Chereads / Sweetest Love / Chapter 11 - Bab 11

Chapter 11 - Bab 11

Bara menghembuskan napas lega saat Tomi memberitahunya bahwa Kinan tidak jadi berkunjung ke rumah Cecil. Ya iyalah, wong Tomi berakting sakit perut mules-mules. Kinan itu paling khawatir jika sesuatu itu menyangkut kesehatan suami tercintanya. Dan kali ini Tomi benar-benar merasa bersalah saat Kinan menampakkan diri dengan wajah pucat dan raut cemas.

"Mas makanya jangan makan sembarangan lagi. Kan aku udah masakin buat bekal. Bandel banget sih."

Tomi meringis mendengar omelan sang istri. Mata Tomi melirik Iva yang duduk di sofa ruangan Danu. Gadis itu tampak mencebikkan bibir. Sedangkan Danu memilih keluar ruangan untuk mengurus sesuatu.

"Minum ini dulu, Mas."

Kinan mengangsurkan obat dan segelas air putih untuk Tomi. Suaminya itu menerima dengan patuh.

"Emang kalian mau ke mana?" tanya Tomi saat dirinya selesai menelan obat dan menyerahkan lagi gelas ditangannya pada Kinan.

"Mau ke rumah Cecil. Padahal udah belanja banyak." keluh Kinan yang membuat Tomi meringis merasa bersalah.

"Suruh supir aja antar ke sana." usul Tomi. Kinan tampak berpikir kemudian mengangguk.

"Kalian sudah makan?"

Kinan menggeleng. Jam memang menunjukkan pukul dua belas kurang dan dia serta Iva memang belum sempat makan setelah selesai berbelanja beberapa waktu lalu.

"Harusnya tuh Mama mau sekalian masak di tempat Cecil loh, Mas. Udah lama nggak masak di sana. Kan biasanya beli makanan aja buat dibawa ke sana."

"Maaf ya."

Kinan menggeleng lagi. "Mas nggak salah. Kenapa minta maaf? Namanya juga sakit. Nggak bisa disalahin."

'Demi kamu ini, Bar.' ucap Tomi di dalam hati.

***

Cecil melirik jam di pergelangan tangannya. Sudah pukul lima sore. Bergegas Cecil membereskan barang-barangnya dan mengganti pakaian kerjanya. Dia harus segera pulang. Jam kerjanya di minimarket sudah habis. Saatnya pergantian jam dengan temannya yang lain.

Gadis itu keluar dari minimarket sambil mendongak. Langit tampak mendung. Menghela napas, Cecil segera berjalan tergesa untuk segera sampai di rumah. Dirinya memang tidak perlu kendaraan umum jika sekedar pergi dan pulang kerja. Karena jarak minimarket dengan rumahnya tidak terlalu jauh.

"Ibu..."

Cecil memasuki rumah sambil memanggil ibunya. Biasanya jam segini ibunya menonton televisi dengan tayangan reality show.

"Kamu sudah pulang, Kak..."

Cecil mencium punggung tangan ibunya dan beralih pada kedua pipi tirus wanita paruh baya itu.

"Ibu udah lapar ya? Cecil masak sebentar ya."

Ibunya mengangguk sambil tersenyum. "Oh, iya, Kak, tadi supirnya Kinan antar bahan makanan banyak banget. Kinan nggak bisa ke sini karena Papa Bara lagi nggak enak badan."

Cecil mendengar semua ucapan ibunya dari balik dapur. "Ini siapa yang nyimpen ke dalam lemari, Bu? Supir Tante Kinan juga?" tanya Cecil.

"Oh, itu, bukan. Tadi Bara juga sempat ke sini sebentar. Dia yang repot beresin barang-barangnya. Padahal udah Ibu larang kok."

Cecil tersenyum geli membayangkan Bara masuk ke dapurnya yang kecil dan membereskan barang yang segini banyaknya.

"Jam berapa tadi Mas Bara ke sini, Bu?" tanya Cecil penasaran.

"Jam berapa ya...? Jam 1 deh kayaknya. Dia bawain Ibu makan siang juga. Terus itu ada kue yang dia beli buat kamu. Kayaknya di taruh di kulkas. Kalau nggak ada berarti di lemari."

Cecil segera saja mengecek kulkas. Benar. Ada kue coklat kesukaannya. Bara memang selalu tahu selera Cecil. Gadis itu meraih ponselnya dan mengirim satu pesan untuk Bara.

[Makasih, Mas❤]