Sejak tadi perhatian Lean tertuju ke kaca ruang privat. Dia melihat punggung seseorang yang dia cintai, duduk di antara mama dan papanya. Dia juga melihat Dava duduk diapit kedua orangtuanya. Dava terlihat rapi dengan kemeja biru dan rambut yang disisir ke belakang. Penampilan seperti ini sudah mengindikasikan jika makan malam itu bukan sekadar makan malam biasa.
"Dia nggak bohong ke gue," gumam Lean ingat ucapan Dava waktu itu.
Lean menatap Dava tiba-tiba berdiri dan menarik kursi Rein. Dia sama sekali tidak mendengar apa yang sejak tadi dibicarakan. Lalu tiba-tiba Dava memasangkan cincin di jari manis Rein. Mata Lean membulat, jantungnya berdegup lebih kencang dan aliran darahnya seolah bekerja begitu cepat. "Re...in...," panggilnya dengan napas tercekat.