"Ada kalanya kita menghindar, Rein. Lo mau pergi sejenak sama gue?"
Rein mengernyit mendengar kalimat itu. Terlebih wajah Lean terlihat lesu dan lelaki itu seperti melamun. "Lean!! Lo lagi nyetir!!" teriaknya sambil menepuk pundak Lean.
Lean tersentak lalu jantungnya berdegup lebih cepat. Beruntung jalanan yang dia lewati sebuah perkampungan. Lelaki itu mengacak rambut kemudian mengemudi dengan kecepatan pelan. "Jadi lo mau kabur sama gue?"
Glek.
Rein menelan ludah, bingung harus menjawab apa. Dia menatap Lean yang terlihat stres karena masalah yang akhir ini datang bertubi-tubi itu. Namun, dia tahu tidak seharusnya menghindar dari masalah. Rein yakin jika dia kabur dengan Lean masalah baru akan timbul. Dia tidak ingin, Lean semakin terlihat murung. "Tenangin diri lo dulu," bisiknya sambil mengusap lengan Lean.