Chapter 41 - Sianida

"Anda mencoba bernegosiasi dengan mereka Nona Revelin?" , tanya Ficaso padaku.

Ia benar-benar tak membantu sekali dengan pertanyaanya itu.

"Apa aku harus mempercayai orang sepertimu?" tanya Frada.

"Jangan sok baik Reveline! Aku sudah tau semua tentang dirimu! Aku bukan Fianka yang mudah dibodohi olehmu! Aku lebih senang dan menikmati kematianmu!"

"Nyonya mengapa anda begitu kejam? Kau tak punya belas kasihan kepada kami yang hanya pelayan ini!"

"Sudahlah, wanita di depanmu itu sudah tak punya hati. Apa kau lupa? Ia memasukkan sianida dalam steak saat di Perancis. Apa yang bisa kau harapkan dari wanita sepertinya." , kata Jacob mengejek.

"Kau benar Pak Tua, aku lah yang merencanakan pembunuhhan dengan sianida itu!"

"Tapi bagaimana? Nyonya bahkan belum berada di Perancis saat itu!"

"Arna yang polos, aku sudah datang sebelum kejadian itu terjadi. Aku menyelinap masuk ke rumah dan bersembunyi di salah satu kamar. Aku pastikan menu makanan yang harus dimasak. Diam-diam aku mengambil semua saus dan membuangnya saat malam hari. Bukankah kau harus pergi membeli saus baru ke-esokan harinya Arna? Tidak kah kau sadar? Hanya tinggal satu saus di minimarket saat kau membelinya. Aku sudah membeli semua saus dan menyisakannya satu. Tentu saja saus terakhir sudah di tambahkan bumbu-bumbu rahasia."

"~Oh"

Gelengan kepala Arna mengisaratkan, betapa pintar dan matangnya rencana Frada. Hanya keberuntungan saja yang membuat rencana itu gagal mutlak.

Sergei menambahkan beberapa peryataan yang mengingatkan aku saat serangan di kamar waktu itu. Serangkaian tembakan dari rumah seberang yang membuat Tangan Arna terluka. Ia mengklain itu semua adalah idenya.

Menurutnya, seandainya pesawat yang ia tumpangi tidak mengalamai delay dapat di pastikan salah satu peluru sudah menembus jantungku. Ia tak pernah meleset dalam membidik sasarannya. Sergei adalah seorang penembak jitu jarak jauh yang handal.

Hari itu terpaksa ia meminta bantuan dari seorang teman dengan berlian sebagai imbalannya.

"Coba tebak siapa yang harus mengantikanku?"

Kami hanya mengenggeleng dan saling berpandangan satu sama lain.

"Dia adalah seorang anggota extremis WNH/ World New Heaven.

Mereka sedang menggalang dana bagi perkumpulannya. organisasi itu percaya, dunia ini harus diubah dengan cara-cara ekstrim. Sayangnya, saat itu mereka kekurangan dana. Jadi aku putuskan untuk menyewa jasa salah satu anggotanya yang bernama, Maliq Rott.

Aku yakin , Kau tahu siapa Maliq Rott sebenarnya. Bukankah begitu Nona Reveline?"

Aku menyipitkan mataku dan berfikir keras sebelum akhirnya menggeleng.

"Ia adalah mantan kekasihmu, Carl Ferduson Loius"