Chereads / Cecile's Cronical Love / Chapter 8 - Melewatkan Jam Malam

Chapter 8 - Melewatkan Jam Malam

Aku dan Nizar ngebut dengan kekuatan super yang bisa dicapai motor vespa milik nizar, seandainya saja aku berboncengan dengan Niko, pasti kami akan sampai lebih cepat dengan motor CBR nya. Yah… sebenarnya aku tidak terlalu suka sih naik motor dengan kecepatan terlalu tinggi. Tapi setelah naik ojol dengan kecepatan bak roll coaster tadi, naik motor dengan kecepatan empat puluh km/jam sama sekali tidak ada apa-apanya, malahan terasa sangat lambat.

"Lo ngapain sih dari tadi mengendus mulu, kaya anjing tau gak?" kurang ajar, berani-beraninta anak ini mengataiku dengan nama binatang seperti itu.

"Eh, lo ngatain gue anjing ? gue ini mendengus tau, bukan mengendus" protesku setelah lebih dulu mendorong kepala Nirar, atau lebih tepatnya helmnya, secara dia kan pakai helm.

"Ya habis lo dari tadi kaya gitu mulu" ujarnya membela diri.

"Habisnya motor lo lambat banget, gimana kalo si Sadam terlanjur bikin masalah ? Yang ada kita malah tambah repot, lo tau sendiri mak bapaknya kaya gimana" ibu dan ayah Sadam memang tidak terlalu peduli dengan apa yang dilakukan Sadam, yah… tidak sampai dalam tahap tidak menafkahi Sadam sih, tapi cukup untuk membuat seorang anak merasa tidak dipedulikan.

"Ya kan biasanya lo gak suka diajak ngebut, gimana sih ?" protesnya.

"Iya, tapi ini kan mendesak, harusnya lo ngebut dong, jangan jalan kaya siput gini!" balasku kesal.

"Gue udah bilang kenalan gue yang di sana kok buat ngawasin Sadam biar gak berbuat aneh, jadi lo gak perlu terlalu khawatir" ujar Nizar menenangkan.

"Gimana gak khawatir? Lo berdua itu udah kaya anak gue sendiri, mana bisa gue gak khawatirin lo berdua? Coba tadi gue gak dateng, emak lo bakal ngapain lo?" Nizar diam. Ah, bodoh, aku lupa sampai menyinggung ibunya. Yah…ibu Nizar memang sangat baik kalau kepadaku dan akhir-akhir ini juga memperlakukan Nizar dengan lebih baik, itu setelah Nizar bertobat, sebelum itu, jangan ditanya, mungkin aku akan mengiranya ibu tiri yang suka menyiksa anak tirinya karena tidak patuh, yah… walaupun itu bentuk perhatiannya, tapi menurutku itu berlebihan.

Mungkin karena masalah keluarga inilah yang membuatku lebih respek pada Sadam dan Nizar dibanding dengan teman-temanku yang lain, kami memiliki satu masalah yang sama, keluarga. Sadam dengan orangtuanya yang tidak peduli dengan apapun yang dilakukan Sadam, Nizar dengan orangtuanya yang tidak akan ragu menghukumnya jika berbuat salah saking perhatiannya, dan aku… aku punya masalahku sendiri yang belum saatnya untuk diceritakan, yang jelas, terkadang aku merasa seperti menjadi ibu untuk mereka berdua yang bagiku masih kekanak-kanakan, bukannya aku sok dewasa atau bagaimana, tapi memang dalam beberapa hal bisa dibilang aku lebih dewasa daripada mereka.

"Makasih ya" ucap Nizar tiba-tiba.

"Biasa aja ngucapinnya, gak usah pake nada melo gitu" ujarku.

Tak beberapa lama kami sampai di club tempat Sadam sekarang berada.

"Lo tunggu sini, biar gue aja yang masuk" kata Nizar lantas pergi meninggalkanku.

Aku hanya diam berdiri di samping vespa Nizar sambil menatap bangunanmirip kafe namun tertutup itu, orang bilang, tempat seperti ini baru akan ramai setelah lewat tengah malam. Yah, walaupun begitu, tetap saja aku merasa kurang nyaman.

Nizar keluar beberapa menit kemudian dengan memapat Sadam yang tampaknya benar-benar mabuk.

"Ya ampun ni anak… baru jam segini udah teler kaya gini, minum berapa banyak sih dia?" ujarku rada khawatir.

"Banyak banget, udah gitu gue gak tau pin kartunya pula, terpaksa gue bayar pake duit gue deh" ujar Nizar.

"Sad, lo masih bisa melek gak?" tanyaku.

"Hah… lo… lo Cecile ya… sialan, bangke..." what the… apa salahku dari tadi mendapat cacian? Tadi anjing, sekarang bangke?

"Gak usah dengerin Cil, dia mabuk, kita bawa dia pulang ke rumah gue" ujar Nizar saat tau aku akan memukul Sadam. Aku hanya menghembuskan napas berusaha sabar lalu membantu Nizar mendudukkan Sadam di motornya. Dan karena Sadam sudah tidak bisa duduk dengan benar, pada akhirnya, kami boncengan bertiga dengan motor vespa Nizar. Untung diantara kami tidak ada yang gendut.

*****

Jam menunjukkan pukul sepuluh malam setelah kami sampai di rumah NIzar. Setelah memastikan Sadam benar-benar tidur dengan benar di rumah Nizar barulah aku bisa bernapas dengan lega.

"Gue anterin pulang ya" kata Nizar.

"Gak usah, lo jagain aja Sadam, ntar kalo tiba-tiba bangun dan bikin masalah di rumah lo, lo yang repot, gue naik ojol aja, duluan ya" kataku sambil melambai. Aku lantas berjalan pergi meninggalkan rumah Nizar yang rada masuk gang. Ojol pasti akan sedikit kesulitan karena banyak gang di sini, karena aku costumer yang baik hati, jadi aku akan sedikit membantu dengan keluar dari tempat terpencil itu.

Aku berhenti di mini market pinggir jalan dan duduk di kursi yang berada di depannya. Kosku memiliki jam malam, setelah jam sembilan malam, gerbang kos akan dikunci dan tidak ada yang bisa keluar ataupun masuk, kecuali benar-benar darurat, contoh sakit dan harus pergi ke rumah sakit, selain itu tidak ada toleransi sama sekali. Ibu kos benar-benar menjaga keamanan kami. Tapi gara-gara itu, beberapa kali aku harus repot menginap di luar karena pulang lewat jam malam, seperti saat ini, biasanya jika aku ada acara atau apa yang mengharuskanku pulang agak malam, aku kan menginao di rumah teman perempuanku, sayangnya aku tidak punya teman perempuan yang benar-benar dekat seperti kedekatanku dengan Sadam dan Nizar, jadi rada aneh kalau tiba-tiba aku datang menginap dan juga… ini malam minggu, mana ada anak yang benar-benar berada di rumah sekarang, yang ada mereka keluar dengan pacar masing-masing. Ah, pacar, aku kan juga punya pacar, apa aku datang ke rumah Niko saja ? tidak mungkin, aku tidak seagresif itu kali… tunggu, bukankah ini malam minggu ? kalau akhir pekan seperti ini bukankah orang itu ada di rumah ?

Aku mengeluarkan HP ku dan menelepon sebuah nomor.

"Halo, kak Kevin, kamu di rumah?"