"Alex.. Alex" Sabian berlari menghampiri Alex yang baru keluar dari dalam kelasnya.
"Ada apa?" Laki - laki tan itu mengernyit bingung karena Sabian terlihat berlari menghampirinya.
"Apa Richard ada?"
Laki - laki tan itu mengangguk mengerti kenapa laki - laki mungil itu menghampirinya, ah mungkin sebenarnya ingin menghampiri Richard.
"Kau mencari Richard? Richard tidak masuk kelas"
"Bukan, aku.. hm.. aku mencarimu"
Alex terlihat terkejut dan mundur selangkah menjauhi Sabian. Apa baru saja laki - laki mungil nan manis ini mengatakan jika dia mencarinya? Oh tidak! Richard akan membunuhku nanti pikirnya.
"Apa? Biii aku minta maaf" Laki - laki tan itu mengusap tengkuknya gugup. Dia takut dengan Richard tapi dia juga tidak akan tega melihat laki - laki mungil ini kecewa "Biii, Aku sudah mempunyai Dean dan aku juga masih menyayangi nyawaku. Aku tidak ingin mati di tangan Richard" Laki - laki tan itu terlihat memohon di depan Sabian.
"Bukan itu maksudku!!" Sabian memukul lengan Alex kesal "Bukan itu! Aku hanya ingin bertanya sesuatu padamu"
Alex menghela nafas lega, nyawanya selamat, dia tidak akan mati di tangan Richard. Tapi untuk apa Sabian menemuinya?
"Hm? Apa?"
"Bisakah kita tidak bicara disini?" Sabian terlihat menatap sekeliling memastikan tidak ada orang yang melihat mereka.
"Baiklah" Alex dan Sabian melangkah menuju atap sekolah. Mereka tidak menyadari jika sejak tadi Sam menatap aneh kedua laki - laki itu.
**
"Biii, kenapa kau tidak ingin pulang menggunakan mobil?" Sabian menatap Richard yang berjalan disebelahnya dengan kedua tangan yang bertautan erat.
"Aku ingin membeli ice cream di ujung jalan sana"
"Tapi bukankah menggunakan mobil akan lebih cepat?" Sabian langsung mempoutkan bibirnya tidak terima dia kalah argumen dengan kekasihnya, laki - laki tinggi itu terkekeh geli lalu mengusak gemas rambut si mungil.
"Ayo, kita beli ice cream"
Sabian kembali tersenyum lebar saat Richard menarik lembut tangannya. Laki - laki mungil itu dengan cepat mengecup pipi Richard dan menarik tangan yang lebih tinggi untuk mempercepat langkah mereka.
"Oh lihatlah siapa yang ada disini. Richard Park?" Tiba-tiba tiga orang laki - laki berpenampilan aneh berdiri di depan Sabian dan juga Richard.
"Kalian.." Richard menarik Sabian untuk berdiri di sebelahnya. Laki - laki mungil itu menggenggam kuat tangan kekasihnya.
"Kita sudah lama tidak berjumpa bukan?"
Sabian meneguk salivanya takut, Richard kan mempunyai banyak musuh dan mungkin ini adalah salah satu dari banyaknya musuh Richard.
"Jangan menggangguku" Richard mendesis kesal, dia hanya ingin bersenang-senang dengan kekasih mungilnya. Kenapa ada saja yang menggangu!
"Eii tidak semudah itu Park. Dan lihatlah siapa laki - laki manis ini? Apa dia kekasihmu?" Laki - laki bertubuh paling besar dari ketiga laki - laki itu melangkah mendekati Sabian. Richard mencoba untuk melindungi laki - laki mungilnya tapi Sabian malah menarik Richard untuk berdiri di belakangnya.
"Jangan mengganggu kami!" Teriak Sabian dengan pandangan tajam walaupun dirinya ketakutan setengah mati. Dia sadar jika dia adalah dominant Richard, tentu saja dialah yang sudah sepatutnya menjaga submissivenya-Itu yang dikatakan Alex padanya.
"Haha kau semakin terlihat manis jika seperti ini. Mau bermain bersamaku? Kita akan menghabiskan malam penuh erangan dan desahan nikmatmu sayang" Sabian memundurkan langkahnya takut, tanganya memeLuk erat lengan kekasihnya. Richard mengepalkan kedua tangannya kesal, dia melangkah mendekati laki - laki itu tapi lagi-lagi Sabian menahannya. Laki - laki mungil itu dengan seluruh keberanian yang dia punya melangkah mendekat kearah laki - laki itu dan melayangkan satu pukulan yang tidak berarti sama sekali.
"Aku bukan jalang!"
"Wow apa kau baru saja mencoba untuk memukul ku? Hey sayang itu hanya seperti belaian untukku. Oh aku tau, kau pasti suka bermain kasar bukan? Baiklah. Aku juga suka yang kasar"
Tanpa aba-aba laki - laki itu melayangkan satu pukulan ke wajah Sabian hingga laki - laki mungil itu tersungkur di tanah. Richard yang sejak tadi menahan emosi nya mengeram marah kearah laki - laki itu dan melangkah cepat untuk menghajar nya. Tapi langkah Richard berhenti setelah mendengar isakan Sabian.
"Hiks.."
"Sayang?" Dengan panik Richard langsung berlari kearah Sabian. Laki - laki tinggi itu menangkup wajah Sabian dengan kedua tangannya memaksa kekasihnya untuk melihat kearahnya.
"Sakit hiks.."
"Apa yang sakit sayang?" Richard masih dengan wajah paniknya membawa Sabian mendekat kearahnya. Laki - laki mungil itu dengan manjanya langsung menunjuk pipinya yang terdapat lebam berwarna keunguan.
"Oh Shit! Sayang, dengarkan aku. Tutup matamu dan jangan kau buka sebelum aku memintanya oke?"
Sabian hanya menganggukkan kepalanya patuh lalu menutup erat kedua matanya. Richard melangkah cepat menuju ketiga laki - laki yang menatap remeh dirinya. Tanpa aba-aba satu pukulan keras berhasil mendarat di wajah laki - laki itu hingga mengeluarkan darah segar di sudut bibirnya.
"Kau menyakiti kekasihku! Aku akan membunuhmu brengsek!" Richard langsung menendang dan memukul laki - laki itu secara membabi buta tidak mempedulikan kondisi laki - laki itu yang bahkan tidak lagi bisa berdiri. Kedua temannya hanya menatap takut kearah Richard yang murka. Mereka tidak berani membantu laki - laki itu karena murkanya Richard adalah sesuatu yang tidak lebih baik dari sebuah bencana.
"Richard.." Suara Sabian berhasil menghentikan gerakan tangan Richard yang menghajar laki - laki itu. Laki - laki itu terlihat setengah sadar dengan kondisi hampir kehilangan nyawanya.
"Jangan coba-coba memperlihatkan wajah kalian di hadapanku lagi!" Richard langsung menghampiri Sabian yang masih di tempatnya dengan mata terpejam erat. Sedangkan laki - laki itu di bawa kedua temannya untuk pergi dari tempat itu.
"Biii"
"Apa aku sudah boleh membuka mata?" Richard berjongkok di depan Sabian laLu mengecup lembut kedua mata kekasihnya.
"Ya sayang"
Sabian dengan perlahan membuka matanya dan bingung saat melihat hanya ada Richard disana.
"Dimana mereka?"
"Pergi" Richard mengedikkan bahunya acuh, Sabian langsung mempoutkan bibirnya kesal.
"Huh! Padahal aku belum menghajarnya!"
Richard terkekeh geli lalu merapikan rambut yang menutupi wajah cantik kekasihnya itu.
"Haha tidak perlu sayang. Apa masih sakit?"
Laki - laki tinggi itu melirik pipi Sabian yang terdapat lebam keunguan.
"Apa? Ini? Tidak"
Tangan Richard bergerak untuk menyentuh pipi Sabian tapi yang dia terima adalah teriakan kesakitan dari kekasihnya itu.
"AKHH SAKIT!!"
Richard mendekatkan wajahnya kearah Sabian dan mengecup lembut pipi laki - laki mungil itu.
"Itu akan segera sembuh. Ayo kita pulang"
"Tidak mauuu" Sabian menggelengkan kepalanya sambil mengerucutkan bibirnya.
"Ada apa sayang?"
"Aku tidak mungkin pulang dalam kondisi seperti ini Richard. Ibu pasti akan memarahiku jika aku ketahuan terlibat dalam perkelahian" Richard mengusak gemas rambut Sabian lalu tersenyum manis.
"Baiklah, bagaimana jika menginap di apartemenku?"
"Setuju!" Sabian langsung berdiri dan Richard mengikutinya. "Tapi gendong aku ya? ugh aku benar-benar lelah berjalan" Sabian mengeluarkan jurus puppy eyes andalannya. Richard hanya bisa menggeleng pelan melihat tingkah kekasih mungil nya itu. Bukankah dia sendiri yang meminta berjalan kaki, tapi sekarang dirinya lah yang kelelahan.
"Baiklah" Richard kembali berjongkok di depan Sabian dan laki - laki mungil itu dengan semangat langsung melompat ke punggung lebar milik kekasihnya.
**
"Richard~" Rengek Sabian kearah Richard yang sedang berbaring santai di atas sofa sambil menonton tv layar datar miliknya.
"Ya sayang?"
"Apa kau tidak memiliki baju yang lebih kecil? Ini terlalu besar Richard" Sabian melangkah kearah Richard dengan menghentak hentakkan kakinya kesal. Laki - laki tinggi itu mengalihkan perhatiannya dari tv layar datar itu kearah kekasih mungil nya.
Matanya membola Luar biasa saat melihat penampilan Sabian saat ini. Laki - laki mungil itu menggunakan kemeja putih miliknya yang tentu saja sangat kebesaran di tubuh mungil itu. Bahkan panjang kemeja itu setengah paha Sabian, memperlihatkan paha putih mulus milik kekasih mungil nya dan Sabian tidak mengenakan celana, dia hanya mengenakan celana dalam hitam miliknya.
Wow.. di mata Richard Sabian benar-benar sexy dan seketika membuat sekujur tubuhnya memanas. Laki - laki tinggi itu menjilat bibirnya sendiri dan mengusap sudut bibirnya yang mungkin saja meneteskan saliva.
"Richard!!" Sabian berteriak kesal karena Richard hanya diam sambil menatap lapar dirinya.
"Iya sayang? Kenapa?" Richard tersadar dari lamunan mesum nya. Dia tersenyum mesum dengan pandangan masih terfokus melihat paha muLus Sabian.
"Aissh kau tidak mendengarku!" Sabian langsung menpoutkan bibirnya kesal. Richard terkekeh pelan melihat tingkah menggemaskan kekasih mungil nya.
"Kemarilah sayang" Richard menepuk pahanya agar Sabian duduk di sana. Sabian masih mempoutkan bibirnya tapi kakinya melangkah mendekati Richard lalu duduk di atas pangkuan laki - laki tinggi itu.
"Aku tidak mempunyai baju yang lebih kecil sayang"
"Tapi bajumu terlalu besar Richardlie" Richard mencuri satu kecupan di bibir Sabian saat laki - laki mungil itu mempoutkan bibirnya.
"Kau terlihat sexy jika seperti ini" Seketika wajah Sabian memerah hingga ketelinga.
"Dasar mesum!" Richard tertawa melihat wajah Sabian yang memerah. Laki - laki tinggi itu memeLuk erat pinggang ramping Sabian dan mendekatkan tubuh mungil itu mendekati tubuhnya.
"Aku menyukai dirimu yang seperti ini"
"Jangan menggodaku!" Sabian menyembunyikan wajah di leher Richard. Wajahnya memerah parah dan jantungnya berdetak dengan sangat cepat di dalam sana.
"Biii"
"Hm?"
Jemari Richard turun menuju pantat sintal milik kekasihnya.
"Punya ku bangun"
"Apa?" Sabian menatap horor Richard. Laki - laki tinggi itu menyeringai kecil menatap kekasihnya. Sabian langsung mengerti jika dirinya akan habis jika tidak kabur secepatnya dari Richard.
"Lepaskan aku!"
"Ayolah sayang" Richard merengek di depan Sabian, laki - laki tinggi itu semakin mendekatkan tubuh Sabian kearah nya.
"Ta..tapi Richard. Aku.. aku"
"Bukankah yang kemarin itu menyenangkan? Kita hanya mengulanginya saja"
Wajah Sabian semakin memerah, dia benar-benar malu jika mengingat hari itu.
"Tapi.. Tapi.."
Richard langsung membungkam mulut Sabian dengan mencium lembut bibir manis kekasihnya. Laki - laki tinggi itu melumat bibir mungil itu dengan tangan yang mulai bergerak meremas nakal pipi pantat Sabian.
"Eumhh~" Lenguhan tertahan laki - laki mungil keLuar saat Richard menggigit kecil bibirnya. Tangannya merambat naik memeluk leher Richard dan jemarinya menelusup masuk mencengkeram pelan rambut hitam laki - laki tinggi itu.
"Eummhhh~ Richardnhhh" Lidah Richard menerobos masuk kedalam mulut Sabian dan mulai bermain-main dengan benda tidak bertulang di dalam sana. Sabian mencengkeram rambut Richard merasakan geli sekaligus nikmat saat Richard bermain main dengan lidah dan langit-langit mulutnya. Laki - laki tinggi itu kembali melumat, menjilat bahkan menyedot bibir Sabian seakan akan ingin memakan habis bibir si mungil.
"AKKH" Sabian merintih keras saat Richard menyedot kuat bibirnya. Pipinya yang tadi terkena pukulan terasa berdenyut-denyut.
"Oh sayang, maafkan aku"
Sabian hanya mengangguk pelan lalu Richard mengecup lembut pipi Sabian. Dia kembali meraup bibir itu pelan, tidak ingin kembali menyakiti kekasihnya.
"Ahhhh aanhh" Sabian berteriak kencang saat lidah Richard menjilat lehernya dan memberikan beberapa tangan keunguan disana.
"Richardhhhhh ughhhh" Sabian menengadahkan kepalanya sehingga Richard dapat lebih leluasa menjamah lehernya. Laki - laki tinggi itu dengan semangat memberikan tanda cinta di seluruh leher Sabian. Laki - laki mungil itu bergerak dengan gelisah di atas pangkuan Richard. Jemari besar milik kekasihnya masih bermain main di pipi pantatnya, sengaja menggoda kekasih mungil nya itu.
"Richardhhhhh" Sabian benar benar kewalahan menikmati semua sentuhan yang kekasihnya berikan. Tangan kanan Richard bergerak melepaskan satu persatu kancing kemeja yang Sabian kenakan. Tangannya mulai nakal menyentuh dengan gemas tonjolan coklat muda di dada Sabian.
"Richardhhhh ughh Richardhhh" Sabian menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Richard. Laki - laki tinggi itu meraup lapar tonjolan itu. Lidahnya bergerak dengan lincah menjilat bahkan menggigit kecil tonjolan mungil itu. Sabian benar-benar tidak bisa memikirkan apapun lagi saat ini, dia hanya bisa mendesah frustasi menikmati semua sentuhan Richard di tubuhnya. Nafas nya putus-putus menahan gejolak yang dirasakan tubuhnya.
Saat tangan Richard bergerak untuk melepaskan celana dalam hitam Sabian. Tiba-tiba bel apartemen nya berbunyi.
"Tungguhhh belnyaaaahhhhh" Richard menulikan pendengaran nya. Dia masih asyik bermain-main dengan nipple Sabian.
"Richardhhhhh AKHH" Sabian berteriak saat Richard dengan sengaja menggigit kencang nipple kanannya.
"Richardhhh kumohonhh ahhhh" Richard tidak berhenti, dia benar benar tidak peduli dengan suara bel yang terus berbunyi.
"Richardniehh" Sabian menarik paksa wajah Richard dari dadanya. Laki - laki tinggi itu ingin berteriak protes karena Sabian menghentikan kesenangannya.
"Ada seseorang di Luar sana" Sabian menetralkan nafasnya sambil tersenyum lembut kearah Richard yang tidak terima permainannya di ganggu. Dia seperti anak kecil yang merengut karena di ambil mainan nya. "Mungkin saja seseorang yang ingin bertemu denganmu"
"Tapi Biii.."
Sabian langsung mengecup bibir Richard sebelum laki - laki tinggi itu sempat melayangkan protesnya.
"Kita akan melanjutkannya nanti"
Richard mendesah frustasi. Miliknya sudah berkedut minta di lepaskan. Dan siapa orang brengsek yang membuat permainannya terhenti.
"Baiklah" Richard menurunkan tubuh Sabian dari pangkuannya lalu melangkah pelan menuju pintu apartemen itu. Sedangkan Sabian kembali mengancingkan kemeja yang di kenakan nya dengan sesekali mengelus pelan dadanya yang berdenyut karena gigitan Richard tadi.
Sabian mendengar suara langkah kaki yang mendekat dan terkejut saat melihat Richard dan juga seorang... perempuan?
**