"Investasi yang paling berharga bukanlah saham maupun emas Yang Mulia , melainkan pendidikan. Oleh dasar itulah, kami pihak pengelola berhasil mendapatkan lahan hijau sebagai aset kami.
Atas dasar keingin yang mendalam, ingin menyelamatkan sebagaian besar geresasi bangsa yang tidak dapat memperoleh kesempatan belajar, maka kami pun berhasil nengantongi izin operasional dan akta pendirian yayasan.
Kami memperolehnya bukan dengan suap meyuap seperti yang dituduhkan oleh jaksa penuntut umum" kataku dalam persidangan ini.
Sekejap mata aku berhenti. Dan melirik ke arah para juri. Aku menyadari bahwa tulisan julien untuk pledoi sudah habis, Namun aku terus saja mencoba untuk meyakinkan para jaksa.
" Mungkin mudah bagi anak- anak miskin nan pandai untuk memperoleh kesempatan belajar melalui berbagai macam beasiswa. Sangatlah mudah bagi si miskin untuk memperoleh sekolah gratis .
Namun pernahkan para hadirin di sini mencoba memikirkan mereka yang terbuang dan gagal.
Memikirkan nasib anak- anak negri yang tak mampu dan selalu gagal dalam meraih beasiswa apapun.
Nasib mereka yang di buang karena mereka berkebutuhan khusus. Nasib Anak-anak muda yang tak memiliki kelas dalam strata sosial. Jagankan untuk bersekolah, mencari makanpun meraka kadang tak mampu Yang Mulia. Atas dasar inilah , atas landasan inilah..."
" Keberatan Yang Mulia, ini tak ada dalam naskah pledoi!" Protes jaksa penuntuk umum.
Namun aku masih beruntung, Jaksa masih ingin mendegarkan dan memperbolehkanku meneruskan.
" Sekolah ini tak didirikan atas dasar mencari keuntunga. Mungkin kami telah salah membangun di atas lahan hijau yang seharusnya menjadi lahan terbuka bagi ruang publik, Tapi tidakkah Sekolah juga merupakan ruang publik?
Kami berusaha membantu mereka yang tak bisa merah mimpi belajar untuk tetus berlari. Kami mengajak banyak pihak untuk ikut serta mengambil bagian dari perubahan.
Akreditasi kami , tak kami perileh tanpa jerih payah, anak- anak lah yanf berhasil membuatnya dari E menjadi A bukan uang kami.
Kami tak memiliki keberani yang cukup untuk mbeli sebuah status. Kami tak punya nyali untuk mencetak generasi pecinta uang dengan menyuap status kami
Semua kami dapat atas usaha dan kerja keras kami. Bahkan , para donaturpun datang tanpa kami paksa yang mulia.
Jika kami memang salah , atau pemvelaan kami tak berati, setidaknya, tolong perhatikan nasib anak- anak kami. Ijin kan kami mendorong mereka yang tak mampu lari sampai akhir. Ijinkan kami memperbaiki parduga- praduga kami dengan prestasi- prestasi anak didik kami. Ijinkan kami, mempertanggung jawabkan beban cita- cita kami sampi akhir.
Mohon para Juri memikirkan akibat yang akan kami jalani , jika sekolah kami harus di bubarkan per hari ini. Bukan demi saya, Bukan demi guru-guru yang mengabdikan diri bukan demi egoisme namun demi kemanusiaan dan cita- cita anak didik kami. Sekian." Aku mohon diri mengakiri pembelaanku.
Para juri mulai berbisik bisik dan hakim memberikan kesempatan terakhir pada pada jaksa penuntut umum untuk menyampaikan pendapatnya.
" Yang mulia apa yang di katakannya tidak lah benar. Hanya 30 persen siswa yang mendapatkan bantuan . Sisanya , adalah anak para konglimerat yang uangnya di kuras habis."
***Tok***
Hakim mengetok palu satu kali . " Cukup! Pengacara dari pihak terlapor silahkan meyampaikan kata terakhir anda"
Julien berdiri sambil memberi hormat singkat.
" Yang Mulia, apapun keputusan Yang akan kami terima besuk, kami yakin adalah keputusan yang terbaik....Mungkin tidak baik bagi kami saat ini, tapi pasti terbaik bagi nanti. Trimakasih"
Julien mangakirinya , dia pun kembali duduk.
Sidang di tutup. Hakim mengetok palu tiga kali.Jaksa penuntun umun tak terlihat senang. Ia segera keluar dari ruangan. Alfon dan Cherin datang dengan tap yang ku titipkan pada mereka.
" Ini" Alfon menyerahkan tab itu kemabali kepadaku.
" Carl akan tiba dalam 10 jam dari Kanada.
Ia memutuskan mengakiri perjalanan bisnisnya. Pergilah ke bandara . Temui dia. Pasti Carl akan senang. Kita masih butuh seseorang yang membatu kita. "
Aku mengerti . Setelah ini kami akan langsung kembali kevruamh masing-masing. Berikutnya aku akan menjeput Carl ke Bandara.