Part belum di Revisi.
Typo bertebaran.
Happy Reading.
***
Lykan Hypersport itu melaju membelah kota Z. Udara sore musim semi dengan sentusan aroma bunga yang mulai berbunga menyambut jalanan kota Z dengan sangat lembut. Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang menuju sebuah villa yang jauh dari kedamaian.
Dari sudut telinga sang pemilik mobil, terdapat sebuah earphone yang tertempel. Dengan sambungan sebuah telepon yang baru saja tersambung.
"Lander, aku minta kau selidiki Maple Villa milik keluarga E. V. dalam waktu satu tahun terakhir."
"Tuan, itu adalah sebuah villa yang sangat di sayangi oleh Tuan Muda Ernest."
"Aku tak menyuruhmu untuk menghancurkannya."
"Oh, di mengerti Tuan."
Kenzie menutup teleponnya saat mobilnya telah sampai di halaman luas Maple Villa. Ia keluar dan menatap bangunan itu dengan datar. Saat seorang pelayan datang, ia hanya mengucapkan namanya lalu pelayan tersebut dengan teratur memakirkan mobilnya. Melangkah memasuki kawasan Villa, ia hanya menunggu hingga pintu Villa terbuka lebar.
"Maaf Tuan--"
"Aku mencari Ellina," potong Kenzie langsung saat seorang pelayan membukakan pintu untuknya.
"Tapi Nona Ellina tida--"
"Ernest mengijinkanku untuk menjenguknya," tangkas Kenzie lagi tak memberikan pelayan itu berkata lebar.
Pelayan itu menyingkir dan membiarkan Kenzie masuk. "Nona ada di kamarnya,"
Kenzie berbalik, "Dimana kamarnya?"
"Lantai dua Tuan. Saya akan mengantar,"
Kenzie diam dan hanya mengikuti langkah pelayan tersebut untuk menaiki sebuah tangga dan berhenti tepat di sebuah pintu kamar yang tertutup. Ia hanya mengangguk saat pelayan itu pergi. Tangannya dengan cepat mengetuk pintu beberapa kali lalu membukanya tanpa sabar.
"Di-direktur Reegan,"
Ungakapan terkejut hadir dari salah satu perawat yang tengah berada di kamar Ellina. Lalu dokter yang tengah memeriksa Ellina pun terpaksa menoleh memastikan. Tatapan dokter itu terkejut tatkala Kenzie menatap dirinya dengan sangat tajam.
"Tu-tuan Kenzie," panggil dokter itu pelan dengan langkah mendekat. "Kami tak tahu jika Tuan juga mengenal Nona Ellina,"
Tatapan Kenzie lurus, pada tubuh Ellina yang masih tergeletak. "Bagaimana keadaannya?"
Dokter itu mendesah. "Dia mengalami traumanya kembali seperti satu tahun lalu."
Pendengaran Kenzie menajam. Ia menoleh menatap dokter tersebut. "Satu tahun lalu?"
Sang dokter mengangguk. Merasa mendapatkan sebuah hadiah besar, Kenzie merasa bahwa kedatangannya ke Maple Villa tidak sia-sia.
"Aku ingin tahu rincian kesehatan calon istriku,"
Sang dokter menoleh cepat. Ia merasa salah dengan hal yang ia dengar. Namun pria tampan di hadapannya terlihat tak masalah dengan kata-katanya yang baru saja terucap.
"Maaf Tuan,"
"Dia calon istriku." ulang Kenzie lebih dari sekedar pengumuman hak kepemilikan.
"Tapi saya pikir Nona dan Tuan Muda Ernest," ucap dokter tersebut hati-hati.
Ia sangat tahu siapa pria yang tengah bicara padanya. Dia benar-benar dalam keadaan sulit. Jika Ernest, dia akan tahu hal gila apa yang akan terjadi saat menatap mata hitamnya dengan senyum manis yang terukir. Mata hitam itu seakan memberi tahu, bahwa akan ada badai setelah senyumnya. Dan bahwa akan ada kegelapan yang hanya menunjukkan bahwa dirinya adalah Rajanya.
Tapi Kenzie berbeda. Aura tegas tanpa ekspresi dan tatapan tajam yang menenggelamkan. Siapapun akan tahu bahwa pria itu sangat berbahaya. Dalam tatapan tajamnya, tak akan ada yang tahu apa yang tengah Kenzie pikirkan. Tak tertebak, dan dengan otoritasnya, dunia seakan hanyalah sebuah mainan yang tengah ia gengam.
"Dia calon istriku. Jadi aku berhak tahu apapun yang terjadi padanya," ulang Kenzie dengan nada dingin yang tak besahabat.
Dokter itu gemetar. Kata-kata itu menusuk dalam dengan kilatan mata dingin yang penuh peringatan.
"Sebenarnya, Nona baik-baik saja. Dia hanya mengalami trauma yang sangat dalam karena kejadian buruk satu tahun lalu. Kali ini, traumanya kembali namun tubuh dan pikirannya tak selemah dulu. Nona hanya butuh istirahat sedikit, itu kenapa saya memberinya obat penenang. Dia akan sadar kurang dari waktu 24 jam,"
Dari sekian poin yang di jelaskan, Kenzie menangkap dua poin penting.
"Trauma dalam dan kejadian satu tahun lalu?" tanya Kenzie dengan tanya menyelidik.
Sang dokter menghela napas berat. "Tuan, laporan kesehatan Nona, sudah berada di tangan Tuan Muda Ernest. Saya merasa tak layak untuk membongkar --"
"Dokter, kudengar kau baru saja melahirkan anak perempuan keempatmu,"
Mendengar itu wajah dokter pucat. Dia dengan cepat memberitahu Kenzie semuanya. "Nona mengalami mimpi buruk panjang yang tak berkesudahan. Membuat jiwanya tertekan dan stres hingga takut tertidur saat malam tiba. Lalu, kejadian satu tahun lalu. Saya hanya tahu bahwa Tuan Muda Ernest menemukannya dalam keadaan hampir di perkosa dan dalam keadaan sangat menyedihkan. Trauma yang dalam dan kejadian yang buruk itu menguncang jiwanya hingga ia tak dapat mengendalikan dirinya. Dia tidak gila, hanya seperti melalui perjalanan panjang yang melelahkan."
Kenzie termenung. Dia menatap miris pada tubuh Ellina yang masih terlelap. Aku ... aku tak tahu bahwa kau mengalami kejadian seburuk itu. Aku...?
"Tu-tuan, aku telah menceritakan semuanya. Jadi tolong, jangan usik kenyamanan keluarga kami."
"Kau menangani kesehatannya selama setahun ini?"
Dokter itu mengangguk cepat. "Tuan Ernest mengatur semua hal dengan sangat baik untuk Nona Ellina."
Kenzie mengangguk dan menaikan satu tangannya. Menggerakkan punggung tangannya beberapa kali hingga dokter dan perawat undur diri. Dia menghidupkan teleponnya dan kembali menghubungi Lander.
"Apa yang kau dapatkan?" tanyanya saat telepon itu telah tersambung.
"Tuan Muda, dari info yang saya dapatkan, Tuan Muda Ernest menyewa beberapa dokter terbaik untuk menangani seseorang di Maple Villa. Untuk orang yang di tangani, itu terkunci. Tak ada riwayat apapun tentang kesehatannya."
"Itu Ellina," jawab Kenzie membuat Lander di ujung sana tercengang.
"Lalu, untuk saat ini, Maple Villa telah di lepaskan dan berganti kepemilikan."
Kening Kenzie mengerut. "Siapa?"
"White Fox," ujar Lander lirih.
"Sebelumnya, Tuan meminta menyelidiki Id name White Fox. Namun hingga saat ini, tak ada informasi yang kami dapatkan tentang siapa dia. Semua tentangnya bersih. Tak tercatat di media negara manapun,"
"Baiklah, aku mengerti."
Kenzie menutup teleponnya dan menghampiri tubuh Ellina yang masih tergeletak. Ada banyak hal yang ia pikirkan. Namun saat ini, kata maaf itu lebih mudah ia lontarkan.
"Maaf," ujarnya lirih. "Aku benar-benar minta maaf dan sangat menyesal."
Kenzie menunduk dan menatap mata Ellina yang masih terpejam. Hingga gerakan ringan dari mata Ellina membuat Kenzie tersadar. Langkahnya memburu dan dengan cepat ia membuka pintu kamar dan berdiri di luar sana. Mengintip Ellina dengan hati-hati saat tubuh Ellina telah terduduk dengan ekspresi heran yang dalam.
Saat memastikan Ellina benar-benar telah baik-baik saja, Kenzie menuruni tangga dan meninggalan Maple Villa diam-diam. Hingga Ellina tak tahu, bahwa dirinya pernah berkunjung atau menyesali semua perbuatannya.