Ficaso mmasih terus mengikutiku. Membawakan semua hal yang aku perlukan. Seperti tab terbaru hadiah dari Tuan Servin satu bulan lalu.
AKAmi pergi ke ruangan yang di sebut Musique de Chambre yang artinya ruang musik. Secara teknis hanya ada satu piano besar di ruangan ini. Musique de Chambre sepertinya agak sedikit berlebihan. Kecuali jika kau menambahkannya sebuah alat musik. Misalnya gitar atau harpa berlapis emas barulah nama Musique de Chambre patut di hadiahkan untuk ruangan berukuran tiga kali lima meter ini.
Setlah menyingkirakan potongan-potongan steak, aku mulai mempertimbangkan membuat Ficaso sibuk. Aku bukan bukan Ratu dinasti Tang yang akan melakukan konspirasi apapaun melawan Servin. Agak berlebihan jika mengikutiku terus.
" Ficaso!, aku mau tabnya."
Ada sebuah game yang dirilisr bulan Juli 2016. Namanya Pokemon Go. Mereka bilang, game ini cukup menarik untuk dimainkan. Ini sudah cukup kuno saat ini. Tapi cukup bisa membuat seseorang menjuh dan sibuk untuk menyelesaikannya.
Dalam game ini, pemain mengumpulkan mahluk-mahluk aneh yang di sebut Pokemon. Kita bisa melihat mereka seolah-olah mereka ada di dunia kita. Katakan saja, jika kita menemukan mereka di kolam atau di hutan, kita hanya perlu menangkap mereka pada sebuah bola monster.
FIcaso dengan mudahnya tertari pada apa yang aku kerjakan. Ini sesuai dengan rencana.
"Tidak akan ada monster di Ruangan seperti ini" Keluh Ficaso. "Ditambah kenapa tidak memainkan permainan seperti Mobile Legend, atau permainan modern lainnya?"
"Oh ya? Jika aku mendapatkan satu saja kau harus mencarikan lainya untukku. Bagimana?"
"Jangan Bercanda Nona, Tidak akan ada hal sperti itu saat ini!"
Aku mulai mondar-mandir seperti Pokemnon trainer sejati. Dari sudut ke sudut lain. Seandainya ini di sekolah, aku pasti sudah di anggap tak beres oleh para guru dan murid.
"Fi-Ca-So aku dapat di atas piano!", seruku sambil melempar lempar Pokeball. Dalam hitungan kurang dari satu menit aku sudah dapatkan satu.
"Sesuai perjanjian, Kau yang lanjutkan."
"Aku bahkan tak pernah memaikan permainnan seperti ini, Anda akan kelelahan mengikuti saya Nona", bantahnya.
"Oh, aku tak kan mengikutimu. Kau cari sendiri. Aku akan menantimu di sini".
"Tapi?"
"Apa yang Kau takutkan? Ada begitu banyak orang di rumah ini. Jika aku butuh bantuan, mereka akan segera menolongku"
Ficaso tak lagi punya daya untuk membantahku. Ia segera menghilang dan melakukan tugas pencarian pokemon sesuai perintah yang aku berikan. Aku, akan menikmati kesendirianku untuk sejenak.
Baru saja ia meninggalkanku kurang dari lima menit, Ficaso sudah membuat keributan. Entah apa yang dia tendang, suaranya kedengaran begitu keras.
Tak berselang lama, aku mendengar langkah kaki beberpa orang menuju ke arah asalnya sura tersebut. Aku perlahan ikut bergabung dengan mereka.
"I think, it's from second floor", kata salah seorang pelayan padaku.
Mereka juga menjelaskan, ssepertinya itu berasal dari sebuah ruangan yang jarang dipakai.
Ficaso terjatuh di lantai dengan posisi tengkurap. Tab yang ia pegang terlempar jauh dan menyenggol guci besar buatan Cina. Itulah yang membuat suaranya sangat keras. Sepertinya beberapa serpihan sempat melukai tangannya.
Aku melihat sisilain dari tempat FIcaso jatuh. Ada si anjing manis dengan harga jutaan rupiah juga di sana.
"Oh Serafina, Apa yang kau lakukan di sin?" Keluh Ficaso yang mencoba bangkit. Ia mendapat bantuan dari beberapa pelayan lain. Aku mengambil tab yang terjatuh.
Arna mencoba melihat Serafina yang tertidur pulas. Ia mengelus-elus kepalanya.
"Oh Serafina jangan tidur di tengah jalan, Bangunlah." Seruku sambil mengelus kepalanya.
Bulunya lembut sekali. Masih ada bekas saus di dekat mulutnya. Semakin ku elus aku semakin merasakan dingin di tubuhnya. Arna mencoba membagunkannya berkali kali. Jacob yang tadi tak ada di ruangan kini sudah sampai di tempat ini. Ia juga penasaran akan keributan yang terjadi rupanya.
Arna terus memanggil nama Serafina. Ia duduk dismapingku dan mencoba menggendongnya.
Ficaso yang suadh bisa bangkit, berjalan dengan sedikit tertatih menuju Arna.
"Serafina, aku tak percaya aku tersandung anjing ini dan ia tak terkejut sama sekali." gumamnya padaku.
Sedikit curiga, Jacob mengambil Serafina dari tangan Arna.
Anjing itu berada dalam pelukan Jacob sekarang.
Ia mencoba melakukan beberapa hal padanya. Namun, si anjing masih saja tak bergeming sedikitpu.
" It's dead" Seru Jacob.
"Lihatlah, matanya mulai buram. Meskipun tubuhnya belum seutuhnya kaku." kata Jacob kepadaku.
aku segera memeriksa Serafina. Jacob benar, nafasanya juga tak terasa sama sekali.
"Kau jahat Ficaso! Kau bunuh Serafina!" seruku menyalahkannya.
"Akua tidak melakukan apapun! Sungguh aku tak melakukan apapun."kata Pengawal pribadiku membela dirinya sendiri.
"Se-ekor anjing tak mungkin mati hanya karena aku tak sengaja tersandung olehnya. Aku serius. Lagi pula mengapa aku harus membunuh se-ekor anjing?"
Mendengar perdebatanku, Jacon menyela.
"Mungkin dia sudah mati beberapa saat sebelum Ficaso tersandung olehnya. Jika tidak, harusnya ia akan segera lari saat Ficaso tersandung olehnya."
"But How?" .
Bagaimana hal ini bisa terjadi. Seisi ruangan ini mulai beragumentasi dengan analisis masing-masing. Aku mencoba untuk tak ikut campur.
Aku pergi perlahan meninggalkan ruangan ini. Entah apa yang terjadi, kakiku sedikit berat seperti ada yang menarikku. Tapi saat aku menyelidikinya, tak ada yang memegangiku.
Oh, mungkin karena ruangan ini sedikit panas. Aku melihat ke AC. ACnya menyala. Tapi berapa suhunya. 24 bukan, bukan 17 terus berubah-ubah. Kepalaku semakin berat. Ini pasti karena AC-nya yang panas sehingga aku kekuaranagn oksigen sampai pusing tak karuan.
Samar-samar aku mendengar Arna berteriak-teriak dalam bahasa Perancis. Ficaso tertatih-taih berlari ke arahku. Jacob memanggil panggil namaku dengan keras. Aku dengar Jacob tak usah berteriak. Batinku, namun ia tetap saja berteriak-teriak.
Gelap.