Mendengar nama Carl Ferduson, tubuhku sedikit menggigil.
Pria itu sudah berganti nama dan memang ia sempat bertemu dengannya sesaat sebelum penembakan terjadi.
"Nona, apakah itu benar? " tanya Ficaso padaku.
"Awalnya si Maliq Rott mantan kekasih mu itu menolak permintaanku. Tapi dengan sedikit provokasi tentang bagaimana kau bisa ada di Perancis cukup membuatnya sakit hati."
"Apa yang kau katakan padanya?", tanyaku penasaran.
"Aku tak banyak bicara, Aku hanya bilang si mantan kekasih cantiknya hamil diluar nikah dengan seorang pemuda blasteran china amerika yang sudah bersuami. Siapa tahu, ia percaya dan menjadi sangat marah!"
"Oh" , jawabku singkat. Aku memeang tak mengharapkan Ci Carl itu berotak cukup dalam."
"Ku dengar ia sempat menemuimu Revelin" Sahut Prada. "Aku yakin, ia pasti terpukul saat melihat keadaanmu! Menyedihkan" sahut Frada.
"Jangan sedih begitu, aku tak seratus persen salah Nona Muda", kata Sergei lagi.
"Lagi pula, ada istrinya. Wanita cantik timur tengah yang menjaganya. Kau sudah melihatnya bukan saat kalian bertemu? Aku yakin, wanita itu juga turut ambil bagian memberinya provokasi untuk membunuhmu! Lagi pula, bukankah kau tidak menyukainya sama sekali? Jadi kurasa tak perlu menyeasli diri akan hal ini.
Sayangnya, rencana itu gagal. Si Maliq itu tak berhasil membunuhmu! ia tak semahir diriku, mata minusnya membuatnya tak bisa fokus. Aku hanya buang-buang berlian saja. Tapi, tidak masalah, aku sudah sangat puas melihatmu akan mati ditangan kami Nona Cantik!"
Sergei sekali lagi tertawa bersama Frada. Dua sejoli itu, sudah seperti bunga dan vasnya. Saling melengkapi. Mereka berbagai tawa dan kebahagian dengan menyiksa orang lain,
Puas menertawai kami, Frada mendekat, menarik rambutku dan menaikkannya. Ia memasangkan sirkam yang ku gunakan untuk merusak leher mulusnya ke rambutku.
"Matilah dengan se-alami mungkin!", bisiknya ke telingaku.
Tak laman. ratu kecantikan Frada melenggang dengan santai melihat bayi Servine.
Arna gemetar. Tepat didepan mata Arna, ia daratkan sebuah ciuman pada kening Servine kecil .
"Mimpi indah sayang".
Suara merdunya menghiasi ruangan sepi pengap dan panas tanpa jendela di sini. Ia tak lagi bicara.
Bersama kekasihnya, Ia meninggalkan kami begitu saja.