Chereads / Sebuah Kesepakatan (Dealing With) / Chapter 44 - Jika Aku Selamat

Chapter 44 - Jika Aku Selamat

"Ficaso, kau mulai duluan" kataku pada pria berumur 35 tahun itu.

"Aku adalah seorang ahli komputer terutama perangkat lunak. Aku menyelesaikan S1 berkat beasiswa dari perusahaan Servine. Setelah lulus aku sempat bekerja di beberapa perusahan start up. Suatu hari, sistem keamanan perusahaan mereka di Perancis mengalami peretasan. Banyak aset mereka berpindah tangan tanpa adanya jual beli. Saat itulah mereka membuka kompetisi bagi siapa saja yang bisa menemukan peretasnya akan mendapatkan banyak hadiah.

Aku mencoba peruntunganku. Sejujurnya aku gagal. Aku hanya bisa menghentikan peretasan. Sebaliknya seseorang bernama Liam berhasil memenangkan kompetisi itu. Aku gagal mendapatkan hadiah.

Di luar dugaan, beberapa mingu kemudian, seseorang menawariku pekerjaan dan beasisiwa. Orang itu adalah salah satu direktur di perusahaan milik Servine. Setelah lulus aku bekerja sebagai kepala keamanan di sana."

"Bagaiman orang sepertimu bisa berakhir menjadi pengewalku?"

Ficaso menjwab dengan santai, "Aku tetap kepala keamanan. Sebenarnya yang aku jaga adalah Tuan Gold. Tuan Servine memintaku mengawasi semua sitem keamanan selama Anaknya masih belum sembuh. Yang paling utama, memastikan tidak ada yang mengetahui, bahwa Gold sedang sekarat. Melihat kesepakatan yang mereka buat denganmu, ia memintaku menjaga anda"

"Ok,.." jawabku dengan penuh kekaguman.

"Andaikan aku selamat dari keadaan ini, aku akan pergi ke Maldive. Ada pantai indah di sana. Ya aku akan ambil cuti mungkin 1-2 bulan. Semua ini membuat hidupku terdengar tak beraturan.",

FIcaso mengakhiri cerita singkatnya.

"Arna?"

"Aku-aku akan resign saja. Tak masalah jika aku harus kembali menjadi seniman jalanan di taman-taman kota. Kalian harus cari pengasuh lain. ", katanya singkat.

Kami semua menatap Arna dengan heran. Wanita ini benar-benar tak ingin berurusan dengan kami.

"Apanya yang salah? Aku hanya mencoba menikmati hidupku dan lari dari orang-orang rumit seperti kalian. Lagi pula, bukankah perhiasan ini milikku? Aku anak menggunaknnya untuk modal membuka usaha."

Jacob menatap Arna dengan jijik secara tiba-tiba. "Harusnya aku pilih orang lain yang lebih baik darimu" jawab Jacob.

"Sudahlah, ia sudah terluka saat di Perancis. Kurasa ia benar, sebaiknya ia pergi dan tak terlibat dengan hal-hal serumit ini lagi."

Ficaso terlihat tak senang. "Baiklah, Jacob? apa yang bisa kau bagikan kepada kami?"

"Hmmm, ini cukup rumit. Aku adalah ahli permata dan tangan kanan Gold. Saat ia tak kembali dari bulan madunya, aku meminta Ficaso menyelidiki apa yang terjadi. Aku kecewa saat tahu ia sakit jadi aku putusakan mencarinya Ke Indonesia.

Aku menemukannya bersama sang istri di rumah sakit. Entah mengapa aku merasa ada yang janggal dengan wanita yang ia cintai. Kecurigaan saat itu bukanlah kecuriagaan yang besar. Jadi jangan salah sangka.

Melihat keadaan Gold, aku memutuskan memberitahu Tuan dan Nyonya Servine.

Saat itu juga, Tuan dan Nyonya Servine mengambil alih otoritas validasi untuk semua perusahaan sementara waktu. Aku harus memutar otak agar semua perusahaan itu tetap berjalan lancar.

Keadaan tidak membaik, Gold makin tak sadarkan diri. Kami memutuskan merawatnya di rumah Nyonya Servine di Jakarta. Sambil mencari cara membuat Gold kembali normal."

"Apa kau berhasil?", tanyaku.

"Entahlah. Jika itu berhasil kita tak akan terjebak di sini."

"Kenapa kau mau menjadi Pelayanku?"

"Karena awalnya aku mencuriagai anda."

Aku terkejut, Jacob mencuriagaiku selama ini.

"Aku mengira anda akan menipu Tuan dan Nyonya Servinesetelah membaca kasusu yang menimpa anda beberapa saat lalu, jadi aku putuskan untuk mengambil alih. Sebab apapun yang terjadi, bayi di perut anda adalah anak dari Tuan Gold.

Lalu, jika aku selamat, aku harus menyelamatkan semua perusahaan sebelum jatuh ke angka terendah."

Aku tertegun untuk kedua kalinya. Jadi mereka berdua sebenarnya adalah orang-orang hebat yang berpura-pura menjadi pelayan dan pengawal selama ini.

Aku merasa dibodohi. Terutama dibagian, aku dicurigai.

"Reveline bagimana denganmu?" tanya Jacob.

"Aku?!"

Tak terasa sekarang adalah giliaranku.

Aku mondar-mandir memikirkan jawaban yang tepat. Orang bilang iman lahir dari pendengaran. Tapi saat mereka melakukan uji coba terhadap iman, apa benar mereka bias bertahan.

Aku bahkan saat ini ragu untuk mengutrakan rencanaku bila berhasil selamat dari kondiri ini.

"Jawablah, kami semua sudah menjawab dengan jujur" , Ficaso memprovokasiku.

Ku tarik nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan Ficaso.

"Aku, akan membuat Frada menyesali hidupnya!."