Chereads / NARA / Chapter 2 - NARA #02

Chapter 2 - NARA #02

Devan dengan keras membanting pintu kamarnya, sampai kedua orangtuanya yang sedari tadi berantam sadar kalau Devan sudah tidak ada lagi diantara mereka.

"Itu anak kamu, dibilangin malah pergi, semakin tidak tau sopan santun aja dia, itu semua berkat didikan kamu!" Kata Papa Devan dengan emosi yang meluap - luap.

Mama Devan semakin marah mendengarkan perkataan dari suaminya, "Kamu taunya cuma nyalahin aku aja! Kamu kemana aja? Kamu kan juga orangtuanya, kenapa kamu sibuk dengan yang lain, makanya jarang pulang." Kata Mama Devan dengan nada sinis dan senyum yang mengejek.

"Jaga ucapanmu! aku sibuk cari uang buat keluarga kita, kalau gak ada bukti jangan bicara sembarangan ya! itu semua karena kamu terlalu memanjakan anakmu," kata Papa Devan yang semakin nyolot.

"Apa kamu bilang? Terserah kamu lah, capek juga bicara sama orang egois. Kamu tau apa soal anak, taunya hanya pulang dan marah marah gak jelas, aku udah capek ribut terus sama kamu." kata Mama Devan lalu berjalan meninggalkan Papanya yang masih terus marah marah.

Devan sudah terbiasa mendengarkan kedua orangtuanya berantam terus, malahan aneh kalau kedua orangtuanya tidak bertengkar, karena itu sudah terjadi sejak devan masih SMP. Awalnya Devan sedih melihat kedua orangtuanya asik ribut, tapi lama kelamaan devan sudah tidak perduli lagi. Karena sekarang dia berpikir toh mereka juga tidak peduli dengan dirinya, di mana dia, sama siapa, sudah makan apa belum? Sampai sakit sekalipun Papa Mamanya tidak mengetahuinya.

Seiring berjalannya waktu Devan berubah menjadi anak yang nakal, suka membully teman temannya yang dianggapnya lemah. Kalau boleh jujur, dirinya jauh lebih lemah dari teman teman yang pernah dibullynya. Tapi dia berusaha untuk tetap menutupinya. Ada kepuasan tersendiri bagi Devan kalau sudah mengerjain teman-temannya, banyak yang tidak suka melihatnya, tapi mana Devan peduli, yang penting dia mendapatkan kepuasan kalau sudah melakukan hal tersebut.

Devan Ravindra adalah seorang cowok yang sangat angkuh, sombong, suka semena-mena, jahil, bisa dibilang sangat jahil, suka isengin teman-temannya yang dianggap lemah, suka bertindak tanpa berpikir dulu, intinya dia

suka membully. Bisa dikatakan dia bertindak nakal seperti itu karena tidak mendapatkan kasih sayang dari orangtuanya.

Dulu dia selalu sendirian menangis di dalam kamarnya setiap malam. Setelah dia merasa jenuh meringkuk di dalam kamarnya selama berhari-hari, dia mulai melampiskan amarahnya kepada semua orang, tidak pandang bulu, intinya kalau dia tidak suka dia langsung membullynya, ada kepuasan tersendiri setiap kali dia berhasil mengerjain teman-temannya habis-habisan. Tapi sebelumnya dia tidak pernah melakukan hal seperti itu. Dulu dia adalah sosok cowok yang baik, penurut, penyayang, dan selalu membanggakan.

Bisa dibilang efek dari pertengkaran kedua orangtuanya lah yang mempengaruhi mentalnya berubah drastis seperti sekarang ini. Seakan sifat baiknya tertutupi oleh egonya yang memuncak, emang benar ya kalau keluarga yang tidak harmonis bisa mempengaruhi mental anak.

Devan yang dulu tidak ada lagi sekarang, Devan mempunyai seorang adik cewek, dia sangat menyayangi adiknya ini, bahkan sangking sayangnya dia selalu memantau cowok-cowok yang berani mendekati adik kesayangannya ini, dia tidak ingin adiknya ini disakiti, kalau sampai itu terjadi Devan sendirinya yang akan menghajar cowok yang berani menyakiti adiknya ini.

Adik Devan bernama Kayla Zahra Asyifa, seorang gadis yang sangat manja dengan Devan, cerewet dan sangat menyebalkan untuk Devan, tapi Kay sangat sayang kepada Devan, Kay bahkan tidak pernah keberatan jika kakaknya selalu mengawasi dan melarang dia pacaran. Kay lebih dekat dengan Devan ketimbang Papa Mamanya, karena Kay juga sangat trauma dan capek melihat pertengkaran orangtuanya.

Kay sekarang duduk dikelas 2 SMA, Kay gadis cantik, imut, siapa yang melihatnya pasti akan jatuh cinta, tapi pada takut dengan kakaknya Kay yang sangat terkenal suka membully dan menghajar cowok yang berani untuk mendekati dirinya. sampai saat ini belum ada yang berani menghadapi sosok Devan.

******

"SIALAN! BERANI BERANINYA LO MEI UNTUK MENJEBAK GUE! AWAS AJA LOE MEI."

Teriak Nara dengan emosi dan amarah yang tidak terkendali lagi. dia tidak menyangka bahwa teman dekatnya yang dianggapnya bisa dipercaya malah berani untuk menjebak dan menghancurkan hidup Nara.

Nara mulai mengingat tentang kejadian kemarin malam sewaktu dirinya diajak minum - minum sampai akhirnya tidak sadarkan diri seperti ini.

"Brengsek loe Mei, lihat aja ntar pembalasan gue," ucap Nara dengan mata yang berapi api, dengan dendam yang luar biasa.

Nara Adelia adalah cewek tomboy, cantik, jago main basket, karate, pencak silat, balapan motor dan mobil, Nara tidak pernah memikirkan tentang pacaran, karena baginya itu hanya akan buang buang waktu, dia tidak percaya cinta, baginya tidak ada yang namanya cinta, cinta itu hal yang paling konyol, sebegitu tidak percayanya dia akan cinta, dia cukup cuek, tegas dan konsisten, tidak mudah percaya dengan seseorang, sangat sulit untuk dimengerti. Nara biasa dipanggil Nat yang artinya Nara Tomboy.

Keluarga Nara tidak harmonis. Papanya selalu kasar bahkan sampai main tangan kepada Mamanya Nara. Itulah sebabnya Nara sangat trauma dengan cowok dan bahkan dia sampai tidak ingin mengenal cowok untuk lebih dari sekedar teman biasa. Nara berpikir bahwa semua cowok itu sama dengan Papanya, sampai Nara berlatih bela diri untuk melindungi diri dan Mamanya.

Papa Nara suka berjudi dan mabuk-mabukkan, setiap pulang kerumah pasti akan main tangan kepada Mamanya. Hal itu sudah lama terjadi, sampai Nara tidak tau lagi kapan tepatnya hal itu. Tapi yang Nara ingat waktu itu dirinya masih terlalu kecil untuk mengetahui pertengkaran dari Papa Mamanya.

Teman-temannya bisa di bilang hampir semuanya cowok, hanya Mei lah teman cewek satu-satunya bagi Nara. Dia sangat dekat dengan Mei, mereka sudah cukup lama bersahabat. Tidak pernah sedikitpun terlintas dalam benak Nara bahwa Mei akan setega itu untuk menjebak dirinya.

'Teman dekat aja bisa menjebak, apalagi yang baru dikenal?' Beginilah pemikirannya setelah mengetahui warna asli sahabat nya itu.

Dengan amarah yang luar biasa nara meminta bantuan dari teman teman cowoknya untuk mengetahui keberadaan Mei, dia ingin segera membalas mantan sahabat baiknya ini.

Nara mencari cari nomor telepon temannya yang bernama wira, setelah ketemu dia langsung memanggilnya dan panggilan langsung terhubung "Ada apa Nat? Loe dimana sekarang?" tanya Wira.

"Gak penting tentang keberadaan gue sekarang, gue ingin minta bantuan sama loe, Wir. Loe tolong bantu gue cari si Mei, gue ada urusan yang sangat mendesak nih, gak usah tanya kenapa, karena gue gak akan jawab, ngerti! Loe tinggal cari dia sampai ketemu, terus bawa dia di hadapan gue segera!" Perintah Nara.

"Oke Nat gue gak akan tanya alasan loe, gue langsung cari dia ya, ntar gue kabarin lagi," jawab Wira tanda mengerti dengan situasi yang kurang baik ini, Wira langsung menutup panggilan teleponnya.

'Ada apa ya? Kok kelihatannya si Nat marah besar sama si Mei. Tumben - tumbenan nih. Kan biasanya mereka tuh akur banget. Tapi bodoh amat dah, bukan urusan gue juga.'

Wira langsung segera bergegas mencari tau tentang keberadaan dari Mei. Mei telah bersembunyi dari Nara, tapi tentu saja sangat mudah bagi seorang Wira menemukan keberadaan Mei, walaupun Mei sudah pergi keluar kota

untuk menghindari Nara, Mei sekarang telah dibawa di hadapan Nara.

Nara yang sangat emosi langsung menampar pipi Mei kanan kiri, secara berulang ulang. Nara bahkan tidak ingin mendengarkan penjelasan Mei, karena Nara tau kalau Mei sudah merencanakan hal itu dari jauh jauh hari, tepat di hari ulang tahunnya Mei menjalankan aksinya itu.

"Loe emang cewek gak tau diri, kurang baik apa gue sama loe, Mei?!! Tega - teganya lo sampai sebegitu parahnya ngejebak gue!" kata Nara dengan suara yang semakin meninggi.

"SIALAN LOE, BRENGSEK!!" Teriak Nara dengan sangat emosi dan amarah yang berkumpul jadi satu.

Mei bukannya merasa bersalah, malah tertawa sambil mengejek kearah Nara, dia semakin memancing kemarahan Nara, "Gue bahkan gak menyesal telah menjebak loe, Nat. Loe itu cewek munafik dan sok suci yang pernah gue temui..!!" Ucap mei dengan keras.

Nara semakin jijik menatap Mei, "Gue salah apa sama loe, Mei? Kurang baik apa gue sama loe? Emang loe aja yang gak tau arti kebaikan dari gue. Gue sadar loe cuma pura-pura untuk berteman sama gue kan? Gue tegasin sama loe ya, gue seorang Nara, gak butuh teman kayak loe, ngerti..?!!" Lalu Nara berjalan meninggalkan Mei.

"IYA GUE HANYA MEMANFAATKAN LOE SELAMA INI, GUE GAK SUDI BERTEMAN DENGAN CEWEK SOK SUCI DAN MUNAFIK KAYAK LO, LO DENGAR, GUE TEGASIN SEKALI LAGI, DARI AWAL GUE GAK PERNAH MENGANGGAP LOE ITU TEMAN GUE!" Teriak Mei.

Lalu Nara yang sudah berjalan beberapa langkah, memutuskan untuk berhenti sebelum meninggalkan ruangan itu, "Tadinya gue berniat cuma melakukan ini aja ke loe, tapi sepertinya gue lupa memberikan hadiah perpisahan yang akan loe ingat seumur hidup loe, Mei. Gue tau loe pasti akan sangat penasaran dan akan menyukainya, selamat bersenang - senang." Ucap Nara dengan senyuman mengejek dan menoleh ke arah Mei dengan tatapan setajam mata elang.

Lalu Nara menepuk tangannya, lalu beberapa cowok masuk atas aba - aba dari Nara, lalu Nara menatap sebentar Mei mantan sahabatnya, dia pun segera berlalu meninggalkan Mei seorang diri lalu membiarkan 5 orang cowok itu untuk memperkosa Mei secara bergantian.

Mei sempat berteriak meminta tolong kepada Nara, tapi Nara malah mengacuhkannya begitu saja.

'Gue gak akan seperti ini kalau bukan karena loe yang memulai Mei, gue gak nyangka loe sejahat ini sama gue selama ini.'

Dalam hati Nara yang paling dalam sebenarnya dia tidak setega dan sejahat itu pada Mei, tapi kali ini dia mengabaikan semuanya karena dia sudah tidak perawan lagi akibat ulah Mei. Dia ingin Mei terus mengingat apa yang telah di lakukan Mei padanya malam itu. Jujur, Nara cukup menyesal ikut ke Klub dengan Mei malam itu dan mau di ajak minum alkohol, sampai dia benar - benar mabuk hingga tidak sadarkan diri.

Yang membuat Nara tidak habis pikir bahwa Mei sampai tega memasukkan obat perangsang untuk dirinya. Itu hal yang paling tidak bisa diterima oleh Nara.

Nara masih berdiam diri, hingga tanpa sadar ponselnya berbunyi, lalu Nara meraih lalu melihat yang menelepon adalah Mamanya.

'Mama, ada apa ya?' Batin Nara, lalu tanpa pikir panjang segera menjawab panggilan Mamanya.

"Halo, Ma..... Ma... Halo......" Tapi tidak ada suara Mamanya yang terdengar, hanya suara jeritan dari Mamanya yang berulang ulang. Nara sangat mengerti dengan keadaan seperti ini, pasti Papanya telah main tangan lagi dengan Mamanya.

"BRENGSEK, BERANI - BERANINYA DIA MUKULIN MAMA LAGI..!!" Teriak Nara, lalu bergegas pulang kerumah. Nara sampai balap-balap dengan motor kesayangannya.

Sesampainya di depan pagar rumahnya yang berwarna biru, Nara berteriak - teriak, tapi tidak ada yang membukakan pintu. Akhirnya Nara memutuskan untuk melompat dari pagar. Padahal pagar rumahnya Nara sangat tinggi, tapi Nara tidak kesulitan sama sekali. Baginya hal itu tidak ada apa - apanya. Yang ada di pikiran Nara saat ini adalah untuk menyelamatkan Mamanya dari kekerasan fisik yang telah dilakukan oleh papanya.

"MAAAAA........!!!" Teriak Nara,

"Pa, cukup Pa..!! Kenapa sih Papa tega terus-terusan mukulin Mama?!!" Bentak Nara, sambil menangis melihat keadaan Mamanya yang saat ini tergeletak lemas di lantai.

"Kamu tau apa! Kamu itu cuma anak kecil yang tidak tau apa apa, kamu seharusnya kuliah belajar yang rajin, bukannya disini..!!" Bentak Papa Nara.

Dengan tatapan tajam yang menyiratkan dendam dan amarah yang bercampur menjadi satu, Nara menjawab dengan nada setengah meninggi "Aku udah gede, Pa..!! Aku terus-terusan melihat Papa kasar dan selalu mukulin Mama, apa salah Mama, Pa? Kenapa Papa gak pernah berubah, gak pernah mikirin tentang kami berdua? Kenapa Pa? Aku tau jawabannya, karena Papa terlalu sibuk dengan urusan Papa diluar, Papa hanya bisa mabuk-mabukan, tidak pernah ada untuk aku dan Mama! Kalau pulang, Papa taunya hanya marah dan marah, lalu mukulin Mama, Papa sadar gak? Seharusnya Papa sadar! Papa keterlaluan! Aku benci sama Papa."

"Beraninya kamu ya?!! Mama sama anak sama saja..!! Tidak berguna..!! Selalu merepotkan..!!" Kata Papanya lalu segera pergi keluar, lalu membanting pintu.

Mama Nara menangis sampai terisak sejadi - jadinya, Nara memeluk Mamanya dengan sangat erat, "Sabar ya, Ma. Mama kenapa gak minta pisah saja dengan Papa? Nara udah gak kuat melihat Mama terus - terusan dipukuli sama Papa."

"Mama gak bisa Ra, Mama gak bisa. Mama sangat mencintai Papamu. Mama gak mau pisah sama Papamu. Mama ikhlas kok, Ra. Kamu gak perlu khawatir ya, Mama yakin suatu saat nanti Papamu akan segera berubah," kata Mamanya untuk menyakinkan Nara.

"Tapi Nara yang gak tega melihat Mama yang terus - terusan dikasarin sama Papa. Nara gak kuat Ma. Papa itu gak cinta sama Mama. Kalau Papa cinta pasti Papa gak bakalan tega untuk mukuli Mama terus menerus begini," kata Nara dengan nada yang pelan supaya Mamanya tidak tersinggung.

"Cukup Ra, Papamu itu mencintai Mama! Kamu jangan bicara sembarangan ya, Ra. Udah ya, Mama mau balik ke kamar. Kamu sebaiknya balik ke kampus lagi." Kata Mamanya dengan sangat marah, lalu segera pergi meninggalkan Nara.

"Tapii........Maaaaaaa....." Teriak Nara, tapi mamanya langsung menutup pintu kamarnya dengan cepat tanpa ingin menggubris ucapan dari Nara.

Di dalam hati Mamanya sebenarnya sangat tau bahwa ucapan Nara itu benar, tapi Mamanya selalu membohongi dirinya sendiri, lagi dan lagi.

"Kenapa sih, Ma. Nara tau Mama selama ini juga sudah tau. Kenapa sih, Mama masih bertahan dan membohongi diri Mama sendiri? Nara ikhlas kalau Mama dan Papa berpisah. Nara udah gak ingin melihat Papa mukuli Mama terus - menerus. Papa itu gak pernah cinta sama Mama," ucap Nara dengan terbata-bata, karena saat ini Nara sedang terisak sejadi - jadinya.