Chereads / To infinity and Beyond / Chapter 29 - LIKE A RIVER FLOWS SURELY TO THE SEA (2)

Chapter 29 - LIKE A RIVER FLOWS SURELY TO THE SEA (2)

Jangan bertanya betapa panasnya siang hari di kota Balikpapan. Melewati siang hari di Kota yang dilintasi garis khatulistiwa ini membutuhkan 2 kipas angin untuk mendinginkan badan atau air conditioner pada suhu 16 drajat celcius untuk mencegas bulir kringat menetes di sepanjang garis tulang punggung dan meninggalkan jejak berupa bercak-bercak di pakaian.

Apa lagi jika harus berkendara menggunakan sepeda motor dibawah terik panasnya matahari, membayangkannya saja sudah membuat kulit terbakar hawa panas yang dipantulkan oleh aspal jalanan. Alaska Beruntung karena ditengah hari yang terik ini Dia tidak harus mengendarai kendaraan roda duanya sendiri yang dia tinggal di rumah Dalilah kemarin malam. Dia hanya perlu menunggu ojek online yang sudah dipesannya datang dan kemudian duduk dengan tenang diantar hingga depan pint rumahnya.

Alaska bersyukur dengan adanya Aplikasi ojek online yang sangat membantu , khususnya membantu orang-orang yang malas bergerak seperti Alaska. Seandainya aplikasi ojek online belum dibuat, siang ini Alaska terpaksa harus menunggu angkutan kota lewat didepan kantornya yang bisa dibilang jarang dilewati angkutan kota atau harus menumpang senior nya sampai kepertigaan maksi. Apapun pilihan selain ojek online ini adalah pilihan yang sangat merepotkan.

Beberapa menit kemudian, setelah menunggu kurang lebih 10 menit ojek online yang dia pesan sampai di depan portal penjagaan. Kemudia Alaska bergegas menghampiri ojek online tersebut yang ternyata seorang wanita sekitar usia 30 tahunan. Dengan senyum yang ramah, wanita itu memastikan bahwa Alaska adalah benar penumpang yang telah memesan jasanya

"Siang mba. Benar dengan mba Alaska Dahayu?"

Tanya wanita ojek online itu

" iya mba." Alaska tersenyum

Sambil memberikan sebuah helm berwarna hijau dengan logo salah satu perusaan unicorn terbesar di Indonesia kepada Alaska, wanita itu bertanya untuk memastikan alamat tujuan penumpangnya.

"Di antar ke daerah kilo 5 mba?"

"Iya"

Beberapa menit kemudian mereka sudah berkendera menembus padatnya jalanan kota dibawah teriknya matahari yang seperti lidah api sedang mencari celah untuk menjilat kulit mereka. Kemudian ditengah bisingnya suara kendaraan dan bunyi klakson yang saling bersautan, wanita ojek online itu bertanya

" mbak nya udah lama dinas di polisi perairan?"

"Lumayan mba, sudah kurang lebih 7 tahunan "

" lumayan lama ya kak. Kakak saya dulu pernah dinas disana tapi sekarang sudah pindah ke Tarakan."

" oh gitu. Mba nya sudah lama jadi ojek online?"

" lumayan mba. Sudah 4 tahun terdaftar jadi ojek online tapi baru 2 tahun ini benar-benar hanya jadi ojek online" jawab wanita itu dengan suara rendah seakan menyimpan kegetiran dibaliknya.

"Sebelumnya kerja dimana?"

" saya kerja di salah satu perusahaan Batu Bara di Batu Kajang mba, tapi dua tahun lalu saya kena pengurangan tenaga kerja alhasil menganggur. Ya akhirnya memilih jadi ojek online mba. Lumayan bisa menyambung hidup"

" iya mba ya . kerja apa saja selama halal pasti berkah"

" iya mba."

Mareka masih berkendara selama 10 menit masih setengah perjalalan untuk samapai ketujuan. Setelah melewati SPBU dan pertigaan terminal Batu Ampat, si wanita ojek online kembali membuka percakapan

" mba nya sudah menikah?"

" belum mba" jawab Alaska dibarengi oleh tawa yang tertahan. Sesungguhnya Alaska sedikit merasa risih dengan jenis pertanyaan seperti itu. Ditambah lagi jika orang asing yang bertanya sebab biasnya satu jenis pertanyaan semacam itu akan menjalar kepertanyaan lainnya. Seperti saat ini

" ah masa mba? Mbanya lo polwan pasti banyak cowok-cowok yang ngantri"

" ah.. enggak juga mba." jawab Alaska datar. " mba sudah menikah?" Tanya Alaska untuk merubah subyek pembicaraan dari diri nya menjadi mba ojek online tersebut.

" sudah mba . Sudah ada buntut 2 lagi" jawab mba ojek online dengan nada bangga.

Kendaraan roda dua itu sudah melintas hotel platinum dan berbelok kearah pelabuhan fery. Mereka sudah hampir sampai.

"Suami mba kerja dimana?" Tanya Alaska.

" dulu saya dan suami saya satu tempat kerja mba, tapi setelah dia mengalami kecelakaan kerja dan kakinya harus diamputasi sekarang dia hanya membantu berjualan sembako kecil-kecilan dirumah sambil mengurus anak-anak"

Alaska merasa bersalah karna telah menanyakan pertanyaan tersebut. Karena tidak tahu harus berkata apa, akhirnya Alaska memilih diam. Ketika kendaraan yang mereka tumpangi berbelok kedalam komplek perumahan Alaska, wanita itu mengatakan sesuatu yang begitu menyentuh.

"Itulah hidup mba. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi besok, lusa atau dimasa yang akan datang. Akan tetapi saya tidak pernah menyesal menikahi suami saya, mba. Meskipun hidup kami tidak mudah. Setidaknya kami dulu menikah karena saling mencintai. Tidak ada alasan yang lebih kuat yang dapat membuat kita berrtahan dalam situasi apapun selain cinta, mba."

" iya mba. Kita tidak pernah tahu apa yang takdir bawa kepada kita."

Pada saat itu mereka berhenti tepat didepan rumah Alaska dimana seorang laki-laki sudah berdiri di sebelah kendaraan roda dua yang Alaska kenali sebagai miliknya. Laki-laki itu tersenyum lebar kearahnya ketika Alaska turun dari kendaraan roda dua milik si wanita ojek online.

"Kala?"