Sungguh hari-hariku terasa membosankan. Tidak ada hal-hal yang wow yang menciptakan sensasi tertentu. Semuanya datar-datar saja, bahkan jalanan yang kulalui untuk ke sekolahku pun terkadang naik dan turun, tidak seperti jalan hidupku. Tapi yah... mau bagaimana lagi? aku kan hanya orang biasa yang hidupnya biasa saja, nilaiku biasa saja, bahkan pacarku pun biasa saja.
Sekarang lihatlah di seberang sana, pacarku yang biasa saja itu tengah dusuk di atas motor CBR nya. Apa yang dia lakukan? Menungguku tentu saja. Aku terlalu bosan dengan rutinitasku, jadi aku mengajaknya jalan dan melakukan sesuatu yang seru. Mumpung dia pacarku, aku harus memanfaatkannya sebaik mungkin kan? Mungkin saja sekarang di kepalanya sedang berdengung lagu Crisye yang judulnya entah apa, aku lupa karena itu lagu yang amat-sangat jadul, begini liriknya...
ada semut merah, yang berbaris di dinding
menatapku curiga, seakan mau tanya
ada apa di sini..., menanti pacar jawabku
Mengingat dia adalah pacarku aku merasa lucu dan ingin tertawa. Lihatlah tampangnya yang tampak bosan itu, sebenarnya aku tinggal menyeberang jalan dan menghampirinya, tapi aku tidak melakukannya dan memilih berdiri di sini sambil diam-diam mengamati wajah lucunya. Baik, sepertinya aku terlalu jahat telah membiarkannya menunggu begitu, baiklah, lebih baik aku segera ke sana, lagi pula aku juga sudah lima menit lebih berdiri di sini.
Aku baru saja melangkahkam kakiku ke jalan raya hendak menyeberang.
Tin...!
"Matanya dipake mb!"
Ah... aku hampir saja mengantarkan nyawaku pada malaikat maut, sudah begitu mendapat bonus umpatan pula.
"Cecile!" aku menoleh pada sumber suara. Sepertinya Niko melihat kejadian yang barusan terjadi.
"Kamu di situ aja, aku yang ke sana!" seru Niko. Aduh... aku jadi terharu, dia benar-benar pacar yang perhatian.
Aku menunggu Niko di tempatku berdiri tadi. Niko menghampiriku dan menyerahkan helm padaku.
"Kamu bodoh ya?"
Hah? Apa maksudnya? Kenapa belum apa-apa dia sudah mengataiku bodoh?
"Maksud kamu?" tanyaku tidak mengerti.
"Harusnya kalau nyeberang itu lihat kanan kiri dulu, gak langsung jalan gitu aja, kamu bisa nyeberang gak sih?" kenapa dia jadi memarahiku?
"Kamu marahin aku cuma gara-gara aku gak bisa nyeberang?" tanyaku agak tidak terima, okelah, aku memang tidak bisa menyeberang, tapi apa haknya memarahiku?
Niko menghela napas
"Aku bukan marahin kamu, aku khawatir sama kamu. Kalo kamu beneran ketabrak gimana?" ujarnya dengan lebih lembut, sekarang aku baru tahu, ternyata dia khawatir, bukan marah padaku.
"Ya matilah, atau paling nggak masuk rumah sakit"
Ctak!
"Aduh! Kamu ngapain jitak kepalaku? Kalo tiba-tiba aku goblok gimana?!" bentakku kesal.
"Omongan kamu itu lho jelek banget, bisa gak omong dengan lebih baik lagi? Kalau omonganmu jadi kenyataan gimana?"
"Eh, kamu nyumpahin aku biar mati beneran ujarku emosi.
"Siapa yang nyumpahin kamu?! Aku cuma menegur kamu biar jaga omongan doank kok" dia membela diri.
"Bodoh! Mulut-mulutku kenapa kamu ikut ngurusin?!" tidak tahu kenapa, tapi rasanya aku tidak bisa menahan emosiku lagi, padahal biasanya aku cukup sabar menghadapinya mengingat aku lebih tua darinya, mungkin karena sedang PMS makanya aku jadi emosian begini.
"Udahlah, kalo diterusin gak bakal selesai, buruan pake helm mu, keburu sore" ujar Niko menyerah, tapi tidak semudah itu, dia pikir hanya dengan menghentikan cekcok lalu mengajakku jalan-jalan semua akan beres begitu saja?
"Enak aja, gak semudah itu, kamu pikir dengan ngajakin aku pergi bisa buat emosiku turun?!" ujarku, aku kembali melepas helm yang sudah kupakai dan kuberikan padanya dengan kasar.
"Kamu pulang aja, kita gak usah pergi hari ini" kataku lalu berlalu.
"Hei Cil, jangan marah gitu donk!" Niko turun dari motor dan mengejarku, tapu aku tak mempedulikannya.
"Cil!" Niko menarik tanganku hingga aku berbalik menatapnya.
"Apaan? Gak usah pegang-pegang" ujarku. Niko melepaskanku.
"Sorry" ucapnya. Kami berdua berdiri berhadapan dengan canggung untuk beberapa saat.
"Aku sama sekali gak bermaksud buat kamu marah, aku cuma khawatir sama kamu, tapi kalau itu buat kamu marah... aku minta maaf, sekarang ayo kita jalan, aku gak mau rencana hari ini hancur cuma gara-gara masalah sepele kaya gini, dan juga, kayanya kamu emang lagi butuh refreshing, ayo lakuin hal yang kamu suka" kata Niko, aku mengangguk lalu dengan lembut Niko meraih tanganku dan menggandengku kembali ke motornya. Entah bagaimana aku merasa bersalah dan tidak enak hati telah membuatnya mengalah dan minta maaf untuk hal sepele seperti ini.
Aku menghentikan langkahku secara tiba-tiba, membuat Niko ikut berhenti melangkah dan berbalik menatapku.
"Ada apa lagi?" tanya Niko.
"Aku minta maaf, harusnya aku bersikap dewasa, gak kaya gini" ujarku menyesal.
Niko tersenyum lalu mengacak rambutku.
"Di depanku kamu gak perlu berusaha bersikap dewasa, kamu boleh bersikap kekanak-kanakan, ah bukan, lebih baik kamu jadi diri kamu sendiri" ujarnya diseratai senyum manis.
Oh fuck! Jantungku mau meledak!