Chereads / Nightmare Cinderella / Chapter 38 - Happy b'day Dad,

Chapter 38 - Happy b'day Dad,

Typo belum di perbaiki.

Tanda baca berantakan,

Happy Reading.

***

Malam itu, Lexsi terlihat sangat cantik dengan balutan gaun berwarna merah yang menampilkan bahu putihnya. Rambutnya di biarkan tergerai dengan sebuah kalung yang menghiasi lehernya dengan cantik. Wajahnya tampak  sangat bahagia dengan senyum yang merekah. Menampilkan sosok wanita dewasa matang yang cerdas.

Pesta itu di gelar dengan sangat meriah di rumah utama keluarga Rexton yang terletak di Taman Barat. Satu persatu tamu undangan memasuki aula dan berbaur dengan yang lainnya. Dua keluarga yang telah menjadi tuan rumah tampak sangat akur dan tersenyum bahagia. Lalu,  semua mata menatap terpana saat Lexsi turun dari tangga menuju lantai bawah. Semua kamera dari berbagai media menyoroti penampilannya yang sangat cantik.

Perayaan pertunangan dan ulang tahun Aldric Rexton menjadi sebuah pesta yang sangat besar malam ini. Semua media tak bisa tak berdecak kagum karena kemewahan pesta yang mereka usung. Dari berbagai sudut, seluruh wartawan telah mengisi berbagai tempat secara menyebar. Banyak orang-orang penting dari berbagai kalangan datang untuk merayakan pesta dan juga penasaran acara pertunangan pria idaman nomer satu di kota kota mereka. Melirik penuh iri saat melihat kecantikan Lexsi berjalan menyapa beberapa tamu setelah akhirnya duduk bersama ke dua orang tuanya dan calon mertuanya. Adapun yang memandang takjup akan kecantikan yang terlihat nyata, mereka menahan rasa ingin tahu untuk mendekati karena tahu bahwa gadis itu telah bertunangan.

"Kau terlihat sangat cantik,"

Lexsi menatap Azzura dengan tersenyum. "Tak secantik Tante," ujarnya lembut, Vania hanya tersenyum senang dengan pujian yang anaknya dapatkan.

"Kau harusnya memanggilku Ibu mulai sekarang. Karena kita akan menjadi keluarga. Bukankah begitu, Yah?" tanya Vania menoleh pada Raven.

Raven mengangguk setuju. Membuat Lexsi semakin malu. Mereka terjerat dalam perbincangan panjang, dan Lexsi tak bisa tenang saat tak melihat Kenzie tak kunjung datang. Ia sangat ingat kata-kata Kenzie terakhir kali, namun ia telah memastikan bahwa pesta itu akan terjadi dan ia juga mendegar, bahwa Vania akan memastikan Kenzie untuk datang.

"Jangan khawatir, Kenzie pasti akan datang. Dia tak mungkin membiarkan wanitanya menunggu,"

Lexsi tersenyum pucat mendengar kata-kata Vania. Ia tak bisa tenang sebelum benar-benar melihat sosok tunangannya. Semua kata-kata menenangkan yang ia dengar hanya lewat begitu saja di pikirannya.

Tidak, dia tak mungkin tak akan datang. Orang tuanya telah berjanji padaku. Dan media, semua media telah berada di sini. Dia tak mungkin mempermalukan aku. Ya, itu tak mungkin. Dia pasti akan datang.

Waktu telah berlalu selama tiga puluh menit. Para tamu yang datang kian ramai, hingga Aldric dan Vania tampak sibuk menyapa para tamu. Begitu juga dengan Raven dan Azzura  keduanya tampak tengah berbincang dengan para tamu undangan. Hanya Lexsi, hanya dia yang mulai terlihat gelisah karena menunggu kedatangan Kenzie. Jika semua rencana gagal, maka seluruh dunia akan menertawakannya. Dan dia tak bisa terima itu.

Berkali-kali dia menoleh pada pintu utama. Memeriksa saat kilatan lampu kamera menyala untuk menyambut beberapa tamu yang penting. Para media mulai berkumpul dan menunggu acara utama. Para tamu pun mulai sama. Mereka semua mulai menatap jam pergelangan tangannya karena waktu harusnya telah berjalan pada acara utama. Tapi sampai menit ini, sosok pria yang menjadi bahan utama masih juga tak menunjukkan wajahnya.

Di Maple Villa.

Ellina menatap bayangannya di cermin sekali lagi. Make-up ringan yang menarik rambutnya pada satu sisi itu membuat wajahnya sangat cantik. Gaun biru panjang yang membalut tubuhnya terlihat sangat pas dan menampilkan bentuk tubuhnya dengan sempurna. Gaun itu memperjelas kulitnya yang putih dengan mengekpos bagian punggungnya yang terbuka hingga pinggang. Dia terlihat sangat cantik, tenang, tegas dan juga sangat seksi. Kaki jenjangnya dengan sangat santai menggunakan hak tinggi lalu melangkah meninggalkan kamar.

Saat ketukan lantai terdengar, Lykaios yang tengah menunggu mengalihkan tatapannya. Matanya terpaku pada sosok cantik yang tengah menuruni tangga menuju tempatnya. Tersenyun lebar, gadis itu dengan sangat elegan berjalan tenang dengan tatapan mata yang tajam. Terlihat sangat waspada namun juga memukau dalam waktu bersamaan. Hingga tanpa sadar, ia menahan napasnya hingga gadis itu sampai di hadapannya.

"Apakah kau menunggu lama? Maaf, aku membuatmu menunggu. Dan terimakasih atas semua hal yang kau siapkan,"

"Tidak. Kurasa itu sangat sepadan dengan melihat kecantikan yang nyata seperti ini," jawab Lykaios sangat pelan.

"Apa?" tanya Ellina memastikan. Ia menatap wajah Lykaios yang gugup dan memerah untuk beberapa saat. "Apakah kau mengatakan sesuatu?"

Lykaios menggelengkan kepalanya. Ia tersenyum tipis. Ellina menatap curiga, tapi ia hanya mengeratkan genggaman tangannya pada dompet di tangannya. Mereka berdua berjalan beriringan menuju mobil milik Lykaios. Setelah memastikan tak ada satu pun yang tertinggal, akhirnya mobil pun melaju menuju ke rumah utama keluarga Rexton.

"Alvian dan Nero lebih dulu sampai, mereka menunggu kita di pintu masuk," ujar Lykaios memecah kesunyian. Mobil melaju cukup kencang namun tetap berada di jalur aman.

Ellina mengangguk. Ia menatap layar handphonenya yang berkedip sesaat lalu meletakkan di telinganya.

"Nona, apakah kau ingin mngirimkan hadiah ini sekarang?"

Ellina tersenyum penuh arti saat suara di sebrang sana terdengar. "Benar. Kirim ke rumah utama Rexton dan pastikan Tuan Rexton melihatnya. Terimakasih sebelumnya,"

Lykaios menoleh sesaat. "Hadiah?"

Ellina masih tersenyum. "Bukankah aku harus menjadi anak yang berbakti? Ayahku ulang tahun,"

Lykaios tak bicara lagi. Ia lebih suka menjadi penonton bersama dengan yang lainnya. Pertengkaran antara Ellina dan Lexsi, lalu pertemuan antara Kenzie dan Ellina, cukup membuatnya mendapat banyak informasi. Ia sangat tahu, bahwa akan ada kejadian besar di pesta nanti. Apapun itu, dia dan yang lainnya telah menunggu dengan penuh minat.

Sedangkan di rumah utama keluarga Rexton, suasana kian ramai dengan padatnya tamu undangan yang datang. Tiba-tiba beberapa empat pegawai datang dengan membawa beberapa dua polisi militer bersenjata di belakang mereka. Keriuhan semakin terjadi karena semua tamu mulai waspada. Seluruh wartawan dari berbagai media mendekat dengan hati-hati dan kamera selalu siap si tangan mereka.

Salah satu pegawai itu tersenyum dan memanggil Aldric dengan sangat sopan.

"Tuan Aldric Rexton,"

Aldric yang merasa terpanggil datang dengan hati-hati.  "Saya sendiri, maaf, apakah ada sesuatu yang terjadi dalam pestaku?"

Pegawai itu menggeleng dengan tersenyum, lalu menjabat tangan Aldric. "Oh, tidak. Kami berasal dari Light Diamond, salah satu toko emas dan berlian terbaik di kota ini. Tujuan kami adalah mengantarkan sebuah hadiah yang bertujuan ke rumah Tuan."

Pegawai itu mengangguk ke belakang,  lalu tiga pegawai lainnya berjalan menuju mobil. Sebuah patung berukuran sedang yang di bungkus dengan kain putih di gotong oleh dua pegawai. Sedangkan satu pegawai lainnya menyiapkan sebuah meja untuk meletakkan patung yang mereka bawa.

Semua tamu kian berkumpul saat sebuah meja di letakkan di tengah ruangan, berdekatan dengan hadiah lainnya namun terlihat lebih mencolok. Vania, dan Lexsi lebih penasaran hingga berdiri di samping Aldric dan menunggu sesuatu yang terbungkus kain itu terbuka. Begitupun dengan yang lainnya, semua mata menunggu untuk melihat sebuah hadiah yang baru saja di letakkan di atas meja.

"Ini adalah hadiah dari Putri Tuan. Saya pikir, Putri Tuan sangat mencintai anda,"

Slap!

Kain putih itu di tarik terbuka dan menampilkan sebuah patung serigala  emas berukuran sedang. Bertahta berlian yang terlihat bersinar hingga membuat decakan kagum para tamu undangan yang datang.

"Kami menggunakan berlian kualitas nomor satu dan emas 24 karat sesuai permintaan putri tuan. Karena tugas kami telah selesai, maka kami akan undur diri."

Kilatan kamera menghujani patung serigala tersebut. Sedangkan semua tamu menatap Lexsi dengan decakan kagum karena berpikir bahwa itu adalah kado dari Lexsi. Aldric masih terpaku, begitupun  dengan Vania. Hanya Lexsi yang mulai gelisah saat mencerna kata-kata pegawai emas yang telah pergi beberapa saat lalu.

"Lexsi,"

Lexsi menoleh dan terkejut saat mendapati sebuah pelukan hangat dari Aldric. "Ayah tahu, kau tak akan melupakan Ayah meski kau tengah berbahagia,"

Lexsi sama sekali tak siap. Dia berdiri kaku saat pelukan hangat itu terasa penuh syukur. "Ayah, itu, Lexsi  ...,"

"Tak perlu di jelaskan, Ayah tahu bahwa itu dari dirimu."

Lalu teriakan kagum dari para tamu yang datang terdengar di permukaan,

"Benar-benar sebuah kado yang berharga. Tak hanya cantik dan cerdas, dia juga sangat sayang pada keluarganya,"

"Keluarga Reegan sangat tepat memilihnya menjadi menantu. Kudengar, dia juga artis yang terkenal baik meski baru-baru ini rumor mencoba menjatuhkan citranya,"

"Sebuah kado yang sangat mahal di hari pesta pertunangannya. Kurasa, Tuan Muda Kenzie sangat mencintainya. Mengingat dia adalah wanita yang sangat baik."

Ungkapan kagum pada Lexsi terus saja berdatangan. Membuat Lexsi memerah senang. Dia tersenyum pada tamu dan beberapa media yang mengambil fotonya dengan mengaitkan patung seriagala emas tak jauh darinya. Dan akhirnya, bibir tipisnya mengatakan hal yang membuat Aldric senang.

"Ayah, itu bukan apa-apa, aku sangat sedih jika mengingat bahwa mungkin aku tak dapat tinggal di rumah ini lebih lama. Jadi, aku ingin memberikan sesuatu yang pantas,"

"Kau lihat, putri kita telah dewasa." Vania menyentuh jari-jari Aldric dan menggenggamnya dalam sebuah pelukan hangat keluarga.

Aldric tersenyum. "Dia sebentar lagi akan dimiliki oleh keluarga Reegan."

Pelukan ketiganya terlihat sangat harmonis di mata para media. Namun keriuhan kembali terdengar saat beberapa media menatap pintu masuk utama dengan mengarahkan kamera mereka. Di pintu utama, seorang gadis melangkah anggun di dampingi Lykaios di sisi kanannya. Tangan putihnya melingkar rapi di lengan Lykaios, lalu di sisi kirinya, terlihat Alvian tengah tersenyum dan mengangkat tangannya pada media. Sedangkan Nero, hanya diam dan melangkah masuk tanpa memperhatikan banyaknya media yang tengah meliput. Mereka semua memasuki ruangan hingga para tamu pun menoleh ingin tahu.

Beberapa media yang telah mengenal Ellina karena  skandal bersama Lexsi mulai berebut mendekati. Hal itu membuat ALdric, Vania, Lexsi, Azzura dan Raven menoleh. Mereka semua terpaku saat melihat Ellina datang dengan orang-orang yang mereka kenal. Lagi pula, popularitas Lykaios dan Alvian cukup tinggi di dunia intertain karena selalu di kaitkan dengan tokoh pria idaman di kota Z. Namun hal yang lebih di fokuskan sekrang adalah Ellina.

gadis itu tampak sangat cantik dan memukau hanya dengan sosoknya yang diam. Tatapannya tajam, mengunci satu objek tanpa terganggu dengan hal lainnya. Kulitnya yang putih terlihat sangat halus dan mempertegas bahwa sosok itu terlihat mungil di samping pria yang lebih tinggi dan besar dari tubuhnya. Mata kelamnya terlihat tajam, tapi berbinar di waktu yang sama. Menarik beberapa minat dari para tamu untuk mengenalnya. Namun saat mata itu beralih menatap Lexsi, sorotan dingin dari matanya terpancar jelas. Membuat sekitarnya sekan tertarik tenggelam dalam dasar jurang yang curam. Tak bercahaya, kelam, dingin  dan menakutkan. Saat gadis itu melangkah lebih dekat, sosoknya terlihat seperti Ratu mulia yang telah menemukan kesalahan pada bawahannya.

Dia sempurna! Seperti tokoh cantik yang di tarik dari dalam lukisan. Lalu saat bibir tipisnya tersenyum manis, itu seakan menarik para lebah untuk mendekati sang bunga yang mekar.

sebuah kecantikan yang nyata!

gadis yang benar-benar sempurna.

cantik, sexy, dan terlihat kejam dalam waktu yang sama. dia benar-benar menarik hanya dengan lirikan matanya dan senyumnya.

Itu semua adalah gumaman para tamu yang melihat sosok Ellina. Saat tangan kecil itu terlepas dari lengan Lykaios, matanya yang bersinar tampak layu. Dengan air mata yang sesak untuk keluar.

"Ayah," serunya lembut memeluk Aldric yang masih terpaku.

Untuk beberapa saat suasana terdengar hening. Lalu keterkejutan merambat di setiap hati yang berdiri di sana. Gadis itu menangis dalam pelukan kerinduan. Membuat Vania dan Lexsi yang masih terkejut mengepalkan tangannya kuat. sedangkan Aldric masih tak mampu berkata-kata hingga pelukan itu terlepas.

Benar-benar terlepas, bahkan sebelum Aldric mampu membalas pelukan hangat itu. Gadis itu mundur satu langkah dan menunduk, lalu sebuah sapu tangan terulur dari tangan Lykaios yang membuat para media kembali bersemangat untuk mendapatkan info lebih.

"Kenapa kau bisa ada disini?"

sebuah pertanyaan konyol dari mulut Lexsi membuat para tamu mengerutkan alisnya. mereka semua dapat mendengar, ada emosi tak suka dari kata-kata yang baru saja terdengar.Dan media pun berhenti menekan kameranya lalu baralih menatap Lexsi yang tengah menatap Ellina tak suka.

Mendengar itu, Ellina yang masih menunduk tersenyum samar. Ia mendongak dan memperlihatkan matanya yang memerah dengan tatapan yang penuh luka dengan pertanyaan yang baru saja dia dengar. Hal itu membuat para pria yang berada di sana terengut hatinya untuk melindungi gadis rapuh yang terlihat terluka.

"Oh, apakah aku salah?" jawab Ellina dengan wajah bingung. Dia menatap Aldric yang masih berdiri tanpa menyambutnya. " Ayah, apakah aku salah? Aku sangat yakin, bahwa hari ini adalah hari ulang tahunmu."