Mark masih terus membuka paksa tangan Dyani, akhirnya dia berhasil. Mark segera membersihkan tangan gadis itu dan menariknya keluar dari kamar mandi. Mark ingin membawa gadis itu ke rumah sakit, karena sepertinya tangan gadis itu terluka sangan dalam.
Dyani menahan dirinya. Dia tak ingin mengikuti Mark. Dia menatap tajam ke arah Mark.. tatapan yang penuh amarah. Tak ada lagi tangis dibibirnya. Hanya saja saat ini tatapannya penuh kebencian.
"Dyani.. kumohon, ikutlah denganku! Kita harus mengobati tanganmu! " Kata Mark tampak cemas. Namun Dyani tetap diam. Sepertinya dia tak merasakan rasa sakit itu..., Rasa sakit di hatinya mengalahkan rasa sakit di tangannya.
Melihat hal itu, Mark membopong Dyani tanpa pikir panjang. Gadis itu memberontak dan berusaha turun, Tapi Mark tak menghiraukanya.
Mark melewati pintu belakang dan segera menuju mobilnya di parkiran itu.
Dyani duduk tanpa bersuara. Handuk kimono yang dipakainya telah berlumuran darahnya. begitu juga dengan baju Mark di bagian punggung. Tapi laki-laki itu tak mempedulikan penampilannya. Sekali-sekali Mark menoleh ke arah tangan dan wajah Dyani. dia membawa mobilnya cukup kencang ke rumah sakit itu. sekali-sekali dia membunyikan klaksonnya dengan kesal saat ada mobil yang menghalangi jalannya.
Akhirnya mereka sampai di rumah sakit dan Mark segera membawa Dyani ke IGD. Mereka langsung di sambut perawatan di sana. Dan mereka langsung menangani Dyani.
Dyani mendapat beberapa jahitan di tangannya.
Mark membawa Dyani menuju rumahnya. Gadis itu hanya diam mematung. Tanpa suara. Mark hanya membiarkan Dyani seperti itu. Dia sadar, kalau gadis itu saat ini sedang tertekan.
Mark menelfon seseorang, tak lama kemudian, mobilnya berhenti di sebuah Distro dan seseorang langsung keluar dan memberikan beberapa Paperbag yang berisikan pakaian untuk Dyani.
Sesampai di rumahnya, Mark langsung membawa Dyani ke dalam rumahnya. Pelayan Mark hanya saling berpandangan saat melihat Dyani yang memakai handuk kimono yang terkena noda darah. Begitu juga dengan pakaian tuan mereka.
Mark menyuruh pelayan itu kembali ke rumah mereka masing-masing.
Mark hanya tinggal sendiri di rumah ini. semenjak dia kuliah, dia memisahkan diri dari keluarganya dan membuka distro yang saat ini telah memiliki beberapa cabang. Mark juga sering di minta oleh ayahnya untuk memantau kasinonya yang ada di kota itu.
Mark membawa Dyani ke sebuah kamar. Dyani kembali menolak dengan tatapan amarahnya.
"Maafkan aku. Aku janji tak akan melakukan hal itu lagi tanpa seizinmu. Sekarang istirahatlah terlebih dahulu. " Kata Mark mencoba menenangkan Dyani.
"Aku mau pulang! " Kata Dyani.. tiba-tiba saja air matanya mengalir.
"Dia bukan laki-laki yang baik! " Kata Mark.
"Aku tak peduli.. setidaknya dia tak pernah menyentuku! " Jawab Dyani.
Mark menjadi geram dan berkata " Tapi dia menjualmu! " Kata Mark sambil menatap tajam Dyani. Dyani langsung tertunduk. Hatinya kembali merasakan sakit. Mark merasa menyesal telah mengatakan. hal itu.
"Sini.. aku bantu menukar pakaianmu! " Kata Mark. Dyani langsung menghindar.
"Aku hanya membantu..., kau akan kesusahan menukar pakaianmu itu.! " Kata Mark lagi.
"Aku bisa sendiri! " Kata Dyani lalu menutup pintu kamar itu setelah dia berhasil mengusir Mark keluar.
Dyani mencoba memakai pakaian itu dengan sebelah tangannya. tapi dia tak bisa memasang resleting dress yang ada di belakang. Mark tiba-tiba membuka pintu sehingga membuat Dyani kaget.
"Sini ku bantu..! " kata Mark sambil mendekati Dyani. Dyani kembali menjauh.
Kau tak akan bisa memakainya sendiri!" Kata Mark lagi. dengan terpaksa Dyani membiarkan Mark membantunya.
Mark menatap punggung mulus Dyani. ingin rasanya dia menyentuh dan mengecup punggung gadis itu. Tapi dia takut kalau Dyani akan kembali nekat seperti tadi.
Esok harinya Mark tak berangkat ke kampusnya. Dia ingin menjaga Dyani di rumahnya karena gadis itu butuh perawatan.
Mark menukar perban Dyani meskipun Dyani menolaknya.
"Aku ingin ke kampus. Buku ku tertinggal di rumah! " Kata Dyani ketika Mark sedang menukar perbannya.
"Itu bukan rumahmu lagi! Mulai hari ini..., ini adalah rumahmu! "Kata Mark kesal. Dyani tak menjawab dia tak ingin berdebat. Melihat hal itu Mark kembali melembut.
Sudahlah.. aku akan membelikan yang baru untukmu.! " Aku juga akan. menyuruh anak buahku mengambil barang-barang yang kau butuhkan! " Kata Mark sambil mengusap pucuk kepala Dyani.
.....
Julian bangun tapi tak menemukan Ketty di sampingnya. Julian segera keluar, dia melihat piring bekas makan mereka malam masih kotor, rumah masih berantakan, sarapan belum tersedia. Tanpa sadar dia dia mengetuk kamar Dyani memastikan gadis itu baik-baik saja. Tapi dia langsung teringat kalau Dyani tak ada lagi di sana. Julian segera ke kamarnya mencari tas berisi uang itu. Tas itu raib, dan di gantikan dengan sepucuk surat dari Ketty yang mengatakan kalau dia tak ingin lagi bersama Julian, dan mengatakan terima kasih atas uang itu.
Ketty juga mengatakan kalau dia tak ingin Julian mengembalikan uang itu, makanya dia pergi meninggalkan Julian dan membawa uang itu.
Julian tak percaya membaca surat itu. Dia berteriak kesal dan langsung keluar mencari Ketty, tapi tak ditemukan.
......
Akhirnya Julian sampai di kampus Dyani. Dia tak menemukannya gadis itu. teman-temannyapun tak ada yang tau keberadaannya. Julian semakin bingung. Dia benar-benar menyesal. Wanita yang dicintainya malah meninggalkannya. Dengan penyesalan yang mendalam, Julian meninggalkan kampus itu. Akhirnya Julian ingat sesuatu.
"Aku harus ke kasino itu! " Batinnya. Dia berharap agar Mark..., mau sedikit bermurah hati untuk menangguhkan hutangnya, dan mengembalikan istrinya.