Chereads / Cecile's Cronical Love / Chapter 2 - Teman Gosip

Chapter 2 - Teman Gosip

Hari ini tidak ada yang berbeda dengan kemarin. Aku masih bangun agak kesiangan, lalu mandi bebek dan berlari ke halte sebelum ketinggalan bis pagi menuju sekolahku. Asal tahu saja, biasanya aku naik sepeda ke sekolah, tapi karena rantai sepedaku putus dan sampai sekarang masih menginap di bengkel, aku tidak bisa mengendarainya sekarang. Jujur, meskipun hanya tiga ribu rupiah, aku tetap saja merasa kurang rela menghabiskan uang jajanku untuk menaiki bis trans dalam kota. Tiga ribu itu sangat berharga untuk anak kos sepertiku, itu lumayan untuk membeli satu bungkus nasi (tanpa sayur atau lauk tentu saja) ketika kelaparan.

Aku turun dari bis dan berjalan santai bersama dengan murid-murid lain menuju sekolahku yang terlihat dari halte. Salah satu keuntungan naik bis trans adalah aku tidak berkeringat dan lelah dan juga tidak perlu repot-repot menyeberang jalan karena aku tidak bisa menyeberang jalan.

Aku berjalan di koridor sekolah menuju ruang kelasku, tampak dari kejauhan sosok laki-laki yang terhitung pendek, walaupun begitu tetap saja jika aku menjajarinya dia lebih tinggi dariku.

Aku berlari ke arahnya.

"Woy Bos, lo udah ngerjain tugas video buat hari Rabu belom?!" seruku sambil merangkul pundaknya.

"Udah dong, kenapa Beb? Lo belum ya?" tanya Sadam sambil merangkulku balik.

"Hehe, tau aja lo, bantuin donk Sad, gue gak ada kamera nih..." kataku

"Ada apa nih peluk-peluk segala?!" seru seseorang dari belakang. Aku dan Sadam membalik badan kami dan mendapati cowok jangkung berjalan ke arah kami.

"Kenapa? lo cemburu?" ujar Sadam dengan nada mengejek, hanya bercanda tentu saja. Mana mungkin dia cemburu, di antara sobat, tidak ada istilah cemburu. Ya, mereka berdua sobatku, sebenarnya aku tidak terlalu paham sih perbedaan antara teman, sahabat, sobat, dan kata-kata lain sejenisnya, tapi aku senang menyebut mereka sobatku.

"Salah sendiri tinggi, coba kalo lo pendek sedikit, gue pasti udah peluk lo" balasku, ya, dengan tingginya yang seperti galah itu, aku akan kesulitan merangkulnya.

"Yah... mau gimana lagi? Gue juga gak minta ditakdirkan dengan badan setinggi ini. Jujur, gue iri banget sama lo Sad, gak bisa dipeluk dedek Cecile" kata Nizar ~nama cowok jangkung itu~ dengan nada kecewa yang dibuat-buat. Jelas yang niat sebenarnya adalah untuk mengejek Sadam yang bertubuh pendek.

"Gue gak punya abang kaya lo, ayo Sad, kita pergi tinggalin dia, ngapain juga dari tadi ngobrol sama tiang listrik, ayo pergi" ujarku sambil membalik tubuh dan berangkulan dengan Sadam menuju kelas.

"Sialan,tungguin gue donk Cil...!" seru Nizar. Aku tak mempedulikannya yang tiba-tiba saja sudah berjalan di sisiku.

"Ngapain lo ngikutin kita? Dasar tiang listrik songong!" ujarku.

"Ya elah... cuma kaya gitu doank udah ngambek, padahal gue mau ngasih tau kabar terbaru mbak Feni" Langkahku dan Sadam auto berhenti mendengar nama itu.

"Kenapa mbak Feni?" tanyaku dan Sadam bersamaan, dengan nada tertarik yang tidak bisa di sembunyikan. Mbak Feni, seorang wanita penghibur yang kami kenal dari gosip para sopir truk angkut muatan berat yang sering mangkal di sepanjang jalan menuju tempat lokalisasi prostitusi. Nizar tersenyum, katakanlah kami aneh, tapi gosip tentang Mbak Feni memang selalu menarik perhatian kami.