Wajah Lean mengeras melihat cincin putih yang ditunjukkan Dava. "Brengsek lo!!" Dia mendekat dan hendak melayangkan pukulan. Namun, akal sehatnya bekerja dengan cepat. Lean seketika menurunkan tangannya kemudian membuang muka.
"Kenapa nggak jadi mukul gue?" tanya Dava dengan dagu terangkat.
Tiba-tiba Lean ingat Rein. Dia tidak ingin melihat gadis itu kecewa karena dia lepas kendali. Belum lagi jika Tante Sarah melihat dia memukul Dava. Bisa-bisa image-nya semakin buruk. Selain itu Lean merasa adu fisik bukan cara menyelesaikan masalah. "Lo jangan ganggu Rein."
Dava tergelak mendengar kalimat itu. Kemudian dia tertawa. "Hahaha. Ganggu gimana?" tanyanya tidak habis pikir. "Justru gue cinta dia."
Lean menatap Dava tajam. Dia memiliki saingan baru. Kali ini saingannya seseorang yang pernah ada di hati Rein. Namun, Lean tidak ingin pesimis. Dia tahu Rein hanya mencintainya. "Tapi hati Rein nggak lagi buat lo."
