"Itu adalah bayi dan Ficaso" ,kataku. Sontak saja semua orang berwajah muram dan kaget. Terutama Gold Alfadice Servine. Pria yang menggendong anak itu.
Ficaso hampir-hampir mati lemas mendengar ucapanku. Jacob, hanya mendongak dan mencoba menyembunyikan ekspresinya.
"Bohong!" teriak Frada. Ia mencoba mendekati Gold. dengan satu tangan Gold memberi isyarat untuk diam dan tak bergerak.
"Aku ingin mendengarnya lebih jelas, Nona Revelie", kata Gold mendekatiku.
Aku tertawa. Sepertinya pria ini masuk ke dalam perangkapku. Perlahan, Gold meminta petugas yang memegang tanganku untuk melepaskanku. Aku jatuh dalam posisi duduk.
"Itu bukan anakmu! Itu anakku dan Ficaso.", kataku mengulangi dengan tenang. Gold melirik Ficaso sebentar dan kembali menatapku.
"Tidak dia bohong!", kata Frada dengan alat bantu penerjemahnya.
"Aku sudah pastikan itu anak kita!"
Aku tertawa mengejek wanita itu. "Apa kau sudah lupa? Saat di Perancis, kau meminta seseorang meracuniku?"
Mata Frada terbelalak.
"Kau meracuniku dengan sianida. Aku beruntung, aku hanya keguguran. Tapi sama halnya denganmu. Aku tetap menginginkan uang lima milliar. Aku tak bodoh Frada. Lalu, aku buat sebuah kesepakatan dengan Ficaso.
Perlu aku ceritakan bagimana aku mendapat bayi ini? Kalian sudah dewasa. Cukup pandai dengan masalah seperti ini bukan?"
Ekspresi Gold yang dingin menjadi semakin dingin. Frada berusaha membela dirinya.
"Dia berbohong! Jangan percaya pada omongannya. Dia wanita gila. Dia membunuh ayah dan ibu. Ia juga ingin membunuhku. Membunuh anak kita. Aku sudah memastikannya. Percayalah padaku."
Gold menoleh ke arah wanitanya. Gold masih tak mengeluarkan satu katapun.
"Apa itu benar?" , tanya Gold padaku.
"Aku tak memintamu untuk percaya. Bukankah tes DNA bisa membuktikannya?"
Aku menunggu reaksi Gold. Ia menoleh melihat anak itu sekilas.
"Tak masalah jika kau tak percaya. Itu adalah urusanmu." kataku memprovokasi.
Frada mulai hilang kendali. Ia mendatangiku dan menampar wajahku.
PaKKKK!
"Jika kau masih berani bicara aku akan membunuhmu!" Ancamnya.
Melihat aku ditampar, petugas polisi berusaha menjauhkan tangan Frada dariku.
"Nyonya besar. Kau lebih pandai dariku. Jangan bilang kalau kau kecewa. Bukankah, alasan kau ingin memiliki anak karena tak ingin sendirian di dunia ini? Suamimu sudah bangun dari koma. Kau harusnya sudah bahagia."
PakKKK! Ia memukulku lagi.
"Cukup!", teriak Gold.
"Dia benar! Tak ada gunanya marah padanya." Kata Gold. Ia segera mendatiku. Ia menyerahkan anak itu padaku.
Tindakanya membuatku terkejut. Semudah inikah?
"Gold apa yang kau lakukan? Mengapa kau serahkan bayi kita?", gerutu Frada.
Gold seolah tak peduli melenggang pergi dari kami. Frada terus berceloteh memprovokasinya.
"Seperti yang kau tahu. Aku tak tertarik dengan masalah kalian. Kau membuang-buang waktuku Frada."
"Apa maksudmu? aku sudah sejauh ini demi anak itu. Gold, dengarkan aku"
"Diam dan dengarkan aku!" kata Gold memerintah dengan otoritas.
Frada membeku melihat Gold berbicara kasar padanya. Wanita itu tak lagi membantah.
"Gold, apa yang merubahmu?" tanya Frada dengan nada memelas. Ia masih tak percaya pria yang sah dinikahinya membentaknya.
Gold melihat Frada. Ia hanya terdiam menyisakah tatapan yang tak jelas ke arah mana pembicaraan ini.
"Katakan apa maumu?", tanya Gold.
Mata Frada kembali berbinar.
"Aku mau kau menangkap mereka. Bawa mereka ke penjara. Jangan biarkan mereka menganggu lagi."
Frada memang orang yang bisa memanfaatkan situasi dengan benar.
"Baiklah akan ku kabulkan permintaanmu." Gold memberi isyarat kepada kepala polisi untuk mengabulkan permintaan Frada.
Frada tersenyum dan seraya melonjak kegiranga lalu memeluk Gold.
Diluar dugaan Gold, perlahan melepaskan pelukan Frada. Belum selesai mataku terkejut. Kejutan lain datang.
"Kepala Polisi, tangkap juga wanita ini!"
"Apa? Kenapa? Apa salahku?"
Gold pergi tanpa menghiraukannya. Beberapa polisi mendekati Frada. Frada masih berusaha meminta penjelasan.
"Sayang, apa yang ada dibenakmu! Tolong jelaskan padaku!" katanya sambil meraih bahu Gold.
"Lepaskan tanganmu!" Perintah Gold. "Kau sangat mejijikan!"