.
"Haha lihatlah wajahnya. Cih! Inikah penguasa sekolah yang ku dengar sangat menakutkan itu?" Richard bersiap ingin meneriaki kakak nya kembali tapi Sabian sudah menatapnya tajam. Jadi dia hanya bisa menghela nafas nya lalu mengecup kepala Sabian sebelum melangkah keluar dari dalam kamar itu.
"Maafkan kelakuannya"
"Hey aku sudah sangat mengenalnya Biii. Aku sudah biasanya dengan tingkah kurang ajar nya itu" Sabian hanya meringis paham mendengar penjelasan dari perempuan cantik itu.
"Jadi apa Richard memperlakukanmu dengan baik?"
Sabian menganggukkan kepalanya tidak Lupa dengan senyuman manis di wajahnya.
"Ya. Tapi dia tetap menyebalkan"
"Dia memang seperti itu" Yura melirik tubuh Sabian yang kemeja nya sudah hampir terbuka seluruhnya lalu tersenyum menggoda kearah laki - laki mungil itu "Hm.. melihat banyaknya bercak merah di tubuhmu. Apa kalian baru saja bermain? Apa Richard bermain kasar? Apa dia kuat"
Uhuk Sabian hanya bisa menelan saliva nya gugup dan buru-buru menutupi tubuhnya lalu mengancingkan kemeja yang tadi di bukanya.
"Em.. itu.."
Sabian tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Yura tertawa kecil melihat kegugupan laki - laki mungil di depannya. Bahkan dia terus saja menaikkan kerah kemeja yang terus saja turun menampilkan bahu putih mulus miliknya yang sudah di tandai oleh Richard.
"Apa Richard yang memberikan baju itu padamu?"
"Huh? Itu.. itu... Richard tidak memiliki baju yang lebih kecil. Jadi.. jadi aku hanya memakai kemeja ini. Jika kau keberatan aku akan kembali memakai seragamku"
"Hahaha astaga kau sangat polos. Bagaimana bisa kau menjadi kekasih bocah mesum itu? HEY RICHARD! SABIAN UNTUKKU SAJA YA?!!"
"JIKA KAU INGIN MELIHAT AYAH DAN IBU HANYA MEMILIKI SATU ORANG ANAK, SILAHKAN SAJA!!"
"RICHARD!!!"
**
"Richard ugh berhentiihhh" Sabian menggeliat tidak nyaman di atas pangkuan Richard. Laki - laki mungil itu sudah sepenuhnya naked, hanya tinggal celana dalam hitam saja yang menutupi miliknya karena tadi Richard dengan merobek paksa kemeja yang di kenakan nya. Yura sudah pergi meninggalkan apartemen itu sepuluh menit yang lalu dan Richard langsung menyerang Sabian saat itu juga.
"Richardhhhh" Richard masih asyik mengemut nipple Sabian dan memainkan nipple satunya.
"Hmm?"
Richard menjilat nipple Sabian, memainkan lidahnya di tonjolan imut milik Sabian itu.
"Richardhh.." Richard membungkam mulut Sabian dengan bibirnya. Bibir mungil yang sudah menebal itu di mainkan dengan sangat baik oleh Richard membuat laki - laki mungil nya melenguh tertahan oleh ciuman itu. Sabian meremas rambut abu-abu milik Richard karena Richard menggigit bibirnya, mencoba untuk memainkan lidah di dalam mulut Sabian.
"Richardhh.. tungguuhhh" Sabian mendorong tubuh Richard sehingga tautan mereka terputus. Sabian terengah-engah dengan pandangan sayu sedangkan Richard sudah berada di ambang batas kesabarannya untuk segera memasuki kekasih mungil nya itu.
"Kenapa Biii?"
"Aku.. Aku.. Aku yang akan melakukannya" Richard mengernyit bingung, tapi tiba-tiba Sabian menabrakkan bibirnya ke bibir Richard dan melumat bibir plump milik kekasih tingginya itu. Richard terkejut tapi tidak menolak. Dia membiarkan Sabian yang mengambil alih kali ini.
"Eugh~" Sabian melenguh karena perbuatannya sendiri. Richard hanya bisa mengeram menahan gejolak dalam dirinya yang terus memaksa untuk menusuk Sabian sekarang juga. Tapi karena saat ini Sabian yang mengambil alih dia hanya bisa meremas pantat Sabian dengan sesekali menggoda Pantat surga milik kekasih mungil nya itu.
"Biiihh shh.." Sabian bergerak menjilat leher Richard, mencoba untuk membuat kissmark di tubuh kekasih tingginya itu.
"Oh shit!" Sabian mengigit kecil telinga Richard. Tangan Sabian bahkan sudah merambat untuk membuka baju kaos kekasihnya.
"Jangan menggodaku Biiihh" Richard benar-benar menikmati sentuhan Sabian di tubuhnya. Jemari lentik itu bermain-main di nipple nya. Mengusap nakal tonjolan milik kekasih tingginya itu.
Sabian menjauhkan wajahnya dari Richard dan meraup udara sebanyak-banyaknya. Laki - laki mungil itu menggeliat pelan di pangkuan Richard membuat kedua milik mereka yang sudah sepenuhnya berdiri bergesekan.
"Ahhhh" Sabian mendesah dan Richard hanya bisa mengeram menahan libido nya.
"Apa kau ingin berhenti?" Richard menatap wajah Sabian yang memerah padam. Laki - laki mungil itu menggeleng dan mengalungkan kedua lengannya di leher Richard. Sabian mengecup bibir Richard berulang kali dan turun dari pangkuan Richard.
"Apa yang kau..."
Sabian langsung menarik paksa celana pendek hitam Richard dan menyisahkan celana dalam laki - laki tinggi itu.
"Biii?"
"Aku.. Aku akan melakukannya Richardhh" Sabian menggigit bibir bawahnya menggoda Richard. Dengan gerakan pelan sambil mengelus milik Richard, Sabian membuka celana dalam hitam itu dan milik Richard yang sudah sepenuhnya ereksi terpampang jelas di depan wajah Sabian.
"Sepertinya kau sudah tidak sabar sayang"
Richard benar-benar terkejut melihat Sabian yang sangat berbeda saat ini. Tapi lamunannya seketika berhenti saat jemari lentik nya kekasih mungil nya itu menggenggam miliknya.
"Sshhh Biii"
"Kau menyukainya Richard?"
Richard tidak menjawab, laki - laki mungil itu menggerakkan pelan tangannya di penis tegang Richard membuat Richard seperti terbang ke angkasa.
"Terusshh Biiihh"
Dengan gerakan tiba-tiba Sabian menjilat kepala penis Richard membuat kekasih tingginya memejamkan kedua matanya menahan gejolak nikmat yang sejak tadi di terimanya.
"Sssh Biiihh" Sabian menjilat penis Richard hingga ke ujung dan mencium lembut dua bola kembar yang terlihat menggemaskan itu.
"Hhngg~" Sabian langsung memasukkan penis Richard kedalam mulut mungil nya.
"Oh shit Biii!" Sabian memaju mundurkan kepalanya dengan sesekali lidahnya menggoda kepala kejantanan milik kekasih tingginya itu. Jemarinya bergerak meremas milik Richard yang tidak bisa masuk seluruhnya ke dalam mulut Sabian.
"Biiihhh aku.." Richard benar-benar merasakan nikmat Luar biasa. Mulut mungil Sabian benar-benar hebat mengulum miliknya.
"Mmmhhmm mmhm" Sabian dengan semangat mengulum milik Richard. Benar-benar mengherankan laki - laki polos yang takut menjadi submissive ini bisa melakukan hal seperti ini pada kekasih tingginya. Dia bahkan menggoda kekasih tingginya dengan memainkan lidahnya di sekitar penis Richard.
"Biii sshh" Richard meremas rambut Sabian karena hampir mencapai puncak kenikmatannya.
"Ahhhhhhh" Richard tidak bisa menahan dirinya dan orgasme di dalam mulut Sabian. Laki - laki mungil itu tersedak karena cairan Richard yang terlalu banyak memenuhi mulutnya.
"Astaga Biii, maafkan aku" Richard langsung menarik Sabian untuk kembali duduk keatas pangkuannya dan meraup bibir mungil itu.
"Mmmhhmm aanhh ahhh" Sabian mendesah pelan saat Richard mencium ganas bibirnya.
"Baiklah. Apa kita bisa melanjutkan nya?" Sabian menganggukkan kepalanya pelan.
"Apa.. Apa aku lagi yang akan.."
"Jadi apakah kau bisa melakukannya padaku?"
Sabian mempoutkan bibir nya lalu menggeleng.
"Setelah ku pikir. Aku tidak akan bisa melakukannya padamu" Sabian tersenyum malu sambil memalingkan wajahnya dari Richard dan Richard yang tidak tahan melihat keimutan kekasih mungil nya itu langsung meraup bibir Sabian dan melumat nya.
"mmpphtt~" Sabian membalas ciuman menuntut Richard. Tangan nakal laki - laki tinggi itu bahkan merambat untuk membuka celana dalam hitam milik kekasih mungil nya.
Sabian sudah tidak mengenakan sehelai benang pun di tubuhnya hal itu semakin menaikkan libido Richard melihat tubuh putih muLus serta penis Sabian yang ereksi.
"Biii, aku pikir kita tidak perLu berlama-lama"
__
"Ahhhh ahhh ahhh iya disanahhh. Ku mohonhh lebihh cepat Richardhh" Sabian menarik wajah Richard yang menindihnya. Dia meraup bibir Richard dan melumatnya kasar.
"Mmmhhmm" Sabian benar-benar tidak bisa memikirkan apapun lagi saat ini. Gerakan brutal Richard di bawah sana membuatnya kehilangan semua akal sehatnya.
"Astaga Biiihh ughh kau sangat nikmat" Richard semakin bergerak brutal. Laki - laki mungil itu memejamkan matanya dan hanya bisa mendesah frustasi.
"Aaannnhh ughhh" Sabian meremas kuat sprei putih ranjang Richard, dia sudah hampir meraih puncaknya sebelum Richard menurunkan tempo gerakannya.
"Richardhhhh" Sabian berteriak protes. Laki - laki mungil itu menatap tajam kekasih tingginya yang sedang menyeringai licik menatapnya.
"Apa sayangh ughh" Richard menahan dirinya untuk tidak bergerak secara brutal saat kekasih mungilnya itu dengan sengaja mengetatkan Pantatnya.
"Richard!"
"Katakan apa yang kau inginkan sayang?"
"Cepat bergerak! Aku sudah hampir sampai Richard!!!"
Richard tersenyum lebar lalu mengecupi seluruh wajah Sabian.
"Richard! Cepat ahhh ahhh ahhh" Sabian mengeram kesal karena Richard dengan tiba-tiba menghajarnya dengan kasar.
"Oh shit! Kau sangat nikmat Biii"
"Ahhh ahhh aku tauhh"
Richard menjilat nipple Sabian yang sudah sangat menegang tanpa menurunkan tempo gerakannya di Pantat Sabian.
"Biiihh"
"Apahh?"
"Would you be my submissive?"
Sabian membuka matanya dan mengangguk sambil menahan gejolak dirinya yang hampir menuju puncak kenikmatan.
"Yahhh Richardhh.. iyaahh cepatt disanahhh ugh"
Richard langsung menyerang bibir Sabian dan di sepuluh gerakan terakhir kedua akhirnya mendapatkan puncak kenikmatan untuk yang kesekian kalinya.
Richard menjatuhkan tubuhnya di sebelah Sabian sambil meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Matanya melirik kearah Sabian yang memejamkan matanya pasca orgasme.
"Kau yakin?" Sabian menoleh kearah Richard lalu mengangguk.
"Menjadi submissive tidak buruk. Aku juga heran kenapa dulu aku takut menjadi submissive. Tapi aku hanya ingin menjadi submissive mu Richard" Richard tersenyum lebar lalu menarik Sabian kedalam pelukan nya.
Tapi tiba-tiba dirinya teringat kejadian dimana Sabian memberikan dia service tadi.
"Bagaimana kau bisa melakukannya?"
"Melakukan apa?" Sabian mengangkat kepalanya untuk menatap bingung Richard.
"Itu, saat disofa tadi" Sabian langsung menunduk malu dan menyembunyikan wajahnya di leher Richard.
"Alex.. Alex yang mengajarkannya"
"Apa? Kau melakukan itu dengan Alex?"
"Aisshh Tentu saja tidak! Alex hanya mengatakan padaku bagaimana menjadi dominant mu yang baik. Dia juga memberikan video bagaimana melakukan hal tadi padaku"
Richard menarik wajah Sabian dengan tatapan tidak percaya.
"Kau masih ingin menjadi dominant ku?"
"Itu tadi. Tapi setelah ku pikir, aku ingin menjadi submissive mu saja" Sabian mengecup nipple Richard dan tersenyum menyembunyikan wajahnya di dada Richard.
"Ugh jangan melakukan itu sayang. Atau kita akan melanjutkan ke ronde selanjutnya"
"Pantat ku sakit Richard. Apa kau tidak juga puas setelah melakukan lima ronde huh?"
"Aku tidak akan pernah puas menikmati tubuhmu sayang"
"DASAR MESUM!!"
"Haha Aku mencintaimu"
"Cih! Aku membencimu"
Dan Sabian semakin mengeratkan pelukan nya di tubuh Richard sambil menyembunyikan wajah merona nya di dada polos kekasih tingginya itu.
**