Matahari sudah sepenuhnya bangkit dari tidurnya, tapi sepasang anak manusia itu masih asyik bergelung di bawah selimut dengan posisi si mungil yang tenggelam dalam pelukan sang raksasa tampan.
"Eungh~" Si mungil, Sabian lebih dahulu membuka matanya saat matahari berhasil menerobos masuk kedalam kamar itu. laki - laki mungil itu mengucek matanya yang belum sepenuhnya terbuka dan merasakan tubuhnya lelah luar biasa.
Seketika wajahnya memerah saat mengingat apa yang baru saja terjadi padanya kemarin. Mereka melakukan 'itu' dan sialnya Sabian yang harus menjadi submissive.
"Ugh seharusnya aku menjadi dominant" Laki - laki mungil itu melipat kedua tanganya kesal. Matanya melirik kearah Richard yang masih tidur di sebelahnya. Wajah tampan kekasihnya menarik perhatiannya, tanpa sadar jemarinya mulai merambat naik untuk mengelus struktur wajah Richard dari dahi, mata, hidung serta bibir penuhnya.
"Kenapa dia sangat tampan! Tapi aku juga tampan" Jemari Sabian bermain-main di bibir Richard yang masih terlelap itu.
Laki - laki mungil melihat jam yang berada di atas nakas kamar Richard. Pukul Sembilan lewat dua menit, perutnya sangat lapar dan tubuhnya sangat lengket serta bau.
"Ugh aku harus mandi" Laki - laki mungil itu menyibak selimutnya pelan, tidak ingin menggangu Richard yang masih tidur.
"Akkhh" Sabian langsung meringis pelan saat dirinya mencoba untuk bergerak. Seluruh tubuhnya benar-benar remuk dan bagian bawahnya sangat sakit saat di gerakkan.
Richard yang terbaring di sebelahnya langsung membuka mata saat mendengar suara ringisan kekasih mungilnya itu.
"Ada apa?" Tanya Richard sambil bangkit dari tidurnya lalu menatap Sabian yang masih meringis dengan menggigit bibir bawahnya.
"Kau!!!!!!" Sabian menatap tajam Richard "Ini semua salahmu!"
"Apa itu sakit?"
"Tentu saja! Ck kau menyebalkan!" Richard terkekeh geli melihat Sabian yang menggembungkan pipinya kesal. Laki - laki tinggi mendekatkan wajahnya kearah Sabian lalu mencuri satu kecupan dari bibir tipis milik kekasihnya.
"Baiklah. Sebagai permintaan maaf, aku akan melakukan apapun perintahmu hari ini"
"Benarkah?" Richard mengangguk kepalanya pelan sambil tersenyum. Sabian tersenyum lebar lalu mengulurkan kedua tangannya.
"Aku ingin ke kamar mandi. Gendong aku"
"Ck dasar manja" Sabian langsung mempoutkan bibirnya kesal, Richard kembali mengecup bibir laki - laki mungilnya lalu mengangkat tubuh kekasihnya itu.
"Pelan-pelan. pantatku masih sakit bodoh!"
"Baiklah baiklah"
__
"Richard aku haus, ambilkan aku minum"
"Richard aku lapar. Aku ingin pizza"
"Richard panas sekali disini. Aku ingin makan di balkon"
"Richard dimana remote tv nya? Aku ingin menonton sesuatu"
"Richard.."
"Richard..."
"Richard...."
"Haaaaahhh.. Biii tidak bisakah kau membiarkanku istirahat sebentar saja?" Richard menghempaskan tubuhnya di sebelah Sabian yang duduk di atas sofa itu.
"Ini kan salahmu"
"Aku tau. Please, aku hanya butuh istirahat sebentar" Richard menjatuhkan kepalanya di pangkuan laki - laki mungil itu lalu menutup mata menggunakan lengannya. Sabian tersenyum penuh kemenangan melihat Richard yang kelelahan. 'Siapa suruh membuat pantatnya sakit. Eh tapi kan itu kau yang minta Biii. Tetap saja Richard yang salah karena menusukku. Terserah Biii, kau yang menang.' Sabian hanya bisa tersenyum senang.
"Richard"
"Hm?" Richard hanya bergumam pelan membalas panggilan kekasih mungilnya itu.
"Dean dan Louis akan datang kesini"
"Apa?" Richard menurunkan lengannya lalu menatap Sabian yang juga menatap kearahnya.
"Karena semalam aku tidak pulang, ibuku menghubungi Louis dan Louis berbohong jika aku menginap di rumahnya. Maka dari itu aku meminta mereka datang kesini"
Richard tidak bisa mengatakan apapun lagi. Jadi dia hanya menghela nafas pasrah. Hey Richard kau itu penguasa sekolah, bagaimana kau bisa tunduk di bawah perintah laki - laki mungil nan cantik itu?
Suara bel apartemen Richard membuat Sabian mengalihkan pandangannya dari tv layar datar di depannya.
"Ah itu pasti mereka. Richard buka pintunya"
"Aku lelah Biii"
"Bagaimana mereka masuk jika kau tidak membuka pintunya? Cepat buka"
"Ck oke" Richard bangkit dari atas sofa dan melangkah malas untuk membuka pintu apartemennya.
"Hai Richard" Louis tersenyum gugup di depan penguasa sekolah itu. walaupun status Richard adalah kekasih sahabatnya tidak menutup kemungkinan Richard akan melukainya. Richard hanya akan bersikap manis kepada Sabian.
"Masuklah. Sabian menunggu kalian" Louis dan Dean langsung berjalan melewati Richard yang menutup pintu apartemen itu.
"Sabian, ada apa denganmu? Kenapa kau tidak pulang? Untung saja aku langsung berpikir cepat dan berbohong pada ibumu. Jika tidak aku yakin ibumu akan menghukummu nanti" Louis dan Dean berdiri di depan Sabian dan tidak beranjak sedikitpun dari duduknya.
"Richard bawakan minuman untuk mereka" Perintah Sabian yang di balas anggukan malas Richard dia bahkan tidak menjawab rentetan pertanyaan laki - laki cantik di depannya. Sedangkan Louis dan Dean menatap Sabian tidak percaya, bagaimana bisa Sabian memerintah seorang penguasa sekolah yang kejam itu?
"Kau memerintah Richard? What the hell!"
Louis menghempaskan tubuhnya di sofa di ikuti Dean. Kedua submissive manis ini masih tidak percaya dengan apa yang di lakukan sahabatnya itu.
"Tunggu dulu" Louis kembali bangkit dari duduknya dan dengan kasar menyibak kerah baju Sabian.
"ASTAGA SABIAN BYUN KAU...."
Sabian meringis pelan karena tarikan Louis di kerah bajunya terutama melihat tatapan membunuh Louis yang di tujukan padanya itu.
"Kalian melakukannya? Siapa submissive? Jangan katakan jika Richard rela menjadi submissivemu!" Dean juga sudah berdiri di sebelah Louis dan tampak takjub dengan banyaknya bercak merah di tubuh sahabatnya itu. Pasti Richard sangat ganas saat bermain.
Sabian meneguk saliva nya dengan susah payah. Dimana Richard saat ini? dia tidak ingin di interogasi sendirian oleh kedua sahabatnya itu.
"Jawab Biii, jangan diam saja" Tuntut Dean dengan mata besarnya, Sabian tersenyum gugup sebelum menjawab.
"Umh itu aku.."
"Kau yang di masuki bukan? Hahaha sudah kuduga. Kau mana mungkin bisa melakukannya dengan tubuh kecilmu itu" Louis tertawa mengejek di depan laki - laki mungil itu. Sabian menatap tajam Louis seakan-akan ingin membunuh laki - laki cantik yang masih tertawa dengan menyebalkan.
"Hey apa kau butuh kaca?" Sabian mendelik kesal kearah Louis. Louis masih tertawa tidak peduli dengan sindiran yang ucapkan laki - laki mungil itu.
"Cepat ceritakan bagaimana itu terjadi? Gaya apa yang kalian lakukan? Berapa ronde? Apa Richard kuat? Apa dia ganas di ranjang? Bagaimana 'miliknya'? Apa besar? Nikmat?" Dean terlihat sangat antusias. Laki - laki mungil bermata bulat itu menatap Sabian menunggu jawaban.
"Aku tidak akan memberitahu kalian!!!"
"Eii kau sangat pelit. Katakan saja, Richard sedang tidak ada disini" Louis meredakan tawanya dan ikut antusias seperti Dean. Hey siapa yang tidak penasaran dengan 'milik' penguasa sekolah itu.
"Kenapa kalian sangat penasaran?"
"Tentu saja. Kau satu-satunya orang yang pernah melihat 'milik' penguasa sekolah kita itu"
"Benarkah?" Sabian menangkut kedua tangannya dengan antusias. Mendengar dirinya yang pertama membuatnya merasakan perasaan bahagia yang tidak tau berasal dari mana.
"Hey siapa yang berani mendekatinya dengan sikap angkuh dan kejam itu? Hanya kau dan itupun karena Richard yang memaksa bukan?"
"Ini minuman kalian"
DEG!
Louis dan Dean langsung membeku di tempatnya, apakah Richard mendengar pembicaraan mereka? Matilah kau kalian.
"Richard..." Louis dan Dean langsung kembali duduk di sofa dengan tangan gemetar. Kedua submissive itu tentu saja takut jika tiba-tiba Richard memukul wajah cantik mereka. Ahh tidak akan ada dominant yang mendekati mereka lagi jika wajah mereka rusak karena pukulan Richard.
Tapi Richard sama sekali tidak perduli, laki - laki tinggi itu menghempaskan tubuhnya kearah Sabian dan menidurkan kepalanya di pangkuan laki - laki mungilnya.
Sabian menatap kedua sahabatanya itu seolah-olah mengatakan jika Richard itu laki - laki yang manis. Louis dan Dean membalas dengan tatapan tajam yang seolah-olah mengatakan jika Richard hanya akan bersikap manis padanya.
"Richard ayo kita per... Eh Dean? Bagaimana kalian bisa ada disini?" Alex tiba-tiba saja muncul, sekedar informasi, kedua teman Richard yang berstatus sebagai sahabatnya itu bisa masuk dengan seenaknya kedalam apartemen Richard karena mereka tentu saja mengetahui password apartemen laki - laki tinggi itu.
"Alex" Dean melangkah pelan mendekati kekasihnya itu dengan senyuman di wajahnya.
" Yo Richard.." Sam yang baru saja masuk seketika bungkam karena melihat tidak hanya ada Richard disana. Louis yang melihat ada Sam langsung berlari dan menjatuhkan tubuh mungilnya kearah laki - laki berkulit putih itu.
"Ahh kita bertemu disini. Berarti kita jodoh bukan?" Sam hanya diam tanpa menjawab pertanyaan Louis. Laki - laki berkulit putih itu hanya bisa menahan tubuh Louis yang memeluk erat lehernya itu agar tidak jatuh.
"Kenapa?" Tanya Richard. Laki - laki tinggi itu duduk dari tidurnya di pangkuan Sabian lalu menatap malas kedua temannya.
"Ah kami hanya ingin mengajakmu keluar. Tapi ternyata disini ada kekasihmu dan kedua sahabatnya"
"Richard kau ingin pergi?" Sabian menatap Richard dengan bibir yang di majukan. Bukankah Richard berjanji akan mengabulkan semua yang diinginkannya. Tapi jika Richard pergi, ugh pantatnya masih sakit jika dia harus pulang. Dan apa yang akan ibunya katakan jika melihat cara berjalan Sabian yang aneh?
"Tidak sayang" Richard mengangkat tubuh kekasihnya itu lalu mendudukkan Sabian diatas pangkuannya sehingga Sam dan Alex bisa mengambil tempatnya untuk duduk di sofa itu.
"Apa kalian baru melakukannya?" Alex menatap sepasang kekasih itu dengan pandangan menyelidik saat dirinya melihat banyak bercak merah di seluruh leher Sabian.
"Tentu" Richard tersenyum miring dengan angkuhnya kearah Sam dan Alex. Kedua laki - laki berbeda warna kulit itu hanya memutar bola matanya malas setelah mendengar jawab Richard.
"Siapa yang di bawah?" Sabian seketika merona hebat mendengar pertanyaan Sam tadi. Laki - laki mungil itu menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Richard dan memeluk leher kekasih tingginya itu dengan erat.
"Sabian" Jawab Richard sambil memeluk pinggang ramping kekasihnya itu. Louis dan Dean saling bertatapan lalu tertawa kecil menyindir Sabian.
"Wow? Bukankah kau dominant Biii~"
Sabian langsung menarik wajahnya dari leher Richard dan mendongak menatap kekasihnya dengan mata puppy andalannya.
"Aku dominant! Ya kan Richard?"
Richard mengecup pipi Sabian gemas lalu terkekeh kecil setelahnya.
"Iya sayang, kau dominant"
"See? Aku dominant!" Sabian menjulurkan lidahnya kearah ke Alex sedangkan Richard terkekeh geli melihat tingkah Sabian.
"Tidak ada dominant yang mendesah pasrah Biii" Louis langsung membalasnya dengan tatapan malas sedangkan Dean dan Alex sudah tertawa.
"Kalian jahat!!"
**
Hari ini Richard meminta Sam untuk menjemput kekasihnya berangkat kesekolah. Laki - laki tinggi itu tidak bisa menjemput Sabian karena harus menjemput kakak perempuannya di bandara.
"Sam? Kenapa kau ada disini?" Sabian menghampiri Sam yang berdiri dengan menyandarkan tubuhnya pada mobil Audi RS7 miliknya.
"Richard yang memintaku menjemputmu. Tiang listrik itu harus menjemput kakak nya"
"Aisshh Richard Park. Seharusnya dia tidak perlu memintamu melakukannya. Aku bisa berangkat sendiri" Sabian mengumpat kesal kekasihnya karena suka dengan seenaknya memerintah siapapun.
"Ayo masuk" Sam membukakan pintu untuk Sabian mempersilahkan laki - laki mungil itu untuk masuk kedalam mobilnya lalu dia berlari kecil ke tempatnya dan pergi meninggalkan rumah Sabian.
"Pasang sabuk pengamanmu. Aku tidak ingin di hajar Richard jika terjadi sesuatu padamu"
Sabian berdecih pelan lalu memasang seatbelt di tubuh mungilnya.
__
"Richard mengatakan istirahat nanti dia menunggumu di kantin sekolah. Kau harus menemuinya" Sam mengantarkan Sabian ke depan kelasnya, ini tentu saja atas perintah Richard juga. Laki - laki tinggi itu terlalu posesif terhadap kekasihnya.
"Haruskah?"
"Kau tau Richard bagaimana bukan?" Sabian hanya bisa menghela nafas pelan. Perintah Richard adalah mutlak.
"Baiklah"
"SAM!!!"
Sam langsung menutup erat kedua matanya lelah setelah mendengar teriakan memekakkan telinga dari belakang tubuhnya itu. Louis, laki - laki cantik itu berlari kencang dan menabrakkan tubuhnya ke punggung Sam lalu memeluk erat punggung pelukable itu.
"Ahhh nyamannya. Sam kenapa disini? Mencariku? Aw aku jadi malu" Louis mengusak gemas kepalanya di punggung Sam, sedangkan laki - laki berkulit putih itu hanya menghela nafasnya membiarkan Louis memeluknya.
"Baiklah Sam, aku masuk ke kelasku. Louis ayoo!" Sabian langsung menarik tangan Louis sehingga pelukan laki - laki cantik itu terlepas dari punggung Sam.
"Hey aku masih ingin memeluk Sam!" Protes Louis pada Sabian, laki - laki cantik itu ingin berbalik tapi Sam sudah tidak ada di tempatnya.
"Ini semua ulahmu! Sam pergi" Louis mempoutkan bibirnya kesal lalu duduk di tempatnya.
"Sam ingin ke kelasnya, kau seharusnya tidak menahan calon kekasihmu itu Lou atau dia akan di hukum. Kau ingin Sam mu itu di hukum?"
"Tentu saja tidak" Sabian tersenyum lebar sambil mengacak rambut Louis merasa menang berdebat dengan laki - laki cantik itu.
"Se..la..mat pa..gi" Teriak Dean di depan pintu kelas membuat semua yang ada di dalam kelas menatapnya tajam.
"Kkk~ jangan menatapku seperti itu. kalian membuatku takut" Dean melangkah ke tempatnya lalu duduk disana.
"Hey apa kalian mendengar sesuatu tentang murid baru?" Sabian dan Louis langsung menolehkan kepala mereka kearah Dean.
"Murid baru? Kau serius? Laki - laki? Perempuan?"
"Hm.. saat aku melewati koridor tadi yang kudengar murid baru itu laki - laki. Dan mereka mengatakan jika laki - laki ini super hot dan tinggi!"
"Benarkah? Lebih tinggi dari Sam atau Richard?" Louis menjadi sangat antusias mendengar cerita Dean. Laki - laki itu pasti sangat tampan pikirnya.
"Aku tidak mendengar hal sedetail itu. Tapi mereka mengatakan jika laki - laki ini sangat tampan"
"Wah aku tidak sabar ingin melihatnya"
"Hey beberapa menit yang lalu kau memarahiku karena menarikmu dari Sam dan sekarang kau ingin bertemu laki - laki lain? Louis kau benar-benar murahan" Sabian langsung memutar bola matanya malas. Louis langsung memukul kesal kepala Sabian yang duduk di sebelahnya itu.
"Katakan itu lagi dan aku akan membunuhmu! Aku hanya ingin melihatnya bodoh! yang ku cintai hanya Sam ku saja"
"Yeah whatever"
Beberapa menit kemudian bel masuk berbunyi dan seorang guru masuk kedalam kelas ketiga submissive cantik–Maksudku dua submissive cantik dan satu dominant cantik– itu.
"Baiklah anak-anak kalian akan mendapatkan teman baru. Masuklah"
Seorang laki - laki tinggi berwajah dingin dan well tampan masuk kedalam kelas itu. Semua perempuan hanya diam dengan melebarkan kedua matanya takjub tanpa terkecuali dua orang submissive cantik kita –Louis dan Dean. Hey Sabian dominant remember? Jadi dia hanya diam–. Seketika kelas yang semulanya ribut menjadi hening.
"Perkenalkan, aku Christ Wu"
"Christ ini baru saja tiba dari kanada dan memilih bersekolah disini. Jadi berteman baiklah dengannya. Christ kau bisa duduk di sebelah Dean. Dean angkat tanganmu" Dean langsung mengangkat tangannya dengan semangat sedangkan Louis mendelik iri kearah Dean.
"Biii kau pindah saja, aku tidak rela laki - laki tampan itu duduk bersama Dean"
"Please Lou, jangan membuatku ingin menghancurkan wajahmu" Sabian memutar bola matanya malas dan mengabaikan Louis yang menggerutu pelan kearah temannya karena Dean yang terlalu beruntung sehingga bisa duduk bersama si tampan Christ Wu.
"Christ nanti kau bisa meminta Dean untuk membawamu berkeliling sekolah"
"Yes sir"
**
"Ouch perutku. Pasti aku terlalu banyak minum susu pagi tadi. Aku pergi" Louis berlari kencang meninggalkan kelas yang mulai kosong karena beberapa menit yang lalu bel istirahat berbunyi.
"Christ maaf. Sepertinya aku tidak bisa membawamu berkeliling. Umh.. " Dean mengalihkan pandangannya kearah Sabian yang masih merapikan buku-bukunya.
"Sebentar ya" Christ hanya tersenyum kecil sedangkan Dean sudah pergi menghampiri Sabian di mejanya.
"Sabian~ tolong aku" Dean langsung memeluk lengan Sabian dengan manja.
"Kenapa?"
"Kau ingat apa yang saem katakan tadi?"
Sabian mengabaikan Dean dan melanjutkan aktivitasnya memasukkan buku kedalam tasnya.
"Apa?"
"Aku harus membawa Christ keliling sekolah. Tapi aku baru ingat jika Mr.Cho memintaku untuk menemuinya sekarang. Sabian kau bisa menggantikanku bukan? Ayolah, hanya membawanya berkeliling"
Sabian menatap Dean dengan satu alis terangkat. Dia harus menggantikan Dean mengajak anak baru itu berkeliling? Seketika ucapan Sam tadi pagi di depan kelas berputar-putar di kepala Sabian. Richard menunggunya di kantin saat jam istirahat.
"Tapi.."
"Ayolah Biii. Mr.Cho akan membunuhku jika aku tidak tiba dalam lima menit keruangannya" Dean menangkupkan kedua tangannya di depan Sabian dengan wajah memelas.
"Tapi Richard.."
"Pleaseeee?" Sabian hanya menghela nafasnya kasar lalu dengan terpaksa laki - laki mungil itu menganggukkan kepalanya pelan.
"Baiklah"
"Kyaaa aku mencintaimu" Dean dengan spontan memeluk Sabian "Christ, perkenalkan ini Sabian Byun. Dia yang akan membawamu berkeliling sekolah tidak apa kan?" Dean menatap laki - laki tampan itu dan Christ hanya menganggukkan kepalanya pelan.
"Tidak masalah"
"Baiklah Biii aku pergi dulu. Bye Christ" Dean melepaskan pelukannya di tubuh Sabian dan berlari keluar kelas menuju ruangan Mr.Cho.
"Aku Sabian" Sabian menjulurkan tangannya dengan senyuman manis di wajahnya. Christ langsung menjabat tangan lembut Sabian juga dengan senyuman kecil di wajahnya.
"Christ"
"Baiklah. Kita akan berkeliling sekolah, ayo ikut aku" Sabian melangkah meninggalkan kelas di ikuti oleh Christ di belakangnya.
"Ini laboratorium biologi. Kita biasa menggunakannya di hari rabu" mereka sudah mengelilingi sebagian sekolah. Sabian bertingkah seolah-olah dirinya adalah seorang tour guide menjelaskan banyak ruangan dan fasilitas yang ada di sekolahnya.
"Ini perpustakaan. Tidak banyak yang ingin memasukinya"
Kedua laki - laki berbeda tinggi itu terus berkeliling hingga akhirnya mereka tiba di kantin sekolah
"Ini kantin sekolah. Banyak makanan lezat disini kau bisa menyicipi semuanya" Christ menganggukkan kepalanya pelan.
"Bagaimana jika kita makan siang? Aku yang traktir karena kau sudah mengajakku berkeliling"
"Ah tidak perlu seperti itu Christ. Bukankah kita teman sekelas" Sabian tersenyum manis kearah Christ, dirinya tidak menyadari jika seseorang sudah memperhatikan dirinya sejak kedua laki - laki itu memasuki kantin.
"Sabian Byun!"
Deg!
Jantung Sabian seakan berhenti berdetak di dalam tubuhnya saat mendengar suara berat yang sangat familiar di telinganya itu. Laki - laki mungil itu membalikkan tubuhnya ke belakang dan melihat Richard berdiri dengan kedua tangan terlipat di dadanya.
Wajahnya juga tidak bisa di katakan baik-baik saja dalam artian ya.. well wajah penuh senyum yang biasanya dia tampilkan di depan Sabian. Saat ini Richard menatapnya tajam seakan-akan ingin membunuhnya.
"Richard? Kau disini?" Sabian merasakan gugup luar biasa, Richard yang menatapnya tajam membuat nyalinya menguap di bawa angin.
"Well tebak siapa yang sejak tadi berada disini menunggu kekasihnya? Tapi lihatlah kekasihnya bersama laki - laki lain?!!"
"Ada apa Sabian?" Christ menatap Sabian yang membeku di tempatnya itu dengan dahi yang berkerut bingung. Richard langsung mendelik tajam kearah laki - laki yang berdiri di sebelah Sabian itu. Rahangnya mengeras dengan kedua tangan yang terkepal disisi tubuhnya.
"Richard aku hanya..." Richard mendekat kearah Sabian membuat laki - laki mungil itu tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Richard benar-benar mengerikan saat ini.
Cup
Richard langsung menarik tubuh Sabian kepelukannya lalu mencium bibir softpink milik kekasihnya itu. Semua mata yang sejak tadi memperhatikan mereka langsung berhenti bernafas dengan mata yang melebar melihat Richard yang tiba-tiba mencium laki - laki mungil itu. Mereka benar-benar terkejut dengan apa yang Richard lakukan kepada laki - laki mungil itu tidak terkecuali Christ yang masih berdiri di dekat mereka.
"Eummmppt" Richard melumat bibir Sabian dengan kasar, tangan kanannya menarik pinggang Sabian semakin mendekat ketubuhnya sedangkan tangan kirinya menarik tengkuk Sabian untuk memperdalam ciuman mereka.
Sam dan Alex yang baru masuk kedalam kantin juga di buat terkejut saat melihat Richard yang mencium Sabian di tengah kantin itu.
"Apa.. apa.. apa yang.." Alex tidak bisa melanjutkan kata-katanya, dia hanya bisa menatap Richard dengan takjub.
"Sabian" Louis membeku di tempatnya melihat sahabat mungilnya itu berciuman dengan Richard. Untung saja dia tidak tersedak makanan saat melihat Richard mencium sahabatnya itu.
"Richardmmphtt" Richard melepaskan ciumannya melihat Sabian kehabisan nafas. Laki - laki mungil itu terengah-engah dengan wajah memerah hingga ketelinga. Dia benar-benar malu saat ini, bisa-bisanya mereka berciuman di tempat umum seperti ini. Sabian hanya bisa menenggelamkan wajahnya di dada Richard, memeluk kekasih tingginya itu dengan erat untuk menyembunyikan wajah merahnya.
"Kau murid baru?" Richard menatap tajam Christ yang kesadarannya belum sepenuhnya pulih setelah melihat adegan panas tadi.
"Ya, aku baru masuk hari ini. Sabian kau baik-baik saja?" Sabian ingin melepaskan pelukannya untuk menatap kearah Christ tapi Richard langsung memeluk tubuhnya dengan erat.
"Dia baik-baik saja. Jadi pergilah, aku ingin makan siang dengan kekasihku"
Christ menganggukkan kepala pelan sambil terus menatap Sabian yang tenggelam di dalam pelukan laki - laki tinggi itu. Sedangkan Richard sudah menarik Sabian pergi meninggalkan kantin.
**