Chapter 23 - France

Tiga bulan telah berlalu sejak penanaman janin ke rahimku. Perutku tak juga mumbesar, mungkin karena kulit perutku pada dasarnya tipis tak tebal.

Sesuai perjanjian kami di awal. Kami mulai prosedur penanaman hingga perawatan di Perancis. Tuan dan Nyonya Servin memiliki sebuah rumah dengan dua lantai di sini. Rumahnya cukup besar dan menghadap ke arah pantai.

Lokasi rumah ini tak terlalu jauh dengan rumah sakit tempat kami melakukan berbagai treatment untuk membuat janin berkembang dengan baik. Sebenarnya ada seorang suster berkebangsaan perancis bernama Vesper yang terus menjaga ku dan semua aktivitas ku setiap hari.

Ficaso masih saja terus mengikutiku kemana pun dia pergi. Pada jam jam tertentu seorang dokter datang melakukan pemeriksaan. Mereka bilang janinnya harus tetap hidup mengingat jika sampai meninggal prosedur akan diulang dari awal dengan jarak minimal satu tahun setidaknya.

Makan siang hari ini adalah steak yang dilumuri berbagai saus yang membuat orang normalpun menjadi mual karena rasanya. Dengan ketebalan yang cukup mebuat ku merasa jijik dan bau khas yang benar-benar membuatku ingin melemparnya ke tong sampah.

"Nona kenapa hanya dipotong-potong saja steak nya?" Tanya Ficaso berulang-ulang kali padaku. Aku hanya mengacuhkannya saja. Satu dua tiga sampai potongan yang ke sepuluh aku berhenti memotongnya.

"Bawa Serafina ke sini" Perintahku. Ia hanya menghela nafas dan segera menyuruh Arnadine pelayan yang menyiapkan makan mencari anjing jenis Maltase dengan rambut rebonding.

"Is it tasteles?" tanya Quender sang juru masak keluarga Servin.

Aku hanya tersenyum padanya.

Arnadine datang membawa Serafine. Bulunya masih sangat putih bersih karena habis melakukan perawatan. Bau tubuhnya pun juga harum sekali. Ia mendekati mejaku. Menjilat-jilat kakiku.

"Ok, silahkan kalian berbaris mengelilingi meja ini dengan rapat. Pastikan kamera pengintai di sana tak bisa melihat apa yang kulakukan"

Mereka semua menurut saja. Arna kelihatan bingung sekali. Apalagi Ficaso, lihat wajahnya benar-benar serius saat aku memberinya perintah. Setelah mereka berbaris, aku meminta Jacob menelpon security dan menayakan bagaimana gambar kami terlihat di kamera CCTV.

"Ne regarde pas '' awabnya yang artinya tak terlihat.

Kamera hanya menangkap gambar orang-orang ini berjajar mengelilingiku dan kolam renang serta sedikit gambar rambutku.

Aku mulai menjahtuhkan potongan steak yang pertama pada Serafina. Ia menyukainya.

"Bon!t's delicious I think", sahut ku pada Quender yang shok berat karena steak kebanggannya ku persembahkan bagi Serafine si Anjing Maltase.

Tapi tentu saja tak ada yang berani protes mengingat sangat jelas tertulis dalam perjanjian itu, bahwa aku boleh melakukan apa pun yang aku suka selama proses hamil ini.

Ya walaupun terkadang aku malakukannya dengan sedikit berlebihan untuk menghilangkan kebosananku.

Setelah potongan pertama habis aku lanjutkan dengan potongan kedua, ketiga dan seterusnya. Para pelayan yang lewat didekat kolam ranang hanya bisa melihat dengan wajah bingungnya. Ada banyak orang berjajar melayani seekor anjing Maltase makan daging steak.

Yeah…Enak sekali bukan.

Tak terasa Serafina sudah mencapai potongan ke sembilan. Ia memakannya tampa prostes seolah dia tahu aku sedang membutuhkan bantuan darinya. Jacob mengangkat kembali telepon yang ia bawa kemana-mana.

"Gawat! Nyonya dan Tuan Servin datang sedang menuju kemari!"

Sontak semua pelayan ini kebingungang. Ficaso segera menyuruh Serafina pergi. Padahal kurang satu lagi Serafina akan bisa menyelesaikan misinya memakan steak ini. Quender tampak sedikit ketakutan. Tuan dan Ny. Servin datang dengan membawa beberapa tas belanja. Jacob yang menyadari ada bekas saus menempel di lantai dekat meja segera mengutupinya dengan cara ia berdiri di situ.

"Ini dia, bagaiman kabar colon cucuku pagi ini, sayang?" Seru Nyonya Servin kepadaku.

Ia berjalan lebih dulu dan memberikan pelukan padaku. Suaminya mengikuti dari belakang, ia sempat menoleh ke arah Serafina yang berlari melewatinya.

"Kenapa kalian ada di sini" Tanya Tuan Servin sambil menarik meja untuk duduk di seberangku.

Ficaso dan Jacob hanya saling berpandangan membeku tak memiliki jawaban. Sementara Arna dan koki itu juga diam karena tak mengerti apa yang Tuan Servin tanyakan dalam bahasa Indonesia. Aku berusaha memikirkan jawaban secepat mungkin. Mengingat akulah yang memerintahkan mereka semua kesisni.

"Oh, ..oh maafkan aku Tuan Servin. Hari ini Quender memasakkan sesuatu yang sangat sepecial. Steak . Rasanya luar biasa"

"Benarkah?" Tanya Tuan Servin menoleh ke arah Quender.

"Ya benar, rasanya enak sekali, aku memanggil dia kemari untuk terus memujinya dan sedikit merayunya agar dia mau mengatakan resep rahasianya." Kataku dengan sedikit berbisik.

"Asal kalian tahu saja sebenarnya aku hampir berhasil, sayangnya kalian datang dan aku harus memulainya dari awal", ataku sambil tersenyum.

"Oh,.maafkan aku, nanti akan ku suruh Quender. Menuliskan resepnya untukmu. Jangan kawatirkan soal itu" , jawab Ny. Servin dengan sedikit berbisik pula.

"Benar jika dia menolak , kita hukum saja dia menjadi koki pribadi Serafina si anjing Maltase pemilih itu." Tambah Tuan Servin sambil tertawa.

Dengan sangat terpaksa aku memasukkan gigitan terakhir steak ini ke mulutku. Oh rasanya aku mau muntah seketika. Segera setelah daging itu masuk kemulut aku segera pergi meninggalkan Tuan dan Nyonya Servin. Tak lupa aku ucapkan kembali terimakasih pada Quender dan Arna.