"Jadi Sabian Byun bagaimana bisa kau berpacaran dengan si berandalan Richard Park itu dan WOW dia submissivemu?!" Louis menatap Sabian dengan pandangan menyelidik tidak percaya. Hell! Sabian itu laki - laki manis yang tidak suka mencari masalah kepada siapapun. Bagaimana bisa ini terjadi? Bahkan Sabian tidak pernah berbicara sekalipun kepada Richard dan dia juga yakin Sabian tidak mengenal Richard sebelumnya. Tapi sekarang mereka berpacaran? Impossible!!
"Bisakah aku memesan cake strawberry dulu?"
"TIDAK! Cepat jelaskan padaku SABIAN BYUN!" Louis menatap tajam Sabian tidak ingin mendengar omong kosong lagi. Dia benar-benar penasaran bagaimana bisa hal yang sangat tidak mungkin ini terjadi?
"Richard mencariku di perpustakaan dan berakhir dengan dia menghajar Senior Max"
"Dia menghajar Senior Max?" Tanya Dean, Sabian menganggukkan kepalanya.
"Lanjutkan" Perintah Louis dan mengisyaratkan Dean untuk diam.
"Lalu dia menarikku ke atap sekolah dan memintaku menjadi kekasihnya. Dia tidak menerima penolakan apapun dariku, what the hell Lou bagaimana mungkin aku bisa menolaknya jika dia mengancamku seperti itu. Jadi aku menerimanya dan mengajukan persyaratan jika dia harus menjadi submissive ku. Awalnya aku pikir dia akan menolak dan aku bisa bebas dari laki - laki itu. Tapi kau lihat sendiri dia menerimanya dan rela menjadi submissive ku hanya karena ingin menjadi kekasihku. Well dia tidak buruk hehe"
Louis dan Dean menatap Sabian tidak percaya. Benar-benar pasangan yang aneh!
"Bagaimana mungkin dia menerima persyaratan konyolmu itu Biii? Hey di lihat dari sudut manapun juga kau sama sekali tidak pantas menjadi seorang dominant Bian!!" Louis menatap Sabian meremehkan. Sabian memutar bola matanya malas dan membalas tatapan Louis.
"Aku dominant Richard sekarang!"
"Aku tau, aku yakin pasti Richard salah memakan sesuatu atau kepalanya terbentur sehingga menerima persyaratan anehmu itu. Biii apa kau yakin kau bisa menjadi seorang dominant? Seperti Alex atau Sam? Kau itu lemah dan sensitive seperti perempuan! Bagaimana mungkin kau ingin menjadi dominant?" Dean menatap Sabian tajam, Sabian mempoutkan bibirnya kesal.
"Tapi aku kan juga laki - laki! Jangan samakan aku dengan perempuan!"
"Well jawab aku, kenapa kau ingin menjadi seorang dominant? Apa kau yakin bisa? Apa kau bisa melindungi Richard? Aku dengar dia mempunyai banyak musuh dari sekolah lagi. Apa kau bisa berkelahi untuk melindunginya? Atau yang paling penting, apa kau yakin bisa mendominasi Richard?" Kata-kata tersebut keluar begitu saja dari mulut Louis. Sabian membulatkan kedua bola matanya dan menunduk diam. Laki - laki mungil itu berpikir keras, apa dia bisa melindungi Richard? Richard mempunyai banyak musuh di luar sana. Apa dia bisa? Dia lemah! Dia tidak pernah berkelahi sedikitpun. Jatuh dari atas tempat tidur saja menangis sakit apalagi harus melindungi laki - laki berandal yang setiap harinya berkelahi dan mempunyai banyak musuh seperti Richard. Dan yang membuat Sabian terdiam adalah bagaimana dirinya mendominasi Richard? Mereka pasti akan melakukan itu nanti dan sebagai dominant sudah pasti Sabian yang akan mendominasi Richard. What the f*ck! Dia tidak berpikir sampai kesana saat memberikan syarat konyol itu. Sabian tidak bisa membayangkannya dan dia tidak berani membayangkan dirinya melakukan itu dengan Richard.
" BIII!! Kenapa kau melamun!" Louis menyenggol pergelangan tangan Sabian membuat laki - laki mungil itu tersadar dari lamunannya.
"A..Aku hanya sedang berpikir! Jangan berisik Lu"
Louis dan Dean hanya bisa menggelengkan kepalanya tidak percaya kepada laki - laki mungil di depannya itu. Sabian si bodoh yang ingin mencoba menjadi dominant seorang berandalan sadis bernama Richard Park.
"Kau belum menjawab pertanyaanku. Kenapa kau ingin menjadi dominant?"
Sabian menatap Dean dan Louis bergantian lalu menggigit bibir bawahnya gugup.
"Sejujurnya aku..aku hm.. aku takut"
"Takut? Takut kenapa?" Dean mengabaikan tatapan memelas Sabian itu.
"Melakukan 'itu'" Jawab Sabian dengan suara sepelan mungkin. Louis dan Dean langsung melebarkan kedua matanya tidak percaya.
"Melakukan apa? 'itu' ? Biii! Ada apa dengan dirimu? Apa yang kau takutkan? Aku bahkan sudah berkali-kali melakukannya dengan Alex" Dean mengatakan dengan bangganya membuat Louis memutar bola matanya malas.
"Apa yang kau takutkan?" Tanya Louis lembut, Sabian menghela nafasnya sebelum menjawab.
"Kalian selalu mengatakan jika itu sakit! Aku tidak ingin merasakannya. Aku yakin milik Richard sangat besar melebihi kekasih hitammu itu" Dean terlihat tidak suka jika kekasihnya di bandingkan dengan Richard tapi dia hanya diam. Beda Dean, beda Louis. Laki - laki cantik langsung tertawa dengan hebohnya sambil memukul mukul meja.
"HAHAHA jadi karena ini kau ingin menjadi dominant? Sangat menggelikan HAHAHA"
"Jangan menertawakanku! Aku..aku bermimpi buruk tentang itu. Jadi ..jadi saat Richard memintaku menjadi kekasihnya aku kembali mengingat mimpi itu dan mengucapkannya begitu saja. Dan Richard menerimanya!" Louis berhenti tertawa dan menghela nafasnya pelan.
"Yeah terserah padamu. Aku tidak yakin kau bisa menjadi dominant seorang Richard Park. Aku yakin kau akan berakhir menjadi submissive manisnya nanti"
"Aku dominant!"
"Terserah kau saja, aku tidak perduli"
Dean dan Louis mengedikkan bahu acuh melihat si keras kepala Byun itu.
**
Di lain tempat, tepatnya di rumah mewah penguasa sekolah kita. Ketiga laki - laki tampan itu asyik memainkan game di ponsel masing-masing sebelum salah satu dari mereka game over.
"Aissh aku kalah!"
"Haha taruhanmu! Mobil keluaran terbaru harus sudah ada di depan rumahku besok" Laki - laki berkulit putih itu menyeringai licik sambil menatap temannya itu.
"Yeah besok pagi mobil mu itu sudah ada di depan rumahmu!"
Laki - laki tan itu merebahkan tubuhnya di sofa dengan kedua kakinya dia letakkan di atas meja.
"Richard! Bagaimana bisa kau berakhir menjadi submissive laki - laki manis itu?" Alex menatap Richard yang masih sibuk dengan game di ponselnya.
"Aku menginginkannya" Jawab Richard tanpa mengalihkan sedikitpun pandangannya dari ponsel.
"F*ck! Aku tidak menerima jawaban memuakkan seperti itu"
Richard melempar ponselnya ke sofa dan menatap kedua temannya itu.
"Apa kau yakin aku rela menjadi submissive laki - laki manis itu?"
"Tidak! Are you kidding me? Itu benar-benar menggelikan dude" Sam meletakkan ponselnya dan terkekeh geli mendengar apa yang baru saja Richard katakana.
"Kalian sudah mengetahui jawabannya. Kenapa masih bertanya bodoh!"
"Karena kau seorang submissive!"
Richard menghela nafasnya dan mengacak rambutnya frustasi.
"Aku menyukai Sabian, aku tidak ingin melihat siapun mendekati laki - laki milikku itu. Jadi aku harus menjadikannya kekasihku. Tapi dengan polosnya dia memintaku menjadi submissivenya. Aku bahkan hampir gila saat mendengarnya. Tapi jika aku tidak menerima persyaratan konyol itu aku tidak akan bisa memilikinya"
"Hahaha menarik. Kenapa kau bisa menyukai laki - laki seperti itu?"
"Entahlah. Dia begitu menarik dimataku. Dan hey jangan coba-coba menertawakanku jika tidak ingin wajah kalian ku hancurkan!!"
"Santai dude. Jadi apa kau akan membiarkan ini terjadi?" Alex menatap Richard, dia yakin Richard pasti memiliki cara untuk menaklukkan kekasihnya itu. Tapi Richard hanya mengedikkan bahunya acuh.
"Bagaimana jika kau membuatnya menyerah untuk menjadi dominant? Aku yakin laki - laki manis seperti Sabian tidak akan bisa menjadikanmu submissive Richard" Richard langsung menyeringai kecil saat menatap Sam.
"Aku sedang memikirkannya. Dan untuk kalian, aku peringatkan. Jika aku mendengar ada seseorang yang menyebutku submissive, kalian akan habis di tanganku" Ancam Richard sambil mengarahkan kepalan tangannya kearah dua temannya itu.
"Haha santai kawan. Kami tidak akan melakukannya, kami hanya akan membantumu membuat laki - laki manis itu pasrah di bawahmu hahaha"
Richard langsung menendang perut Alex dan meninggalkan laki - laki tan yang masih meringis sakit itu masuk ke dalam kamarnya yang tenang. Dia perlu berpikir bagaimana caranya menaklukkan Sabian dan membuat dia menjadi submissive Richard. Bukan seperti si mesum Alex. Cih! Richard hanya ingin membuat Sabian sadar akan posisinya sebagai submissive. Tapi diam-diam Richard menyeringai kecil, dia membayangkan bagaimana laki - laki mungil itu pasrah di bawahnya setelah Sabian menjadi submissivenya.
**
Hari pertama.
Sabian berjalan di koridor sekolah sambil bersenandung kecil. Dia tidak sadar jika sedari tadi Richard mengikutinya.
"Pagi sayang~"
"Ah Richard. Pagi~" Sabian tersenyum dengan eyes smilenya membuat Richard tidak tahan untuk tidak mengecup pipinya.
"Apa kau sudah sarapan? Ingin sarapan bersa.." Sabian langsung menutup bibir Richard menggunakan jari telunjuknya.
"Richard, seharusnya aku yang menanyakan hal itu kepadamu. Apa kau sudah sarapan? Ingin sarapan bersamaku? Kau submissive ku Richard!" Richard memutar bola matanya malas tapi akhirnya dia tersenyum.
"Baiklah maafkan aku. Aku belum sarapan dan aku ingin sarapan bersamamu" Sabian tersenyum manis dan menarik tangan Richard menuju kantin sekolah.
Semua mata menatap heran sepasang kekasih itu. Mereka tidak percaya jika Richard bisa sedekat itu dengan seorang Sabian Byun. Selama ini Richard selalu bersama dengan dua orang teman berandalnya dan tidak ingin berdekatan dengan siapapun di sekolah. Tapi saat ini, Richard makan bersama laki - laki manis itu? Bagaimana bisa?
"Richard, kenapa mereka semua melihat kearah kita?" Sabian sejujurnya sangat tidak nyaman saat semua mata melihat kearahnya tidak seperti Richard yang sudah sangat terbiasa dengan hal itu.
"Apa kau tidak nyaman?" Sabian mengangguk pelan, Richard mengerti dan berdiri dari tempatnya menatap satu-satu mata yang melihat kearahnya dan juga kekasihnya.
"Apa yang kalian lihat hah?! Kalian membuat kekasihku tidak nyaman! Berhenti melihat kearah kekasihku sebelum aku menghancurkan kedua bola mata kalian!!" Richard berteriak kencang membuat semua yang berada di kantin beringsut takut termasuk Sabian. Mereka langsung menundukkan wajah mereka tidak berani menatap Richard.
Richard kembali duduk di kursinya dan tersenyum kearah Sabian.
"Lanjutkan makanmu sayang" Sabian hanya menurut tanpa protes sedikitpun. Richard mengerikan! Apakah dia bisa menjadi dominant Richard? Tapi dia tidak akan menyerah, dia pasti bisa.
Setelah selesai sarapan, Sabian mengantar Richard menuju kelasnya. Sabian memaksa, karena dia dominant dia harus menjaga Richard seperti yang biasa Alex lakukan untuk Dean. Di sepanjang koridor banyak terdengar bisik-bisik siswa sambil sesekali melirik kearah mereka.
"Mereka sepasang kekasih? Bagaimana mungkin!"
"Aku tidak percaya. Aku kasian pada si manis itu"
"Richard benar-benar kejam, bagaimana mungkin dia menjadikan si polos itu kekasihnya? Aku yakin Richard mengancamnya"
"Ah hidup mu tidak akan tenang manis"
"Bertahanlah dengan Richard. Dia sangat kejam"
Dan masih banyak lagi bisikan-bisikan yang terdengar, tapi Richard mengabaikannya. Tapi Sabian tidak. Dia sangat tidak nyaman dengan hal itu, Richard tidak seperti yang mereka semua katakan. Richard tidak seburuk itu! Richard selalu bersikap baik padanya, ya walaupun dia cukup mengerikan. Tapi Richard tidak pernah menyakitinya apalagi mengancamnya. Richard hanya memaksanya saja.
"Berhenti mengatakan hal seperti itu tentang Richard!" Tanpa sadar, Sabian mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya membuat semua mata yang tadi memperhatikannya diam di tempat.
"Kenapa sayang?" Richard langsung menatap Sabian yang terlihat seakan ingin menangis. Laki - laki mungil itu menatap semua siswa yang ada di koridor itu dengan kesal.
Richard juga menatap tajam semua siswa yang berada di koridor itu seperti memberitahukan bahwa jika berani mengganggu kekasihnya, mereka akan mati saat itu juga! Semua orang bungkam dan langsung menundukkan kepalanya takut.
"Jangan mengatakan hal buruk tentang Richard atau aku akan menghajar kalian! Ayo Richard kita ke kelasmu" Sabian langsung menggenggam tangan Richard meninggalkan semua mata yang melihat mereka tidak percaya. Hey Sabian itu di kenal sebagai laki - laki polos yang manis. Bagaimana mungkin dia mengeluarkan kata-kata mengancam seperti itu. Pasti Richard sudah mencuci otaknya.
**
Sabian, Louis dan Dean sedang asyik bercerita tentang drama korea yang sedang di tayangkan di tv malam tadi. Drama yang di peran kan oleh aktor bernama Song Jongki itu membuat ketiga laki - laki cantik itu berceloteh dengan hebohnya.
"Ugh kalian lihat kan? Dia sangat tampan. Ah jika saja aku bisa menjadi kekasihnya" Louis menatap langit - langit kelasnya dan bekhayal jika dirinya sedang menikmati saat- saat bersama aktor kesayangannya itu.
"Bukankah kau menyukai Sam, Lou. Jangan bermimpi terlalu tinggi! Sam saja tidak mau bersamamu apalagi Song Jongki" Louis langsung memukul kepala Dean dengan kesal.
"Sialan! Sam hanya malu. Sebenarnya diam – diam dia menyukaiku" Louis berteriak kesal, Dean dan Sabian hanya memutar bola matanya malas.
"Aku tidak yakin. Jadi serahkan Jongki padaku saja, kau sudah memiliki Sam itu" Sabian mengambil keripik kentang yang ada di meja mereka dan memakannya.
"Hehe tidak bisa, Song Jongki pasti rela menjadi selingkuhanku. Aku yakin itu Hahaha"
"Dalam mimpimu!" Sabian yang kesal langsung melempar keripik kentang di tangannya kearah Louis.
"Kau juga sudah memiliki Richard, Biii.."
"Jadi kenapa?"
Karena pertengkaran bodoh mereka itu, mereka tidak sadar jika ada seorang perempuan yang menghampiri mereka. Dean menatap bingung perempuan yang tidak di kenalnya itu.
"Ma..Maaf Sabian Byun?"
"Sabian" Dean menepuk lengan Sabian dan mengisyaratkan kepalanya untuk menoleh kearah belakang.
"Kenapa?" Tanya Sabian tapi dia tetap menoleh ke belakang.
"Sabian?" Tanya perempuan itu dengan wajah yang di penuhi air mata yang sudah mengering.
"Ya?" Sabian menautkan alisnya bingung melihat perempuan itu. Ada apa dengan perempuan ini? kenapa dia terlihat baru saja menangis.
"Sabian hiks.."
Ketiga laki - laki cantik itu semakin bingung saat perempuan itu menangis di depan mereka.
"Eh ada apa? Kenapa kau menangis?" Sabian langsung berdiri mendekati perempuan itu dan menepuk bahunya pelan.
"Tolong..Tolong aku Sabian" perempuan itu menatap Sabian dengan air mata yang masih mengalir di pipinya.
"Kau ingin meminta tolong apa?"
"Kekasihku hiks.. Richard akan.. akan menghajarnya hiks.. tolong dia Sabian.. selamatkan kekasihku hiks.. aku mohon" Sabian menatapnya bingung. Richard? Kekasihnya? Richard akan menghajar kekasihnya?
"Richard akan menghajarnya? Kenapa?" Tanya Louis yang sudah berdiri di belakang Sabian.
"Dia..dia tidak sengaja menumpahkan ramen di baju Richard. Jadi hiks.. dia membawanya pergi. Sabian, ku mohon selamatkan kekasihku" Perempuan itu menatap Sabian sambil memohon, Sabian menghela nafasnya dan mengangguk. Richard benar-benar membuatnya marah. Bukankah dia sudah memperingatkan jika Richard tidak boleh berkelahi lagi. Richard itu submissive! For god's sake! Dia harus manis dan menggemaskan. Dia tidak boleh berkelahi!
"Baiklah. Dimana mereka?" Sabian langsung mengikuti langkah perempuan itu keluar di ikuti oleh Dean dan Louis. Perempuan itu membawa Sabian kearah gudang belakang sekolah yang tidak terpakai lagi.
"Di..disana, Richard membawanya kesana" Sabian melangkah mendekati gudang itu dengan ragu. Hey walaupun dia kekasih Richard, rasa takut itu masih ada. Richard itu berandalan sadis kau ingat bukan? Tapi Biii, kau tidak ingat kah jika kau adalah dominant? Kenapa kau takut dengan submissive mu sendiri?
"Benar, dia submissive ku. Kenapa aku harus takut dengannya" Dengan langkah pasti Sabian membuka pintu gudang itu. Sabian melebarkan kedua matanya melihat Richard bersama kedua teman berandalnya itu sedang menghajar laki - laki bertubuh tidak jauh lebih tinggi darinya dan sedang mengerang kesakitan di atas lantai.
"RICHARD PARK!!" Teriakan Sabian itu mampu membuat pergerakan Richard berhenti. Laki - laki tinggi itu langsung membalikkan tubuhnya dan terkejut saat melihat kekasih mungilnya berdiri di depan pintu.
"Sabian? Bagaimana bisa kau ada disini sayang?"
"Kenapa kau menghajarnya Richard!!" Sabian melangkah mendekati Richard dan langsung menarik telinga lebar laki - laki tinggi itu.
"Bukankah sudah ku katakan jika kau tidak boleh berkelahi lagi?! Kau itu submissive Richard! Kau harus manis dan menggemaskan seperti Dean! Kau mendengarku?"
Richard mengerang sakit saat Sabian semakin menarik telinganya. Sam dan Alex yang berdiri tidak jauh dari sana harus mati-matian menahan tawa mereka. Hell yeah, Richard si berandalan sadis langsung mengerang sakit saat telinganya di tarik oleh kekasih manisnya itu? Haha menggelikan. Richard bahkan pernah hampir mati saat berkelahi dengan segerombolan preman, tapi lihatlah ini? Haha dia bahkan tidak bisa melawan laki - laki manis yang terlihat rapuh itu.
"Ah lepas sayang. Ini sakit!" Sabian melepaskan telinga Richard dan melipat kedua tangannya sambil menatap tajam laki - laki tinggi itu.
"Lihat lah. Bukankah itu sakit? Bagaimana jika kau ku hajar seperti kau menghajar laki - laki ini!"
"Sayang~" Richard mengusap telinganya yang terlihat memerah itu. Sabian mempoutkan bibirnya kesal.
"Apa?"
"Ini tidak seperti yang kau lihat, kami hanya bermain Biii. Benarkan?" Richard langsung melirik kearah kedua temannya dan mengisyaratkan agar cepat membantunya.
"Benar manis. Kami hanya bermain. Benarkan Ron?" Tanya Alex sambil membantu laki - laki yang tergeletak di lantai itu untuk berdiri. Richard menatap tajam laki - laki itu agar mengikuti apa yang di perintahkannya.
"Be..benar. kami..kami hanya sedang bermain. Aku.. aku kalah jadi mendapat pukulan" laki - laki yang di panggil Ron itu tersenyum kecil untuk membuat Sabian percaya.
"Benarkah seperti itu?" Tanya Sabian dengan polosnya. Ke empat laki - laki itu langsung menganggukkan kepala mereka.
"Seharusnya kalian mengatakan lebih awal jika kalian sedang bermain. Ugh apa itu sakit?" Tanya Sabian sambil menyentuh telinga kekasihnya. Richard menganggukkan kepalanya dengan wajah kesakitan yang dibuat-buat.
"Ayo ke ruang kesehatan. Aku akan mengobatinya" Sabian langsung menarik Richard pergi meninggalkan gudang itu. Setelah di rasa Sabian dan Richard sudah jauh, Alex melepaskan tangannya yang membantu laki - laki itu berdiri tadi.
"Jangan katakana apapun pada Sabian jika tidak ingin nyawamu melayang di tangan Richard" Alex pergi meninggalkan laki - laki itu bersama dengan Sam. Di Luar gudang Alex bertemu dengan Dean dan Louis.
"Baby, kenapa kau disini?"
"Sabian mana?" Dean melihat sekeliling gudang tapi tidak melihat keberadaan Sabian disana.
"Dia pergi bersama Richard"
"Apa terjadi sesuatu?" Tanya Louis kepada Sam.
"Tidak"
"Baiklah. Ayoo Sam kita makan di kantin, aku lapar" Louis langsung bergelayut manja di lengan Sam dan berjalan mengikuti langkah sepasang kekasih di depan mereka.
**
Sabian sedang mengompres telinga Richard yang terlihat baik-baik saja itu. Tapi laki - laki tinggi itu selalu mengeluh sakit membuat Sabian panik dan terus menatap khawatir kekasih tingginya.
"Apa benar-benar sakit?"
"Tentu. Kau menariknya terlalu kuat tadi" Richard membuat wajahnya seperti merasakan kesakitan yang amat sangat. Sejujurnya dia hanya ingin mengerjai kekasihnya ini sekaligus bermanja-manja padanya.
"Maafkan aku Richard. Aku salah" Sabian menundukkan kepalanya, matanya berkaca-kaca membuat Richard terkejut. Hey dia hanya sedang mengerjai Sabian. Kenapa Sabian nya seperti ingin menangis?
"Biii? Ada apa?" Richard meraih dagu Sabian untuk mengangkat wajah laki - laki mungil itu.
"Aku.. hiks.. menyakiti Richard hiks.." Sabian menatap Richard dan mulai menangis karena rasa bersalah. Biii! Richard hanya berpura-pura sakit.
"Hey kenapa kau menangis?" Richard benar-benar ingin tertawa saat melihat wajah Sabian saat ini. tapi dia tidak tega untuk melakukannya. Jadi dia hanya menghapus air mata Sabian di pipinya.
"Hiks.. aku menyakiti Richard hiks.. padahal Richard tidak melakukan kesalahan apapun hiks.. Richard hanya bermain saja tadi hiks.. Richard hiks.."
Richard langsung menarik Sabian ke pangkuannya lalu memeluk erat laki - laki mungil itu.
"Aku baik-baik saja sayang. Berhenti menangis oke?" Richard mengecup puncak kepala Sabian dan sesekali terkekeh geli melihat tingkah kekasihnya itu.
"Tapi., tapi tadi Richard bilang itu sakit"
"Ya memang sakit. Tapi sekarang sudah baik-baik saja. Jangan menangis lagi oke?" Sabian mengangguk sambil tersenyum manis. Richard menghapus air mata Sabian dan mengecup lembut bibir softpink milik kekasihnya itu.
"Kau terlihat semakin cantik jika tersenyum"
"Ugh aku laki - laki dan aku dominant!" Richard tertawa dan kembali memeluk Sabian yang masih duduk di pangkuannya itu.
"Hehe baiklah dominant ku sayang"
**