Aku berjalan malas keluar dari gerbang sekolah. Dengan langkah gontai menyeret kakiku menuju halte depan sekolahku, aku lelah. Ya ampun... kenapa aku seletoy ini sih? Padahal di kelas aku juga tidak melakukan hal yang melelahkan, hanya dudukan dan menonton video sambil pura-pura memperhatikan guru yang sedang menjelaskan, tapi kenapa aku udah lemas kaya gini...?
Ckiiit... tiba-tiba saja seekor eh, sebuah, ah entah bagaimana menyebutnya, yang jelas ada CBR hitam tiba-tiba berhenti di sampingku. Si pengendara membuka kaca helmnya. Dia pacarku, Niko!
"Kak Cecile mau pulang?" tanya Niko.
"Ya iya lah, emang mau ngapain lagi?" balasku rada-rada jutek.
"Tumben langsung pulang, biasanya nongkrong dulu di sekolah" balasnya.
"Eh, kamu dari kapan ngawasin aku? Kok kamu bisa tau kalo aku sering nongki di sekolah?" tanyaku. Aku curiga kalau selama ini dia menstalkingku.
"Aku gak pernah berniat ngawasin sih, tapi sering kebetulan aja aku pulang agak sorean dan liat kak Cecile masih di sekolah mainan HP" ujarnya, aku mempercayainya tentu saja.
"Oh, kirain. Ya udah, aku duluan ya kalo gitu, itu bisnya dateng" ujarku.
"Eh... tunggu bentar!" Niko menarik tanganku. Aku langsung memelototinya dan dia segera melepaskannya. Mohon maaf, aku tidak suka sembaranfan disentuh orang yang tidak ada hubungan apa-apa denganku. Yah... dia lain sih, walaupun status kami pacaran, tapi bisa dibilang aku baru saja mengenalnya. Bukan baru saja juga sih. Aku pernah beberapa kali satu forum kegiatan dengannya, hanya saja aku tidak terlalu memperhatikannya dan lupa akan namanya. Makanya kemarin aku menanyakan namanya karena aku lupa.
"Ngapain sih? Aku keburu ketinggalan bis nih" ujarku sambil sesekali melirik bis dengan gelisah. Kalau sampai aku ketinggalan bis, aku baru bisa pulang nanti maghrib, sedangkan aku harus ke bengkel untuk mengambil sepedaku sebelum bengkel tutup jam lima sore.
"Biarin aja bisnya pergi duluan" kata Niko, maksudnya apa sih?! Tepat setelah mengucapkan itu bisnya pergi. Aku diam menatap Niko dengan sorot tidak senang yang tidak kusembunyikan sama sekali.
"Tuh udah pergi duluan, sekarang kamu mau apa?" tanyaku agak kesal.
"Sorry, udah buat kak Cecile marah, aku ma pengen... ini" Niko menyodorkanku sebuah helm. Aku memandang benda yang sebenarnya tidak asing-asing amat itu dengan heran.
"Ini helm?" begonya diriku, aku jelas tau itu helm, kenapa masih menanyakannya?!
"Iya, a... aku anterin pulang ya kak" katanya agak malu. Lucu sekali. Aku sekuat tenaga menahan tawaku agar gidak keluar dari mulutku.
"Ok... eh, daripada anterin pulang, ada tempat yang harus aku datengin, kamu mau nganterin ke sana?" tanyaku. Kalau dipikir-pikir untung juga sih kalau aku menerima tawarannnya untuk mengantarku, jadi aku tidak perlu kehilangan tiga ribu rupiahku untuk naik bis.
"Kemanapun kak Cecile mau pergi, aku akan anterin" ceilah... ni anak bucin amat.
"Ok, kalo gitu anterin aku ke bengkel buat ambil sepeda" kataku, sambil mengambil alih helm dari tangannya lalu tanpa ragu menaiki CBR itu sambil memakai helm yang barusan kurebut.
"Kita ke arah mana kak?" tanya Niko, persis seperti abang-abang ojol yang GPS nya mati.
"Putar balik ke Utara, jangan ngebut ya, aku gak suka" ujarku. Dia tidak merespon melainkan langsung memacu motornya dengan kecepatan sedang. Hm... ternyata begini rasanya diboncengkan oleh pacar sendiri? Biasa saja ternyata.
Tidak terlalu lama kami sampai di bengkel tempatku memperbaiki sepeda. Aku turun dan ke bengkel untuk mengambil sepedaku yang berharga sementara Niko tetap di atas motornya menungguku.
Setelah membayar uang perbaikan yang membuat sepi dompetku aku kembali.
"Makasih ya udah nganterin, kalo gitu aku balik dulu" ujarku.
"Oh, ok, hati-hati kak" katanya, ada kekecewaan di wajahnya.
"Kok kak terus sih? Aku tu risih dengernya, lagian kita seumuran, dan juga kita kan pacaran, masa kamu manggil pacar sendiri pake kak kak an segala" kataku, aku dari tadi ingin mengatakan itu padanya, dan akhirnya tersampaikan juga sekarang.
"Terus aku harus manggil kamu apa?" tanyanya.
"Gak usah pake embel-embel, panggil Cecile aja"