Jacob dan Ficaso benar-benar melakukan tugasnya dengan baik.
Baik Frada maupun Nyonya dan Tuan Servine tak bisa menemuiku sama sekalai, bahkan setelah cucu mereka lahir ke dunia. Entah apa yang Jacob lakukan, kurasa ia bisa dipercai untuk saat ini. Ini membuatku sedikit lebih tenang.
Aku berada di ruang terpisah dengan sang bayi. Mereka meletakkan kamera di setiap sudut kamar kami. Dokter menyarankanku untuk tetap berada di sini sampai satu minggu ke depan. Mengingat ada beberapa treatment yang masih harus kami jalani.
Ku dengar belum ada pihak keluarga Sevine yang disizinkan datang atau memberi nama pada bayi yang secara biologi adalah anakku. Perawat di rumah sakit menawariku untuk melihat sang bayi. Namun aku menolaknya.
Aku hanya takut tak bisa melepaskan anak itu jika aku melihat wajahnya.
Rumah sakit ini memiliki perawatan yang terbaik. Kondisiku berangsur membaik dengan sangat cepat. Tubuhku sudah tak sebesar saat hamil beberapa waktu lalu. Setiap kali rasa sakit datang, mereka menyemprotkan obat penghilang rasa sakit. Mereka tahu aku tak bisa minum banyak obat, jadi mereka memilih pengobatan yang tak biasa.
Di ruangan ini, Jacob dan Ficaso sering datang. Mereka bergantian menjagaku. Sesekali Servin melakukan video call dan bicara padaku. Tantu saja, aku sedikit menjaga sikapku pada mereka. Mengingat ada kemungkinan mereka juga ingin membunuhku sebelum bayi itu lahir.
Setelah semua ini selesai, aku berniat tak menghubungi mereka lagi. Aku ingin mereka pergi dari hidupku selamanya.
Hari ini Jacob datang dengan sebuah kotak hadiah ditangannya.
"Sirkam ini terbuat dari emas putih asli. Lebih kuat menancap di rambut dan lebih tajam tentunya. Pakailah! Hanya untuk berjaga-jaga. Setidaknya jika ini melukai anda tidak akan menyebabkan tetanus seperti bross yang biasa anda pakai. Tapi karena ini sangat runcing, kerusakan yang di akibatkan jika bersentuhan dengan kulit pasti lebih mengerikan"
Aku mengamati sirkam bergigi tajam yang Ficaso berikan padaku. Aku masih berfikir dari mana ia bisa mendapatkan perhiasan sebagus ini. Ada muriara putih diujungnya namun tak terlihat berlebihan.
"Sebenarnya, aku bekerja pada Tuan Gold sebagai seorang ahli permata. Tugasku adalah merawat semua permata yang dia beli atau dapatkan cuma-cuma. Aku menyimpannya baik-baik, memberinya label melakukan pengecekan rutin serta membayar pajaknya. Ia mempercayakan semua itu padaku. Ia menyukai barang-barang berkilau, tapi tak pernah menyentuhnya sekalipun. Menurutnya, jika suatu hari, ia atau siapa pun membutuhkannya, aku boleh mencairkan atau memberikannya pada orang tersebut.
Menurut saya anda akan membutuhkannya saat ini"
"Kau yakin ia tak akan keberatan? Bukankah ini sangat mahal?" tanyaku lugas.
"Kurasa tidak, Pasti ia juga akan melakukan hal samajikalau ia bisa bertahan dari kondisi sakaitnya saat ini"
Dia mungkin benar, saat ini Gold hanya bisa berbaring koma dalam tidurnya. Kemungkinan untuk bangun hampir-hampir tak ada. Memikirkan hal itu, aku memutuskan untuk menerima hadiah itu.
"Terimakasih Jacob. Tolong sampaikan pada Bosmu nanti."
Jacob menoleh, "Sampaikan sendiri Nona. Ucapan terimakasih bukan sesuatu yang bisa diwakilkan"
Aku tak menjawab.
"Satu lagi, Aku sudah meminta orang untuk memeriksa gelang emas pemberian Frada. Anda beruntung, Gelang itu tidak diledakkan di bandara saat Anda berlari."
Aku hapir lupa sama sekali dengan gelang pemberian Frada yang dilepasakan pakaa oleh Jacob saat aku berhasil diselamatkan. Mendengar gelang itu disebut, aku jadi teringat kalung berlian yang Frada berikan. Jangan-jangan kalung itu juga hanya semacam sebuah simbol untuk melebeliku sebagai target orang-orang yang ia telah bayar.
"Apa efeknya akan seburuk itu?"
"Benar, cukup untuk menghancurkan Anda berkeping-keping."