"Biii besok kita kencan ya!" Perintah mutlak yang di ucapkankan oleh Richard tadi malam membuat laki - laki mungil nan manis itu sudah duduk selama lima menit di depan rumahnya menunggu kedatangan Richard.
Sebenarnya sebelum ini Sabian dan Richard telah mengalami pertengkaran yang tidak penting dan sangat merepotkan bagi Richard. Masalahnya Sabian tidak ingin Richard menjemputnya karena Richard itu submissive dan Sabian yang seharusnya menjemput Richard sebagai dominant-nya.
[ Flashback ]
"Aku akan menjemputmu pukul delapan jadi berdandanlah yang manis sayang" Sabian mendengar suara antusias Richard di ujung sana.
"Apa?! Tidak tidak tidak. Richard, kau itu submissive! Aku yang akan menjemputmu"
"Oh ayolah Biii. Jangan bahas hal itu saat ini"
"Tidak Richard. Aku dominant! Dan sudah seharusnya aku yang menjemputmu"
"Oke sebentar, apa kau bisa mengendarai sepeda motor?"
"Hm.. Tidak"
"Atau mobil?"
"Tentu saja tidak Richard. Apa yang ingin kau katakan sebenarnya" Sabian mengeram kesal kearah ponselnya. Apa Richard sedang mempermainkannya saat ini?
"Biii, bagaimana kau bisa menjemputku jika kau tidak bisa mengendarai salah satu dari yang ku sebutkan tadi? Oh gosh!"
Sabian baru ingat jika dia tidak bisa mengendarai apapun.
"Aku bisa menjemputmu menggunakan taksi atau bus"
"Dan berakhir dengan kau yang mengeluh sepanjang hari? Oh tidak. Aku tidak akan menaiki bus lagi bersamamu"
"Ayolah Richard. Aku yang akan menjemputmu seperti Alex yang selalu menjemput Dean"
"Tidak Biii. Aku yang akan menjemputmu. Jangan membantah sayang atau aku akan datang malam ini juga dan menyelinap masuk kedalam kamarmu"
"Apa kau sudah gila!"
" Ya, aku gila! Kau yang membuatku gila Biii. Sekarang cepatlah tidur dan kau harus memimpikanku. Selamat tidur~ Aku mencintaimu"
"Baiklah, Selamat tidur juga Richard" Tidak ada ucapan aku mencintaimu yang keluar dari mulut Sabian, ya karena menurut Sabian dia tidak perlu mengatakannya. Bukan karena apa, mereka berpacaran juga memang karena Richard yang memaksanya. Tapi walaupun begitu, Sabian sedikit demi sedikit menyukai keberadaan Richard yang selalu ada di sekitarnya. Richard selalu memperlakukannya dengan sangat baik walaupun Richard masih sangat di takuti di sekolah, tapi Richard tidak pernah bersikap kasar ataupun melukainya. Semua perlakuan manis Richard padanya, perhatian Richard padanya membuat Sabian nyaman berada di sekitar Richard. Yeah walaupun terkadang Richard bisa sangat menjengkelkan dan pemaksa yang sangat egois dan keras kepala.
[ Flashback end ]
Suara klakson mobil Richard terdengar di telinga Sabian. Laki - laki mungil itu langsung menghampiri Richard yang baru saja keluar dari dalam mobilnya.
"Kau lama" Sabian mempoutkan bibirnya kesal karena Richard terlambat selama lima menit dari waktu yang mereka janjikan.
"Maafkan aku sayang" Richard mengecup bibir Sabian sekilas lalu membawa Sabian masuk kedalam mobilnya.
Setelah mobil berjalanan meninggalkan rumah Sabian, laki - laki mungil itu hanya diam sedangkan Richard fokus pada jalanan di depannya.
"Kau masih marah? Aku hanya terlambat lima menit sayang. Aku tidak akan mengulanginya lagi" Richard melirik Sabian yang duduk di sebelahnya.
"Kau akan membawaku kemana?" Tanpa menjawab pertanyaan dari Richard, laki - laki mungil itu menatap Richard menunggu jawaban atas pertanyaan yang keluar dari mulutnya.
"Ada tempat yang ingin kau kunjungi?"
"Hm.." Sabian tampak berpikir sebentar sebelum dirinya melihat baliho besar yang bertuliskan 'Spend your time in Lotte world'
"Bagaimana dengan Lotte World? Aku sudah cukup lama tidak pergi kesana" Sabian menatap Richard dengan antusias, Richard melirik Sabian lalu mengusak gemas rambut kekasihnya itu.
"Ide bagus"
**
"Cukup Richard aku tidak tahan lagi. Kepalaku pusing"
Sabian menjatuhkan kepalanya di bahu Richard yang duduk di sebelahnya. Roller coaster baru saja berhenti dari permainan menegangkannya. Richard tersenyum kecil melihat wajah pucat Sabian, padahal pada awalnya dialah yang memaksa Richard untuk menaiki wahana ini walaupun Richard sudah memperingatkannya tapi dia tetap memaksa Richard untuk menaikinya. Dan lihatlah sekarang? Richard hanya bisa menahan tawanya melihat ekspresi Sabian yang masih terlihat takut dengan mata yang tidak fokus.
"Baiklah. Apa kau bisa berdiri?" Sabian menggelengkan kepalanya pelan di bahu Richard. Laki - laki tinggi itu menarik tubuh Sabian menjauh dari bahunya lalu berjongkok di depan laki - laki mungil itu.
"Ayo naik. Jika tidak cepat, wahana ini akan kembali bermain" Sabian langsung membuka matanya dan melompat ke punggung Richard.
"Bawa aku pergi. Cepaaaatt!! Wahana ini mengerikan! Aku akan menuntut siapapun yang membuat wahana ini!"
Richard terkekeh geli mendengar umpatan kesal kekasih mungilnya itu lalu membawa Sabian menjauh dari wahana. Sabian menidurkan kepalanya di bahu Richard dengan tangan yang secara tidak sadar dia lingkarkan di leher Richard. Laki - laki mungil itu masih merasakan pusing di kepalanya lalu memejamkan matanya di bahu Richard.
"Biii?"
"Hm?" Hanya gumaman pelan yang keluar dari mulut Sabian, dia masih merasakan pusing di kepalanya.
"Kau ingin kita mencoba wahana apa selanjutnya?"
"Tunggu Richard, biarkan aku mengistirahatkan kepalaku dulu ya. Ku mohon, aku pusing sekali" Suara Sabian terdengar sangat memohon di telinga Richard, sepertinya Sabian masih shock setelah selesai manaiki wahana Roller Coaster tadi. Akhirnya Richard hanya menganggukkan kepalanya membuat Sabian bernafas lega, setidaknya Richard memahami kondisinya saat ini. Laki - laki tinggi itu terus berjalan mengitari Lotte World, mengabaikan pandangan orang-orang yang melihat kearah mereka dengan ekspresi yang berbeda-beda. Sedangkan Sabian, laki - laki mungil itu menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Richard dan memejamkan matanya.
"Kau tidur?"
"Aku hanya memejamkan mataku"
"Kau ingin ice cream?"
Sabian langsung mengangkat kepalanya dan tersenyum lebar.
"Aku mau! Ice cream strawberry!" Richard kembali terkekeh geli melihat tingkat Sabian yang menurutnya sangat menggemaskan itu. Hanya dengan Ice cream, semangatnya kembali muncul dan terus memaksa Richard untuk mempercepat jalan menuju kedai ice cream yang tidak jauh dari tempat mereka.
"Ice cream strawberry ukuran jumbo dan pudding strawberry. Richard kau ingin apa?"
"Ice cream coklat saja"
"Baiklah. Pesanan akan diantarkan sebentar lagi. Silahkan menunggu terlebih dahulu tuan" pelayan kedai itu menunjukkan meja kosong untuk dua orang yang terletak di sudut ruangan. Richard langsung melangkah menuju meja itu dengan Sabian yang masih berada di gendongannya.
"Turun" Sabian turun dari gendongan Richard dengan wajah cemberut. Dia kehilangan punggung Richard yang lebar dan aroma tubuh Richard yang sangat menenangkan itu.
"Kau harus menggendongku lagi nanti" Paksa Sabian sambil duduk di kursinya. Richard menaikkan satu alisnya menatap Sabian.
"Tidak mau. Kau berat"
"Huaa Richard jahat" Sabian melipatkan tangannya kesal sambil memalingkan wajahnya.
"Baiklah, Baiklah. Habiskan dulu ice cream mu" Sabian langsung menoleh saat mengetahui seorang pelayan sudah mengantarkan pesanan mereka. Dengan wajah berbinar, laki - laki mungil itu langsung melahap habis ice creamnya. Richard hanya bisa menggelengkan kepalanya gemas melihat tingkah kekasihnya itu. Sabian sangat menggemaskan pikirnya.
"Ini enak. Richard ayo habiskan ice cream mu"
"Aku sudah kenyang melihatmu. Kau ingin Ice cream ku?"
"Bolehkah?" Sabian menatap Richard dengan mata berbinar. Richard menganggukkan kepalanya lalu tersenyum.
"Tentu saja"
"Huaa Richard aku mencintaimu" Sabian mengucapkannya tanpa sadar dengan senyuman lebar di wajahnya. Tangannya langsung meraih ice cream milik Richard dan langsung melahapnya.
DEG!
Jantung Richard seperti berhenti berdetak saat mendengar Sabian menyatakan cinta padanya. Ini pertama kalinya Sabian mengucapkan kata-kata itu. Dan sukses membuat sang penguasa sekolah diam tanpa bisa mengeluarkan satu katapun. Padahal Sabian saja tidak sadar mengucapkan hal itu, dia hanya terlalu senang mendapatkan ice cream lagi dari Richard.
"Biii kau membuatku.. ugh" Richard memalingkan wajahnya yang memerah sempurna setelah mendengar pernyataan tidak sadar dari bibir Sabian tadi.
"Kau kenapa Richard? Wajahmu merah! Kau baik-baik saja?" Sabian langsung berdiri dan melangkah mendekati Richard. Dia hanya terlalu khawatir dan panik melihat wajah memerah milik Richard.
"Aku baik-baik saja. Habiskan ice creammu" Richard berusaha mendorong Sabian untuk kembali ketempatnya. Dia hanya terlalu malu memperlihatkan wajah merahnya pada Sabian.
"Tidak. Apa kau sakit? Ayo kita pulang saja"
"Aku tidak sakit Biii"
"Wajahmu merah Richard. Ayo kita pulang!" Sabian dengan paksa menarik tangan Richard untuk berdiri.
"Tapi ice creammu?"
"Kau harus membelikannya lagi nanti. Sekarang kita pulang" Akhirnya Richard hanya bisa pasrah di tarik oleh Sabian. Senyumannya tidak lepas dari wajah tampannya melihat Sabian yang begitu mengkhawatirkannya.
**
"Tidur Richard" Sabian menghela nafasnya kesal karena sejak tadi Richard hanya menatapnya sambil memeluk tubuh Sabian erat di atas ranjang milik Richard.
"Aku tidak ingin tidur"
"Richard ayolah. Kau harus tidur, apa kau tidak tau tadi wajahmu sangat merah" Sabian memukul bahu Richard pelan karena kesal.
"Biii, aku tidak sakit"
"Richard kau membuatku kesal!"
Sabian langsung mencium bibir Richard dan duduk diatas perut laki - laki tinggi itu.
"Tidur ku bilang!"
"Tidak!"
Sabian kembali mencium Richard. Laki - laki tinggi itu menyeringai lebar melihat tingkah kekasihnya itu. Dia sangat tau apa yang sedang Sabian lakukan saat ini. Waktu itu Sabian dan Richard tidak sengaja melihat Alex dan Dean yang bertengkar kecil. Alex membungkam Dean dengan ciumannya dan Dean menurut pada Alex setelah itu.
Mungkin Sabian sedang berusaha membuat Richard menurut padanya dengan cara yang sama dengan yang Alex lakukan pada Dean. Tapi apa yang sebenarnya kau pikirkan Sabian Byun? Richard itu sebenarnya adalah dominant. Hanya submissive yang akan diam jika di bungkam dengan ciuman maut, yeah walaupun saat ini statusnya Richard adalah submissive-mu. Tapi jiwa Richard sepenuhnya adalah dominant, kau tidak akan bisa menakLukkan laki - laki tinggi itu hanya dengan ciumanmu.
"Kau belum tidur juga!" Richard terkekeh pelan lalu menarik tengkuk Sabian dan mencium bibir laki - laki mungil itu. Bibirnya bergerak melumat pelan bibir Sabian sambil mengelus punggung laki - laki mungilnya.
"Mmmmpttt.. Kau membuatku kesal! Aku akan pulang saja!!" Sabian melepaskan pangutan itu dan langsung bangkit dari atas tubuh Richard lalu mengambil sweater miliknya yang dia letakkan di atas sofa.
"Kau akan pergi?" Tanya Richard sambil bangkit dari ranjangnya.
"YA!" Sabian ingin membuka pintu kamar Richard saat dia merasakan sepasang lengan kekar melingkar di pinggangnya.
"Aku tidak mengizinkanmu pulang"
Sabian membalikkan tubuhnya kearah Richard. Laki - laki mungil itu menatap Richard masih dengan wajah kesalnya.
"Kau tidak menurut padaku! Kau membuatku kesal Richard." Sabian memukul pelan dada Richard sambil mempoutkan bibirnya.
Richard tak menjawab. Kepalanya dia letakkan di atas bahu Sabian. Menempelkan hidungnya di sisi tengkuk laki - laki mungil itu lalu menggosok kulitnya di sana sambil menghirup sesuatu. Sabian merinding sekaligus merasa geli diwaktu yang sama, Richard menyentuh titik sensitifnya. Tangan laki - laki mungil itu bergerak meremas kaos di punggung Richard sambil ikut membenamkan wajahnya yang memanas di pertengahan leher kekasih tingginya itu.
"Richaaaard.." Sabian berbisik pelan ditelinga Richard. Suhu tubuhnya mulai memanas dengan sendirinya dalam pelukan erat dan cumbuan bibir yang mulai menjalar di sisi lehernya. Sabian mulai tau kemana arah perlakuan yang di berikan Richard padanya ini. Apa kali ini mereka benar-benar akan melakukannya? Setelah yang waktu itu di ganggu oleh kedua orang teman Richard?
"Hm..." Richard hanya bergumam membalas panggilan Sabian tadi, tangannya yang sejak tadi mengelus punggung Sabian mulai merambat turun, meraba bokong laki - laki mungil itu. Sabian menggigit pelan bibirnya, sebisa mungkin mencegah suara aneh yang akan keluar dari bibirnya. Kedua mata Sabian terpejam erat merasakan tangan Richard yang mulai meremas bokongnya dengan gerakan seduktif.
"Ngghh..." Pada akhirnya Sabian tidak bisa menahan suara yang keluar dari mulutnya itu. Kedua tangannya mulai merambat keleher Richard lalu memeluk erat leher laki - laki tinggi itu.
Gerakan tangan dan cumbuan Richard seketika terhenti. Sabian mencoba untuk memusatkan perhatiannya pada Richard, dia baru sadar jika nafas Richard di atas lehernya juga sama memburunya dengan dirinya. Sabian tau Richard menginginkan nya, dan Sabian juga tau dia tidak akan lepas begitu saja saat ini.
"Sabian..." Richard kembali berbisik dengan pelan di telinga Sabian membuat laki - laki mungil yang masih dalam pelukannya jadi bergairah. Entah libido seperti apa yang ada dalam dirinya saat ini membuat Sabian tidak ingin Richard berhenti sampai di sini.
"Hm?"
"Apa kita harus melanjutkannya?" Sabian menatap Richard dengan kesal. Serius, dia benar-benar berhenti hanya karena ingin menanyakan ini? Padahal Sabian sudah mencoba untuk meyakinkan dirinya untuk melakukan tahap yang selanjutnya.
"Apa maksudmu Richard?"
"Aku hanya tidak ingin kau menyesalinya" Pelukan Richard di tubuh mungil Sabian kini berubah menjadi lebih posesif. Sabian tersenyum di balik bahu Richard. Dia sangat senang saat mengetahui Richard masih lebih mementing dirinya dari pada dirinya sendiri, itu terdengar begitu manis. Maka dari itu Sabian berinisiatif untuk betindak lebih dahulu, dia dominant dan di saat seperti ini dialah yang harus lebih dominan.
"A..Ayo kita lakukan"
Sabian mendorong tubuh Richard keatas ranjang king size milik laki - laki tinggi itu. Richard terkekeh pelan melihat Sabian mulai merambat menaiki tubunya, tangannya kembali bergerak meraba bokong dan paha laki - laki mungil itu.
"Kau tetap ingin menjadi dominant?"
Sebisa mungkin laki - laki mungil itu kembali menahan desahannya, tangannya yang sedikit bergetar meremas kaos punggung Richard dan mendekatkan wajahnya ke telinga Richard, mengemut daun telinga laki - laki tinggi itu, membuat telinga besar Richard memerah menggemaskan.
"Bukan kah aku dominant-mu disini?" Balas Sabian tidak mau kalah, meski dia sadari suaranya sedikit bergetar di akhir kalimat karena tindakan Richard yang kembali meremas belahan pantatnya.
"Kau yakin sayang?"
"A..Aku yakin-Ahhh!" Sabian tersentak, Richard baru saja menekan bokongnya, membuat sesuatu yang mengeras di bawah sana saling bertabrakan, mengirim getaran menggairahkan dalam diri Sabian.
"Richaaaard..." Richard menyeringai sambil mulai mencumbui leher Sabian. Laki - laki mungil itu mengangkat kepalanya dari atas bahu Richard, memundurkan sedikit kepalanya untuk menatap kekasihnya.
"A..Aku..Aku akan menjadi dominant"
Sabian mendekatkan wajahnya pada Richard. Laki - laki mungil itu mengecup lembut bibir laki - laki tinggi itu lalu mulai melumat pelan bibir bawah Richard. Sabian melepaskan ciumannya di bibir Richard lalu membenamkan wajahnya pada leher Richard. Tangan mungil itu dengan perlahan membuka kancing kemeja yang laki - laki tinggi itu kenakan satu persatu. Richard hanya diam, tangannya masih bergerak liar memainkan kedua pantat Sabian.
Bibir Sabian beralih pada bahu Richard yang sudah terekspos lalu beralih lagi mengecup lembut kulit leher Richard. Laki - laki mungil itu bahkan mencoba untuk memberikan beberapa tanda di sana sampai Richard merasakan geli karena tindakan Sabian padanya.
"Biaaan."
Laki - laki mungil itu mengangkat wajahnya dengan nafas terengah-engah. Wajahnya memerah dengan sempurna menatap Richard dengan pandangan berkabut.
"Richard.. aku.. aku"
"Ya? apa yang kau inginkan sayang?"
"Aku lelah" Richard langsung mengernyitkan dahinya bingung, Sabian bahkan belum memulai apapun, tapi kenapa dia sudah lelah. Tapi Richard tentu saja tidak bisa memaksa, akhirnya dia hanya menghela nafas sambil mengelus surai lembut Sabian dengan sayang.
"Apa kau ingin berhenti?"
Dengan mengejutkan Sabian langsung menggelengkan kepalanya kuat.
"Kau yang harus melanjutkannya" Richard melebarkan kedua matanya terkejut mendengar apa yang baru saja Sabian katakan padanya.
"Kau yakin? Ini akan sakit. Ku dengar kau tidak ingin merasakan sakitnya"
"Richaaaard.." Sabian merengek putus asa karena Richard masih belum ingin mengambil alih permainan. Dia sudah merasakan lelah tapi bagian bawahnya berkedut sakit meminta lebih.
"Baiklah. Kau harus berjanji padaku, apa yang akan terjadi nanti kau tidak boleh memintaku untuk berhenti, deal?" Sabian hanya bisa mengangguk pasrah. Laki - laki tinggi itu langsung membalikkan tubuh Sabian dan langsung menindih tubuh mungil kekasihnya itu.
Richard mempertemukan bibir mereka, gerakannya terlampau lembut melumat bibir itu dengan sangat pelan, menariknya dan mempermainkan bibir bawah Sabian. Sabian menutup matanya, entah mengapa ciuman Richard kali ini benar-benar memberikan sensasi yang menyengat seluruh tubuhnya.
Richard melesakkan lidahnya ke dalam bibir Sabian, menggerakannya dengan sensual, dan kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri mencari posisi yang nyaman, dan tepat. Ciuman mereka berlangsung lama, tanpa kekurangan oksigen, ini benar-benar ciuman yang berkesan bagi Sabian.
Sabian melingkarkan kedua lengannya, menekan tengkuk Richard agar ciumannya semakin dalam dan dalam, walau lidah Richard sudah sampai pangkal dan bibir mereka benar-benar sudah menyatu rapat masih saja Sabian merasakan ingin menekan dalam tengkuk Richard dan semakin memperdalam ciuman mereka.
Richard tersenyum melihat bibir Sabian yang merah dan membengkak, dan mungkin salivanya yang sudah membasahi hampir seluruh permukaan dan sekitar mulut Sabian.
Laki - laki tinggi mulai membuka kaos yang kenakan oleh kekasihnya sambil sesekali mengecup singkat pipi Sabian.
"Richard.. kau tidak akan menyakitiku kan?" Tanya Sabian dengan gugup, sesaat dia sempat teringat dengan mimpinya itu dan ucapan-ucapan yang keluar dari mulut Dean mengenai betapa sakitnya saat melakukan itu untuk pertama kalinya.
"Tidak sayang. Berhentilah gugup dan lakukan apapun yang bisa membuatmu rileks oke?" Sabian menganggukkan kepalanya. Richard tersenyum manis lalu menarik dagu Sabian, membawa Sabian pada sebuah ciuman dalam. Sabian menutup matanya, dan membuka bibirnya, Richard menahan kepala Sabian dan menyedot bibir itu dengan kuat. Sabian melenguh, mencengkram bahu Richard kuat.
Richard semakin mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Sabian untuk bisa merasakan bibir itu lebih dalam, pangutan mereka memanas tapi seperti tak ada akhirnya. Sabian menarik punggung Richard, dan memeluk pinggang Richard dengan kakinya. Tubuh mereka begitu intim, hingga rasanya suhu tubuh mereka membaur menjadi satu.
Richard melepaskan ciumannya lalu mengecup leher Sabian memberikan banyak tanda kemerahan di sekitar leher laki - laki mungilnya.
"Akhh aahhh.." Richard semakin bersemangat menyesap leher Sabian. Tangannya mulai bergerak mengelus perut Sabian merambat naik dan menemukan tonjolan berwarna coklat muda itu.
"Richardhhhh"
Richard menggerakan tangannya menjepit nipple Sabian dengan kedua jarinya, mempermaikan tonjolan itu dengan nakal.
"Uuugghh.. Richard..aahhh.." Sabian melenguh, melengkungkan tubuhnya. Richard menjilat leher Sabian yang terekspos, mengigit-gigit kecil. Lalu kepalanya bergerak turun ke bahu Sabian. Memberikan banyak tanda disana kemudian melahap nipple Sabian dengan perlahan.
"Akkkhhh! Richard pleaseee....."
"Hm?" beserta dengan gumaman seksinya, tangan Richard merambat turun untuk membuka celana Sabian.
"Richard tu..tunggu" Biiiyun menahan tangan Richard yang akan menurunkan celananya. Laki - laki tinggi itu mengangkat wajahnya lalu mengelus lembut pipi Sabian.
"Kenapa sayang?"
"Aku..Aku.." Sabian terlalu gugup menjawab pertanyaan Richard. Dia bahkan secara tidak sadar sudah menggigit kuat bibir bawahnya.
"Tenanglah, aku akan bermain lembut"
Sabian meneguk salivanya kasar, lalu melepaskan tangannya yang menahan Richard. Laki - laki tinggi itu akhirnya berhasil menarik turun celana Sabian. Richard kembali melahap nipple Sabian dengan tangan yang mulai membelai milik Sabian dengan gerakan menggoda.
"Richard.. ahhhhh aku.."
Sabian menarik wajah Richard lalu mengemut bibir bawah kekasihnya itu.
"Baby.." Panggil Richard ketika tangan Sabian mulai ikut aktif meraba-raba perutnya yang terbentuk dengan sempurna itu.
"Ughh..ahhhh hentikan.." Richard tidak memperdulikan rengekan manja Sabian tadi. Tangannya kembali membelai milik Sabian dan mulai bergerak untuk melepaskan underwear milik kekasihnya itu. Sabian menggeleng frustasi atas perlakuan yang Richard berikan padanya.
"Richaaard.. A..aku..Haahhkh! Ummm... Richard!" Punggung Sabian melengkung ke atas. Tangan Richard tiba-tiba bergerak naik turun pada kejantanan milik Sabian dengan gerakan cepat.
"S..stooop!!" Richard tidak berhenti sedikitpun, dia bahkan tidak memberikan Sabian waktu untuk bernapas karena kembali meraup bibir manis kekasihnya itu. Gerakan tangannya makin cepat, nafas Sabian memburu, bergerak gelisah di bawah Richard.
"So sexy"
Wajah Sabian langsung merona hebat mendengar gumaman Richard. Dia memalingkan wajahnya, dengan nafas yang terengah.
"Panas sekali" Richard segera bangkit dari atas Sabian melepaskan kemeja yang di pakainya lalu turun membuka celananya. Sabian yang geram karena Richard terlalu lama, langsung membantu Richard melepaskan benda yang menurutnya mulai menganggu itu.
"Shit!" Sabian mengumpat pelan melihat begitu sempurna dan seksinya tubuh Richard. Maka dari itu, Sabian langsung menari tengkuk Richard dan menggapai bibir laki - laki tinggi itu rakus. Melumat, menghisap, bahkan menjilatnya tidak karuan. Richard merasakan miliknya kembali berkedut minta di lepaskan. Tangannya langsung bergerak untuk meremas milik Sabian yang sudah berdiri tegak. Laki - laki mungil itu mendesah frustasi di sela-sela pangutan mereka. Richard kembali menindih tubuh Sabian dan semakin intens meremas milik Sabian di bawah sana.
"Richaaaard ahhh.. apa yang kau lakukan?" Sabian menahan kepala Richard yang bergerak turun mengecupi setiap inci tubuh Sabian. Memberikan banyak tanda di seluruh tempat di tubuh laki - laki mungil itu lalu berhenti tepat di depan milik Sabian. Richard memberikan satu kissmark pada paha dalam kekasihnya.
"Aaaahhh" Sabian hanya bisa mendesah frustasi membekap mulutnya menggunakan punggung tangannya. Nafasnya terengah-engah menikmati permainan yang di berikan Richard padanya.
"Akkhhhh Richaaard apa yang aaahhhhhh.." Sabian terkejut ketika tiba-tiba titik sensitifnya di bawah kembali tersentuh dengan manja.
"Ahhh!" Badan Sabian melengkung dengan sendirinya di atas ranjang. Tangannya langsung meraih helaian rambut Richard yang mencuat di antara selangkangnya. Sabian mengintip ke bawah, melihat bagaimana Richard mengulum miliknya.
"Richaard.. ahhh.. kau.." Sabian merasa terbang di atas awan menikmati tindakan kekasihnya itu. Dadanya bergemuruh hebat. Ini sangat nikmat! Mulut Richard benar-benar hangat terasa pada miliknya.
"Ahhhh! Richaaard..." Sabian mendongak, mencengkram erat lengan Richard sambil bergetar merasakan klimaks pertamanya.
"Apa kau menyukainya?" Sabian menatap Richard dengan nafas terengah-engah pasca klimaks yang di terimanya. Richard tersenyum lalu mengelus lembut pipi Sabian melihat ekspresi menggemaskan kekasihnya dengan wajah memerah.
"Apa kau ingin kita melanjutkannya?" Richard mengecup lembut dahi Sabian. Sejujurnya libido Richard sudah berada di ambang batas, tapi sekali lagi dia tidak bisa memaksa Sabian begitu saja.
"Ayoo.. hhh.. lakukan" Jawab Sabian masih mengatur nafasnya yang terengah-engah.
"Aku akan melakukannya selembut mungkin" Sabian menganggukkan kepalanya pelan, namun tidak bisa menyembunyikan wajah ketakutannya.
"Akkh!" Mata Sabian berair, merasakan jari Richard yang tiba-tiba memaksa masuk dalam Lubangnya di bawah sana.
"Aku mencintaimu Sabian" Bisik Richard tepat di telinga Sabian. Mengecup singkat bibir Sabian.
__
Jantung Sabian berdetak begitu cepat setelah pelepasan keduanya, matanya yang sayu hanya bisa menangkap bias wajah tampan Richard yang tersenyum padanya, membelai pipinya dengan sayang.
"Terima kasih sayang"gumamnya sambil kembali mengecup lembut bibir kekasih mungilnya itu.
Sabian tersenyum lemah sebelum akhirnya kedua matanya tertutup akibat terlalu lelah. Richard tersenyum lalu mengecup dahi Sabian dengan sayang.
"Aku begitu mencintaimu. Persetan dengan submissive dan dominant itu"
Richard begitu bahagia bisa memiliki Sabian seutuhnya. Laki - laki tinggi itu memejamkan matanya tertidur di sebelah Sabian sambil memeluk erat kekasih tercintanya itu.
**