Chereads / Got You / Chapter 2 - Part 2

Chapter 2 - Part 2

Richard membawa Sabian ke kantin sekolahnya. Richard benar-benar lapar tadi dan ingin ke kantin sekolah sebelum laki - laki sialan itu menghancurkan moodnya. Tapi melihat Sabian yang duduk di depannya sambil menundukkan kepalanya itu tidak bisa membuat Richard menyembunyikan senyum di wajahnya walaupun hanya senyuman kecil.

"Kau ingin makan apa manis?" Sabian mengangkat kepalanya dan matanya langsung menatap Richard takut. Tanpa sadar dia menggigit bibir bawahnya pelan. Richard yang melihatnya hanya bisa meneguk ludahnya kasar. What the hell! Dia benar-benar ingin menyicipi bibir merah muda menggoda milik laki - laki mungil didepannya itu. Tapi mereka bukanlah sepasang kekasih. Richard harus menahan hasratnya untuk melumat bibir Sabian itu. Tapi seperti ada yang aneh, hey ini bukanlah seperti Richard yang biasanya. Laki - laki tinggi itu kan selalu melakukan sesuatu dengan seenaknya, tapi kenapa dia menahan dirinya di depan laki - laki mungil ini? Ada apa dengan Richard?

"Aku..Aku tidak lapar" Sabian benar-benar takut jika Richard marah setelah mendengar jawaban darinya. Jadinya dia kembali menundukkan wajahnya manisnya itu.

"Baiklah. Tapi kau harus menemaniku makan" Sabian melebarkan kedua matanya tidak percaya saat sadar Richard tidak marah padanya. Laki - laki tinggi melangkah mengambil makanannya meninggalkan Sabian di mejanya.

"Dia tidak marah padaku? Hufftttt" Sabian akhirnya bernafas lega.

Tidak berapa lama Richard kembali kemejanya dengan membawa makanan serta satu cup ice cream strawberry.

"Ini untukmu" Richard menyodorkan ice cream itu kearah Sabian. Sabian terdiam menatap Richard, ice cream strawberry itu kesukaannya tentu saja karena itu strawberry.

"Kau tidak mau?" Tanya Richard karena melihat Sabian yang hanya diam sambil memandangi ice cream yang dia berikan.

"Ah tentu aku mau. Thankyouu" Sabian tersenyum manis. Dia tidak ingin mengambil resiko Richard marah padanya karena Sabian menolak pemberiannya itu.

"Manisnya" Richard tersenyum sambil mengacak rambut Sabian gemas. Sabian hanya tersenyum kikuk menanggapi perlakuan Richard itu.

"Yo Richard. Kau dari mana sialan!" Kedua teman Richard muncul sambil memukul pelan bahu laki - laki tinggi itu.

"Berisik! Jangan mengganguku"

"Woo Woo kenapa kau marah?" Laki - laki tan yang berdiri di kiri Richard menangkap sosok mungil di depan Richard yang sedang menghabiskan ice creamnya dengan wajah yang sangat menggemaskan.

"Hey siapa si manis ini. Tunggu dulu.. bukankah kau Sabian?"

"Kau mengenalnya?" Tanya laki - laki berkulit putih yang berdiri di sebelahnya.

"Tentu saja, dia salah satu teman Dean"

"Apa kalian tidak bisa diam ! Aku sedang makan! Jangan menggangguku!" Richard menatap kedua temannya kesal sedangkan Sabian langsung beringsut takut setelah mendengar teriakan Richard tadi.

"Jangan takut manis. Richard memang seperti ini" Sam menepuk bahu Sabian pelan membuat Richard semakin murka.

"JANGAN MENYENTUHNYA!" Sam langsung menarik tangannya dari bahu Sabian dan mendorong Alex untuk pergi meninggalkan kantin sebelum wajah mereka hancur di hajar Richard.

Richard menghela nafas kesal dan tersenyum kecil kearah Sabian.

"Lanjutkan makanmu" Sabian hanya menganggukkan kepalanya pelan dan menghabiskan ice cream itu. Richard menatap Sabian, menelusuri pahatan sempurna wajah laki - laki mungil di depannya itu. Sabian benar-benar cantik untuk seorang laki - laki. Dia mungil, wajahnya menggemaskan dan manis. Richard benar-benar tidak bisa menahan senyuman di wajahnya.

Dia sudah menantikan kesempatan seperti ini selama tiga bulan setelah pertemuan pertama mereka. Richard hanya tersenyum dan terus menatap wajah laki - laki mungil di depannya. Sepertinya penguasa sekolah kita sedang jatuh cinta dude.

**

"Pulang bersamaku,mengerti?" Sabian menganggukkan kepala pelan tidak berani membantah penguasa sekolah itu. Setelah menemani Richard makan di kantin, Richard mengantar Sabian kembali kekelasnya.

"Baiklah. Masuklah ke kelas"

"Ya..Ya" Richard mengusak rambut Sabian dengan gemas lalu meninggalkan laki - laki mungil itu di depan kelasnya. Semua mata yang melihat kejadian itu hanya menatap tidak percaya kearah Richard dan Sabian bergantian. What the hell! Bagaimana mungkin penguasa sekolah yang terkenal sadis itu bersikap seperti itu kepada Sabian. Padahal yang mereka bayangkan adalah keadaan Sabian yang mengenaskan setelah di tarik Richard tadi.

"Sabiaan~" Louis dan Dean langsung menarik Sabian masuk kedalam kelasnya.

"Apa yang terjadi? Richard tidak melukaimu bukan? Ya kan? Ya kan? Jawab aku Biii!" Louis terlihat sangat panik saat ini. Dia tidak ingin temannya itu kenapa-kenapa setelah di bawa pergi berandalan sadis itu.

"Aku baik-baik saja Lou" Sabian tersenyum kepada Louis.

"Benarkah? Dia tidak memukulmu atau menghajarmu atau.."

"Tidak, Richard hanya memintaku menemaninya makan di kantin"

"What?!! Benarkah? Bagaimana bisa?" Tanya Louis tidak percaya sambil menatap Sabian

"Entahlah. Dia bahkan membelikan aku ice cream strawberry" Louis dan Dean saling pandang untuk beberapa saat sebelum menatap tajam Sabian.

"Biii.."

"Kenapa?" Tanya Sabian, dia mengenyit bingung saat melihat raut serius di wajah kedua temannya.

"Sepertinya Richard menyukaimu"

Sabian melebarkan matanya kaget saat mendengar apa yang baru saja Louis katakan. Richard menyukainya? Are you kidding me?

"Haha Lou kau bercanda? Bagaimana mungkin Richard menyukaiku? Haha sangat lucu Louis" Dean dan Louis kembali saling pandang lalu memegang kedua pipi Sabian.

"Bersiaplah Biii"

"Bersiap untuk apa?"

"Pantatmu"

"Apa?" Sabian menatap Dean dengan mulut terbuka. Apa yang baru saja Dean katakan?

"Aku yakin milik Richard sangat besar" Sabian mengalihkan pandangannya kearah Louis. Akhirnya dia mengerti arah pembicaraan kedua temannya itu. Sabian meneguk ludahnya gugup. Tapi kenapa dia gugup? Milik Richard besar, jadi apa hubungannya dengan Sabian?

Louis dan Dean menatap Sabian dengan seringai kecil di wajah mereka.

"Jadilah submissive yang manis Biii"

DEG

Submissive? Hell no!!!! Aku tidak ingin jadi submissiveeee!!!! Tidaaakkkkkkkkkk !!!!! Sabian berteriak dalam hati sambil menggelengkan kepalanya kuat.

**

"Sabian ayo pulang" Richard sudah berdiri di depan kelas Sabian sedetik setelah bel pulang terdengar. Sabian tersentak kaget saat mendengar suara bariton itu memanggilnya. Louis dan Dean menatap Sabian lalu mengisyaratkan Sabian untuk menuruti perintah penguasa sekolah itu.

Seluruh teman sekelas Sabian langsung menatap Sabian tidak percaya. What the hell itu penguasa sekolah mereka, dan si penguasa sekolah itu sedang mengajak Sabian pulang bersama? Ini adalah berita heboh yang pasti akan menjadi gosip di sekolah. Bahkan teman sekelas Sabian yang ingin keluar dari kelas itu berhenti melangkah dan lebih memilih menjauh dari Richard yang masih berdiri di depan pintu kelas itu.

Sabian melangkah pelan mendekati Richard. Alex yang memang ingin menjemput Dean bingung kenapa Richard berdiri di depan kelas kekasihnya itu.

"Yo Richard. Kenapa kau disini?" Alex menepuk bahu Richard pelan. Sam tiba setelahnya dengan meminum bubble tea. Louis yang melihat ada Sam langsung berteriak kencang dan menghampiri Sam.

"Sam kenapa kesini? Mau menjemputku juga?" Tanya Louis sambil bergelayut manja di lengan Sam.

"Menjemputmu?" Tanya Sam dengan satu alis terangkat. Louis menganggukkan kepalanya dengan semangat.

"Richard menjemput Sabian dan Alex menjemput Dean. Dan kau pasti menjemputku bukan?" Sam melepaskan tangan Louis yang bergelayut di lengannya.

"Tidak" Louis mempoutkan bibirnya kesal sambil melipat kedua tangannya. Sam terlaLu dingin.

"Ayo pulang baby" Alex merangkul Dean dan meninggalkan kedua temannya itu.

"Lou kau bisa pulang bersamaku dan Richard" Sabian menepuk bahu Louis pelan. Laki - laki cantik itu melirik Richard dan langsung mendapatkan tatapan tajam mematikan darinya. Louis meneguk Ludahnya kasar lalu tersenyum kearah Sabian.

"Tidak Biii, aku akan pulang bersama Sam. Byeee" Louis langsung menarik tangan Sam pergi walaupun mendapat penolakan keras dari Sam, Louis terus menariknya pergi. Dia memilih untuk kabur dari pada mati di tangan Richard.

"Ayo pulang" Sabian berjalan mengikuti langkah Richard menuju mobil laki - laki tinggi itu.

"Sabian" tiba-tiba seorang laki - laki memanggilnya. Sabian berhenti melangkah dan membalikkan tubuhnya kearah laki - laki yang baru saja memanggilnya itu. Richard yang mendengar itu juga ikut berhenti dan membalikkan tubuhnya kearah laki - laki yang baru saja memanggil laki - laki mungilnya.

"Ah Josh. Kenapa?" Josh melirik kearah Richard yang berdiri di sebelah Sabian. Dengan ragu laki - laki berwajah kotak itu mendekati Sabian.

"Ini bukumu yang aku pinjam waktu itu. Thankyou Biii" Josh tersenyum kearah Sabian. Sabian menganggukkan kepalanya pelan dan mengambil buku yang baru saja di kembalikan Josh padanya itu.

"Baiklah. Jika kau butuh buku lain lagi jangan sungkan untuk bertanya padaku" Sabian tersenyum manis dan Josh terlihat gugup setelahnya.

"Ah Biii apa kau punya waktu sabtu ini? Sepupuku memberikan dua buah tiket konser. Maukah kau pergi denganku sabtu ini? " Richard langsung menatap tajam laki - laki yang berdiri di depan Sabian itu. Jika hanya sekedar mengembalikan buku Richard bisa menahan emosinya, tapi mendengar jika laki - laki itu berani mengajak laki - laki mungilnya pergi. Hell! Bersiaplah kau mendapat amukan penguasa sekolah ini.

"Menyingkir atau mati?" Richard langsung mencengkram erat kerah seragam Josh. Richard menatap Josh dengan tatapan membunuh. Seketika tubuh laki - laki berwajah kotak itu bergetar takut. Kenapa tiba-tiba Richard marah padanya? Apakah dia sudah mengganggu Richard? Seingatnya dia tidak berbicara satu katapun padanya. Jadi kenapa Richard marah? Sabian juga terkejut dengan apa yang Richard lakukan kepada Josh, kenapa tiba-tiba Richard marah? Laki - laki mungil menatap wajah Josh yang seperti kesakitan saat Richard semakin mengeratkan cengkramannya.

"Richard..." Dengan gerakan ragu, Sabian menarik tangan Richard yang mencengkram kerah baju Josh. Richard langsung mengalihkan pandangannya kearah laki - laki mungil itu.

"Kenapa? Kau ingin pergi dengannya? Jika kau memilih itu, akan ku hajar laki - laki ini"

GLEK

Sabian meneguk Ludahnya kasar. Jadi dia tidak ingin aku menerima ajakan Josh? Tapi aku memang ingin menolaknya pikir Sabian.

"Bukan begitu, maaf Josh aku tidak bisa pergi. Ayo pulang Richard" Sabian langsung melingkarkan tangannya di lengan Richard. Laki - laki tinggi itu sempat terkejut dengan apa yang Sabian lakukan. Dengan kasar Richard melepaskan Josh yang terlihat sudah kesulitan bernafas.

"Jangan mencoba untuk mendekatinya" Ancam Richard dengan tatapan membunuhnya lalu merangkul Sabian pergi. Josh hanya bisa mengatur nafasnya sambil melihat Sabian dan Richard yang semakin menjauh.

"SIAL!!"

**

"Dimana Sabian?" Richard muncul di depan Dean dan Louis yang sedang asyik membicarakan coklat dan cake lucu di salah satu toko kue dekat sekolah mereka. Louis dan Dean saling berpandangan lalu menatap Richard dengan takut.

"Eum.. tadi Senior Max membawanya pergi" Louis dan Dean semakin takut saat melihat Richard mengepalkan tangannya kuat.

"Mereka pergi kemana?"

"Per..Perpustakaan" Richard langsung melangkah pergi dengan bantingan pintu kelas sebagai ucapan selamat tinggalnya.

"Aku seperti baru saja terbebas dari kematian" Louis menghela nafasnya lega. Dean menganggukkan kepalanya tanda setuju kepada Louis.

__

Richard langsung melangkah lebar memasuki perpustakaan itu mengabaikan petugas perpustakaan yang berteriak melarangnya masuk. Matanya bergerak dengan liar mencari ke setiap sudut untuk menemukan laki - laki mungilnya.

"Sial! Dimana dia membawa Sabianku!" Richard kembali menelusuri barisan buku-buku itu sebelum matanya menangkap surai hitam milik Sabian tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Kaki - kaki panjangnya melangkah dengan cepat mendekati laki - laki mungilnya itu. Tapi emosinya langsung meluap saat melihat pemandangan yang di suguhkan matanya itu. Sabian sedang di rangkul dengan mesranya di depan mata Richard.

"Bian" Richard memanggil Sabian. Laki - laki mungil yang tadinya masih asyik membaca buku langsung membalikkan tubuhnya dan sangat terkejut saat melihat Richard berdiri di belakangnya dengan tangan yang terkepal kuat.

"Oh..Richard? Sedang apa kau disini?" Sabian benar-benar terkejut melihat Richard berada di perpustakaan. Hell! Richard itu anak nakal yang selalu membolos semua mata pelajaran di kelasnya, bagaimana bisa berada di perpustakaan? Apa dia salah makan pagi tadi? Sabian tidak tau.

"Apa aku tidak boleh berada disini?" Tanya Richard sambil menatap tajam Sabian. Sabian langsung menggelengkan kepalanya takut. Apa aku salah bicara? Pikir Sabian.

"Tidak Tidak maksudku ya kau itu..hm.." Sabian benar-benar gugup, dia tidak tau harus mengatakan apa kepada Richard.

"Jadi apa yang kau lakukan disini Sabian? Berpacaran dengan laki - laki ini?" Richard langsung mendelik tajam kearah laki - laki yang masih setia berdiam diri di sebelah Sabianya itu.

"Ah tidak, Senior Max hanya membantuku untuk mencari buku ini" Sabian memperlihatkan buku di depannya.

"Shit!" Sedetik kemudian Richard langsung memukul wajah Max tepat di depan Sabian.

"Richard!" Teriak Sabian. Richard langsung menarik tubuh Sabian ke pelukannya dan menatap tajam laki - laki yang terjatuh di lantai akibat pukulan Richard tadi.

"Dia milikku brengsek! Jangan pernah kau menyentuhnya bahkan seujung jaripun!" Richard langsung menarik Sabian pergi meninggalkan perpustakaan itu tanpa peduli dengan seluruh siswa yang tadi melihat perkelahian itu.

**

Richard membawa Sabian keatap sekolah. Laki - laki tinggi itu menutup pintu dengan kasar dan langsung mengunci Sabian di dinding dengan tubuhnya.

"A..Apa mau mu?" Tanya Sabian dengan suara bergetar. Hell! Bersama dengan penguasa sekolah yang sadis ini membuat nyali Sabian ciut juga. Dia masih ketakutan setelah peristiwa pemukulan kepada Max tadi.

"Sabian Byun, jadilah kekasihku!" Sabian terdiam mematung di depan laki - laki tinggi yang mengurung tubuhnya itu.

"What?!!" Sabian masih memproses apa yang terjadi.

"Jadilah kekasihku! Jadi jawabanmu ya atau ya?" Richard menatap intens kedua bola mata Sabian

"Apa maksudmu? Jadi aku tidak bisa menolak, begitu?" Sabian mengernyit bingung. Apa maksudnya ini? Richard memintanya menjadi kekasih tapi Sabian tidak boleh menolaknya? Its unfair!

"Aku tidak menerima penolakan" Jawab Richard dengan nada dingin yang mengintimidasi. Sabian menggigit bibirnya gugup tapi dia mencoba untuk melawan walaupun dia ragu Richard akan melepaskannya.

"Bagaimana mungkin bisa seperti itu!"

"Tentu saja bisa"

"Aiisshh kau gila? Tiba-tiba menarikku dan memintaku menjadi kekasihmu dan yang lebih parahnya, aku tidak boleh menolak? Astaga apakah otakmu terbentur sesuatu tadi?" Sabian mengacak rambutnya frustasi. Sabian benar-benar berada dalam lingkaran hidup dan matinya saat ini.

"Aku menunggu jawabanmu Sabian Byun" Richard semakin mendekatkan wajahnya kearah Sabian. Laki - laki mungil itu semakin kuat menggigit bibirnya lalu menghela nafasnya pasrah.

"Apa aku punya pilihan lain?" Laki - laki tinggi itu tersenyum lebar dan mengecup sekilas bibir tipis Sabian. Richard ingim memeluk laki - laki mungil itu, tapi Sabian langsung menahan dadanya

"Tapi aku mempunyai syarat"

Richard menaikkan satu alisnya penasaran. Syarat? Ah baiklah aku akan mengabulkannya Sabian pikir Richard.

"Apa itu sayang? Akan aku lakukan semuanya untukmu"

"Kau berjanji tidak akan menolaknya?" Sabian menatap Richard dengan ragu. Richard langsung menganggukkan kepalanya meyakinkan laki - laki mungilnya itu.

"Tentu saja aku berjanji. Seorang laki - laki tidak akan pernah mengingkari janjinya"

"Baiklah, dengarkan aku"

"Ya?"

Sabian menggigit bibir bawahnya gugup. Dia sudah pasti tidak akan bisa menolak Richard. Mata laki - laki mungil itu melirik takut sesuatu yang menonjol di celana Richard. Dia mengeram bodoh di dalam hati bisa-bisa nya dia melirik kearah itu.

Tapi tubuhnya seketika membeku saat mengingat mimpinya malam tadi. Saat benda panjang dan besar itu menerobos tubuhnya. Sabian menggeleng kuat. Tidak! aku harus jadi dominant! Aku tidak ingin benda itu masuk kedalam ku!

Sabian yakin, Richard pasti akan melakukannya nanti bersamanya mengingat status mereka saat ini. Hey mereka remaja muda yang hormonnya masih menggebu-gebu. Dia mengingat Dean yang selalu kesulitan berjalan sembari meringis sakit. Dia tidak ingin merasakan hal itu. Dan Sabian sangat yakin jika milik Richard itu sangat besar seperti yang ada di mimpinya itu atau mungkin jauh lebih besar dari yang ada di mimpinya. Tidaakkk!! Aku tidak mau merasakannya. Tidak! Tidak! Tidak!

Sabian melirik wajah Richard yang menatapnya menunggu persyaratan dari Sabian untuknya. Sabian menggigit bibirnya kuat dan menghela nafasnya. Aku harus jadi dominant! Yakinnya dalam hati. Jika Richard menolak tidak apa-apa. Setidaknya dia terbebas dari jeratan laki - laki berandal ini dan bisa mencari submissive - submissive yang lain.

"Aku bersedia menjadi kekasihmu. Tapi.. Tapi kau harus menjadi submissive ku!"

Tubuh laki - laki tinggi itu seketika menegang setelah mendengar syarat yang ucapkan oleh kekasih mungilnya itu. wh..what? Submissive? What the f*ck!

Richard menatap Sabian tidak percaya. Dia melihat Sabian yang terlihat gugup sambil menggigit bibirnya. Sejujurnya Richard sudah tidak tahan untuk melumat bibir mungil itu. Tapi mereka bukanlah sepasang kekasih, dia tidak ingin Sabian membencinya. Well sebelum Richard menyetujui persyaratan dari Sabian mereka belum resmi menjadi sepasang kekasih.

"Apa Biii? Submissive? Haha itu tidak mungkin sayang. Kau yang seharusnya menjadi submissiveku"

Sabian tau permintaanya itu amat sangat konyol dan menggelikan. Bagaimana mungil seorang penguasa sekolah yang sadis ini ingin di jadikan submissive olehnya. Hey lihat saja tubuh mereka, bisa kau lihat bukan siapa yang lebih pantas menjadi submissive disini.

"Eitss Richard Park bukankah kau sudah berjanji tidak akan menolaknya? Apa kau ingin mengingkarinya? Hey bukankah kau yang mengatakan jika laki - laki tidak akan pernah mengingkari janji yang di buatnya? Tapi jika kau menolak tidak apa-apa. Tapi aku tidak ingin menjadi kekasihmu"

Tubuh Richard menegang. Astaga aku bermimpi apa malam tadi sehingga aku harus menjadi submissive laki - laki manis ini? What the f*ck! Berandalan sadis harus menjadi submissive laki - laki mungil dan manis ini. apa yang akan di katakan kedua temannya nanti? Terlebih lagi jika musuhnya mengetahui ini. Richard harus bagaimana?

Tapi jika tidak begitu dia tidak akan mendapatkan laki - laki manis yang sudah menarik perhatiannya dan mencuri hatinya selama ini. Richard tidak akan melepaskan laki - laki mungilnya itu untuk siapapun. Tapi demi tuhan syarat dari Sabian itu benar-benar tidak masuk akal. Laki - laki tinggi dengan tubuh sempurna, berandalan sadis yang tidak akan berpikir ulang untuk menghajar siapapun yang mengusiknya dan penguasa sekolah yang di takuti seluruh siswa-siswi di sekolahnya harus menjadi submissive laki - laki manis dan menggemaskan yang terlihat rapuh dan sensitive ini? Richard benar-benar gila jika menyetujuinya.

"Ba..baiklah"

See? Richard memang sudah gila oleh cintanya kepada Sabian. Laki - laki tinggi itu menyetujui syarat konyol laki - laki mungilnya. Sabian tersenyum manis dengan eyes smilenya. Dia mengecup pipi Richard lembut.

"Baiklah. Kau sekarang submissiveku bukan? Jadi kau harus bertindak seperti submissive yang cantik oke? Seperti Dean misalnya, atau Louis. Kau tidak boleh berkelahi, merokok ataupun memakai seragam seperti ini. Ingat! kau itu submissive ku Richard! kau harus terlihat manis dan menggemaskan" Richard hanya bisa menghela nafas pasrah. Mau bagaimana lagi? Dia sudah berjanji untuk tidak menolak syarat yang di ajukan Sabian. Itulah kekuatan cinta, demi bersama dengan laki - laki mungilnya itu si berandalan Richard Park rela untuk menjadi seorang submissive.

"Baiklah"

"Ugh ya ampun manisnya" Sabian mencubit pipi Richard gemas dan menarik laki - laki itu pergi.

**

"APA?!!!" Sam dan Alex melebarkan kedua matanya tidak percaya saat Richard mengatakan dirinya dan Sabian sudah menjadi sepasang kekasih sekarang. Louis dan Dean yang juga berada disana hanya diam sambil menatap Sabian juga dengan pandangan tidak percaya. What the f*ck! Bagaimana mungkin Sabian yang imut dan menggemaskan ini berpacaran dengan laki - laki berandal itu.

"Tentu saja bodoh! Bukankah begitu sayang?" Richard merangkul tubuh Sabian yang duduk di sebelahnya. Saat ini mereka berada di markas penguasa sekolah yang di buat khusus oleh kepala sekolah untuk mereka setelah menerima ancaman Richard tentunya.

"Richard~" Sabian memperingatkan Richard untuk bersikap manis. Hey Richard adalah submissive sekarang.

"Ah maaf" Richard mengecup pipi Sabian dan tersenyum penuh kemenangan kearah teman-temannya yang masih tidak percaya dengan berita yang baru saja mereka katakan.

"What the f*ck! Bagaimana bisa? Hey manis apa kau buta?" Alex menatap Sabian dengan wajah bodohnya. Richard langsung melempar Alex dengan kaleng soda di depannya.

"Richard!" Richard tersenyum lebar kearah Sabian. Sabian menghela nafasnya pelan.

"Benar, aku berpacaran dengan Richard sekarang" Richard tersenyum mengejek kearah teman-temannya. Sam dan Alex hanya memutar bola matanya malas dan ingin sekali menghajar wajah Richard.

"Tapi.." Sabian menggantungkan kalimatnya. Richard langsung menatap Sabian. Richard gugup saat itu juga, dia mempunyai firasat buruk Sabian akan mengatakan semuanya. What the hell!

"Richard itu submissive ku" Sam dan Alex tersedak ludahnya sendiri dan menatap Richard serta Sabian dengan mulut menganga. Apa? Richard submissive Sabian? Apakah tidak ada yang lebih menggelikan dari ini yang bisa di dengar oleh mereka?

"Richard submissive? HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA" Alex dan Sam langsung tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya. Louis dan Dean tertawa geli tidak sampai seheboh Alex dan Sam karena masih takut jika Richard akan menghajar mereka.

"BERHENTI TERTAWA SIALAN!!" Teriak Richard kesal. Dia tau jika Sam dan Alex akan menertawakannya. Dia tau pasti itu karena mereka sudah berteman sangat lama. Tapi melihat mereka tertawa seheboh itu membuatnya sangat kesal.

"Kau submissive? What the f*ck Richard HAHAHAHAAHAHAHAHAHAHAHAHAHA"

Richard menatap Sabian dengan bibir yang di majukan. Sabian tersenyum kecil dan terkekeh pelan.

"Kenapa?" Tanya Sabian dengan lembut sambil mengelus pipi laki - laki tinggi itu. Richard menghela nafasnya lalu menjatuhkan kepalanya dipaha Sabian.

"Kau seharusnya tidak memberitahu mereka sayang. Mereka pasti akan tertawa sampai mati" Richard menutup matanya dengan lengan kirinya. Sabian mengelus rambut abu-abu Richard itu pelan.

"Tidak apa-apa, mereka akan berhenti sebentar lagi" Richard hanya menghela nafasnya lalu membiarkan kedua temannya yang masih tertawa heboh itu. lagipula semua itu benar, Richard itu submissive Sabian.

Dean dan Louis menatap Sabian meminta penjelasan laki - laki mungil itu. Sabian hanya tersenyum sambil terus mengelus rambut Richard di pangkuannya.

"Aku akan menceritakannya nanti"

**