Keyakinan Frada dan Sergei akan rencanaya membuatku semakin hilang akal. Mengapa mereka begitu ngotot ingin membunuh kami semua. Jika aku jadi mereka, akan lebih baik jika aku menunggu dan mengambil trik terbaik tanpa melukai siapapun.
Lagi pula, bukankah dengan menunggu kematian Gold dan Nyonya Servine akan membuat mereka lebih mudah mengendalikan situasi.
Aku melihat ke arah Jacob.
"Apa yang mengganggu pikiran Anda?" tanya Jacob.
"Apa Mereka sebodoh itu? Membunuh banyak orang akan menjadikannya menjadi buronan internasional jika ketahuan."
Jacob menarik nafas sebelum mulai bicara. "Mereka adalah Red Angel. Red berati darah. Mereka tak takut akan kematian atau semacamnya. Justru sebaliknya. Mereka akan kegirangan jika mangsa mereka mati. Bisa kubilang mereka adalah malaikat pencabut nyawa. Tidak ada satu pun dari mangsa-mangsa mereka yang dibiarkan hidup."
Aku mengalihkan pandanganku melihat Frada dan Sergei yang sedang berbicara satu sama lain.
"Kau juga harus tau, organisasi mereka sudah berjalan sejak puluhan tahun. Itu artinya mereka memiliki banyak anggota baik pria maupun wanita dari berbagai kalangan. Kalau hanya polisi kelas bawah mereka akan dapat melaluinya dengan mudah.
Orang-orang di Red Angle adalah orang-orang yang membunuh sampai ke akar-akarnya, Mereka akan membunuhmu dan semua orang yang berkaitan denganmu. Bukankah Anda juga sudah melihat bagaimana mereka mengeleminasi Tuan dan Nyonya Servine?"
Perkataan Jacob benar. Tak kusanggaka, setelah keluar dari mulut buaya aku masuk ke mulut singa. Aku pikir Fianka adalah masalah yang sudah sangat besar ternyata, Frada jauh lebih dari Fianka.
Memang terkadang Tuhan menyiapakan kita dalam berbagai pencobaan agar kita bisa menghadapi pencobaan lain yang jauh lebih besar.
Frada menghampiri kami.
"Aku akan membiarkan kalian mati perlahan di sini." katanya.
"Tunggu, boleh aku bertanya satu hal?" desakku.
"Apa?"
"Baimana jika keajaiban terjadi?"
Frada menoleh ke arah ku. "Seperti apa?", tantangnya.
"Kami selamat dari sini?'
Frada tertawa.
"Dengar baik-baik. Sejak aku menemukan buku harian Gold, aku jadi lebih waspada. Aku tak akan membiarakan kalian bertahan hidup. Terutama Kau! Jika sampai itu terjadi, maka aku tak akan mendapat sepeserpun dari warisan mereka."
"Nyonya setidaknya biarakan aku pergi" kata Arna dalam bahasa inggris. "Aku hanyalah seorang pelayan."
"Arna, sejak kau mengetahui semua ini, maka tak ada alasan bagimu untuk pergi."
"Kalian harus tau! Nasib kalian sekarang adalah akibat kebodohan Gold. Andaikan ia tidak menyadari aku menyuntikkan sesuatu ke dalam tubuhnya, mungkin semua ini akan menjadi akhir yang bahagia bagi kalian semua. Sayangya, ia menyadari bahwa setiap malam aku menyuntikkan obat yang membuat badannya semakin lemah dan menjadikannya lumpuh secara perlahan.
Kebodohannya itu, ia tuliskan dalam surat wasiatnya. Ia memberikan kuasa pada pengacaranya untuk memeriksa aku terlebih dahulu jika sesuatu yang mencurugakan terjadi.
Tentu saja Aku tak mau itu terjadi. Aku pastikan dokter yang menanganinya ada di pihak kami. IA haruslah seorang dokter cerdas yang bisa membuat pria itu tidur tanpa pernah bangun sedetikpun. Karena jika tidak. Saat dia mati nanti Aku tak akan dapat apapun sebagai warisannya.
Kebodohan Gold meningkat, saat aku membaca lebih lanjut isi surat wasiatnya. Ia akan memberikan setengah hartanya pada anakknya dan siapapun yang menjadi ibu biologis dari anak tersebut.
Artinya, aku harus kehilangan setengah harta jika kau hidup!"
"Tapi Frada anak itu, adalah anakmu!"
Frada membentakku!
"Ha ha ha, Gadis bodoh! Anak itu adalah anakmu dan Gold. Mereka menggunakan sel telurmu bukan sel telurku! Mengapa? Karena saat itu, Si Tua itu curiga padaku. Maka ia putuskan untuk menipumu. Mereka menggunakan sel telurmu. Mereka berencana menjadikanmu anak mereka jika aku benar-benar terbukti mencelakai Gold"
Aku menyanggah dengan berani.
"Mengapa kau biarkan ini terjadi? kau tak mengajukan keberatan apapun. Saat itu!"
Frada menodongkan pistol ke dahiku.
"Itu karena aku baru menyadari kecuriagaan mereka padaku setelah bayi itu berusia dua bulan. Sudah terlambat bagiku untuk mengajukan keberatan. Lagi pula lebih gampang bagiku membunuh mu dan bayi itu dari pada harus mengorbankan kepercayaan si Tua itu padaku". Jelas Frada.
Penjelasan Frada membuatku sadar. Ini adalah perampokan yang terstruktur, sitematis dan massiv. Aku berada dalam pusaran yang salah.
Aku tak pernah menyangka akan terlibat dalam konflik keluara serumit ini.
"Bagimana jika kita bekerja sama?" Kataku dengan berani. "Ambil bayinya, kita buat sekenario agar semua warisan jatuh ketanganmu?"
Mendengar hal, Frada menurunkan pistol dari dahiku. Aku pernah lolos dari tragedi Fianka maka aku juga harus bisa lolos dari Tragedi Frada. Jika tak bisa selamatkan semua orang, setidaknya selamatkan bayi itu.
"Nona Reveline? Apa kau mencoba bekerjasama dengan bandit wanita ini?"